12.29.2020

Teknologi Baterai hingga Purnajual Mobil Listrik, Ini Penjelasannya


Tren kendaraan listrik secara global meningkat signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari kenaikan jumlah mobil listrik dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir yang dimuat di Global Electric Vehicle Outlook 2020. Berdasarkan laporan tersebut, jumlah mobil listrik pada 2010 tercatat hanya ada sekitar 17.000 unit di seluruh dunia. Pada 2019, jumlahnya sudah mencapai 7,2 juta unit. Laporan tersebut juga memprediksi bahwa dalam lima tahun ke depan, perkembangan kendaraan listrik akan diwarnai dengan peluncuran setidaknya 200 model mobil listrik baru. 

Sebagian besar di antaranya akan menyasar segmen pasar kendaraan sport utility vehicle (SUV). Mengutip Kompas.id, Minggu (23/8/2020), mobil ramah lingkungan tersebut juga memiliki peluang di pasar Indonesia. Catatan pada 2018 menunjukkan, 32 persen pasar otomotif di kawasan Asia Tenggara berada di Indonesia. Setiap tahun, tidak kurang dari 1 juta unit mobil terjual di dalam negeri. Melihat potensi itu, Hyundai Motors Indonesia mengenalkan dua mobil listrik murni, yakni Hyundai Ioniq Electric dan Kona Electric. Kedua mobil ini dilengkapi dengan teknologi elektrifikasi yang menggunakan baterai sebagai sumber energinya. 

 


Berikut ulasan seputar teknologi baterai hingga purnajual mobil listrik Hyundai yang dirangkum Kompas.com. Teknologi baterai Dengan menggunakan bahan dasar Lithium Ion Polymer, baterai pada Hyundai Ioniq Electric mempunyai kapasitas daya sebesar 38,3 kWh. Sementara itu, Kona Electric mampu menghasilkan daya sebesar 39,2 kWh yang dipadukan dengan motor listrik. Teknologi baterai pada mobil elektrik keluaran pabrikan asal Korea Selatan itu dinilai aman karena dibekali empat lapis fitur proteksi. Pertama, pada bagian luar menggunakan desain khusus dengan bentuk rigid cell architecture. 

Desain ini memiliki bagian pemisah berlapis keramik yang mampu menahan benturan di bagian inti. Kedua, dilengkapi dengan vehicle cooperative control yang langsung terhubung pada bagian motor listrik sehingga sangat responsif bila terjadi korsleting akibat tegangan tinggi. Ketiga, fitur active protection pada sistem manajemen baterai. Sistem ini dapat mencegah hal yang tidak diinginkan pada saat pengisian daya. Jika terdeteksi hal yang tidak sesuai pada baterai, sistem akan langsung mematikan aliran listrik. Keempat, mobil listrik Hyundai dilengkapi dengan regenerative brake system yang memungkinkan baterai dapat mengisi ulang secara mandiri dengan memanfaatkan daya kinetik saat terjadi pengereman. 

 

Performa Selain dibekali teknologi baterai yang aman, Hyundai Ioniq Electric dan Hyundai Kona Electric memiliki performa sangat baik. Hal itu berkat electric control power unit (EPCU) pada motor penggerak yang membuat seluruh sistem listrik dan elektronik bekerja secara harmonis. Jika dibandingkan mesin pembakaran konvensional, motor listrik lebih dapat diandalkan karena responsnya lebih cepat dan sederhana. Cukup menekan sebuah tombol, transmisi akan langsung berpindah. Hal ini karena mobil listrik Hyundai dilengkapi dengan button Shift by Wire dan membuat daya listrik langsung disalurkan pada kedua roda melalui single speed reduction gear yang mengikuti pedal akselerator. Selain itu, putaran torsi pada mobil listrik murni yang instan membuat setiap tekanan pada pedal akselerator langsung terasa. 

Dilengkapi dengan permanent-magnet synchronous motor, Kona Electric menghasilkan torsi instan sebesar 395 Nm yang disalurkan melalui all-electric powertrain. Dengan torsi itu, mobil ini dapat mengakselerasi kecepatannya dari 0 hingga 100 kilometer per jam (kpj) hanya dalam 9,9 detik. Sedan Hyundai Ioniq Electric (Dok. Hyundai) Sedan Hyundai Ioniq Electric SUV listrik milik Hyundai ini mampu menjelajahi jarak mencapai 345 km berdasarkan pengujian New European Driving Cycle (NEDC) dan 289 km berdasarkan pengujian Worldwide Harmonised Light Vehicle Tes Procedure (WLTP). Sementara, Ioniq Electric saat terisi penuh diklaim mampu menjelajah hingga 300 km lebih. Untuk performanya, sedan hatchback listrik ini mampu berakselerasi 0-100 kpj dalam waktu 10,2 detik. Pengisian baterai fleksibel Salah satu keunggulan dari mobil listrik murni adalah cara pengisian yang mudah dan fleksibel. 

Pengisian daya mobil listrik Hyundai sangat mudah karena keduanya sudah dilengkapi dengan beragam pilihan pengisian baterai. Pilihan paling mudah yaitu menggunakan in-cable control box (ICCB) atau portable charger yang didesain khusus agar terhubung dengan stop kontak standar yang digunakan di Indonesia, seperti di rumah. Pengguna juga bisa melakukan pengisian daya di semua dealer resmi Hyundai. Bahkan, saat ini Hyundai tengah bekerja sama dengan sejumlah mitra untuk mengembangkan lokasi-lokasi pengisian baterai secara mandiri. Sebagai informasi, untuk memudahkan pengisian ulang daya mobil listrik, pemerintah juga telah menyiapkan aplikasi Charge.In yang dapat diunduh melalui Google Play Store dan digunakan secara gratis. Dengan aplikasi ini, pengendara mobil listrik murni dapat dengan mudah mengetahui informasi posisi stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) yang dapat digunakan. 

Adapun tempat pengisian daya di Jakarta dan sekitarnya, yaitu PLN Distribusi Jakarta Raya, Senayan City Mall, Aeon Mall BSD City, TangCity Mall, SuperMall Karawaci, Permaisuri Ban (Mahakam, Radio Dalam, Tendean, Sunter), dan GIOI Menteng. Untuk luar Jabodetabek, pengemudi bisa mengisi di PLN UP3 Bandung, PLN Gedung Sate Bandung, PLN ULP Embong Wungu Surabaya, PLN ULP Denpasar, dan PLN Rayon Mattoangin Makassar. Keuntungan memiliki mobil listrik Menggunakan baterai sebagai sumber energi utama menjadikan mobil listrik murni bebas dari emisi (zero-emission). Dibandingkan mobil bermesin diesel maupun bensin, mobil listrik murni empat kali lebih hemat. Bahkan, lebih hemat bila dibandingkan mobil berjenis hybrid karena tidak membutuhkan biaya ganti oli, mesin, dan transmisi. 

Berdasarkan perhitungan biaya penggunaan listrik (R2-R3), Ioniq Electric dan Kona Electric mempunyai efisiensi listrik 0,138 kWh per km, sedangkan Kona Electric sebesar 0,150 kWh per km. Selain hal tersebut, memiliki kendaraan listrik juga menguntungkan secara biaya administrasi. Untuk mendorong kepemilikan mobil listrik, pemerintah menyediakan beragam kemudahan. Kemudahan tersebut antara lain gratis Bea Balik Nama (BBN), biaya perpanjangan Surat tanda Nomor Kendaraan (STNK) yang lebih murah hingga bebas dari peraturan ganjil-genap. Layanan purnajual Pabrikan mobil asal Korea Selatan tersebut juga menyediakan layanan purnajual yang menarik bagi pemilik Ioniq Electric dan Kona Electric. 

Mulai dari roadside assistance, layanan "Mobile Charging" gratis, biaya perawatan gratis selama 5 tahun atau 75.000 km, garansi high voltage battery selama 8 tahun atau 160.000 km, hingga Garansi Dasar 3 tahun atau 100.000 km. Dengan layanan ini, pemilik Ioniq Electric dan Kona Electric bisa berkendara lebih tenang tanpa harus memikirkan biaya perawatan dan sudah mendapatkan garansi. Nah, itulah beberapa bocoran teknologi hingga layanan purnajual mobil listrik Hyundai Ioniq Electric dan Kona Electric. Kini, saatnya Anda jadi bagian dari masa depan mobil listrik murni ramah lingkungan.

 

Sumber ; https://biz.kompas.com/read/2020/12/29/191253328/intip-teknologi-baterai-hingga-purnajual-mobil-listrik-ini-penjelasannya




 

 

Indonesia Segera Menjadi Produsen Batery Mobil Listrik Terbesar Dunia!

 


2021, RI Miliki Pusat Industri Baterai Kendaraan Listrik Pertama di Dunia

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyatakan, pada November 2021, Indonesia akan siap memproduksi kendaraan listrik. Adapun sekitar 50%-60% komponen mobil listrik adalah baterai. Untuk menyukseskan itu, Indonesia akan memiliki pusat industri sel baterai kendaraan listrik terintegrasi pertama di dunia.

Pengembangan industri ini akan dilakukan perusahaan electric vehicle (EV) battery atau baterai kendaraan listrik asal Korea Selatan LG Energy Solution Ltd yang bekerja sama dengan konsorsium MIND ID milik BUMN yang terdiri dari PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) (Inalum), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Pertamina (Persero), dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

“Jadi, ini bukan MoU-MoU-an. 2021 semester I Insyaallah tahap pertama mulai pembangunan pabrik, dan sekarang untuk Hyundai pabrik mobilnya sudah jadi dan 2021 berproduksi. Yang kami teken November 2019 MoU-nya di Busan (Korea) yang dihadiri Presiden Jokowi,” ujar Bahlil dalam keterangan pers tentang Investasi Baterai Listrik LG Energy Solution dan Konsorsium BUMN, secara virtual, Rabu (30/12/2020).


Proyek kerja sama investasi ini merupakan hasil tindak lanjut pertemuan Presiden Jokowi dan Presiden Moon Jae In di Busan pada November 2019 lalu. Sebelumnya, Bahlil juga telah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan LG Energy Solution di Seoul, Korea Selatan pada 18 Desember 2020. MoU berisi tentang kerja sama proyek investasi raksasa dan strategis di bidang industri sel baterai kendaraan listrik terintegrasi dengan pertambangan, peleburan (smelter), pemurnian (refining) serta industri prekursor dan katoda dengan nilai rencana investasi mencapai US$ 9,8 miliar atau Rp 142 triliun. “Angka ini luar biasa, belum ada investasi pascareformasi sebesar ini. Apalagi di era pandemi, hanya sedikit negara punya peluang ini. Ini momentum Indonesia untuk bangkit dan banyak investor yang minat disini (Indonesia),” kata Bahlil.

Terkait pabrik baterai listrik, jelas dia, untuk hulunya akan dibangun di Maluku Utara dan sebagian proyek akan berlokasi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah yang sudah ditinjau oleh Presiden Jokowi pada akhir Juni lalu. Kawasan industri seluas 4.300 ha ini merupakan percontohan kerja sama pemerintah dan BUMN dalam menyediakan lahan kompetitif dari sisi harga, konektivitas, dan tenaga kerja.

Rencananya, sebagian baterai yang dihasilkan dari proyek ini akan disuplai ke pabrik mobil listrik pertama di Indonesia yang sudah lebih dahulu ada dan dalam waktu dekat segera memulai tahap produksi.

Pengembangan industri baterai listrik terintegrasi merupakan langkah konkret sesuai dengan target Presiden Jokowi untuk mendorong transformasi ekonomi menuju Indonesia Maju 2045. Hilirisasi pertambangan adalah wujud transformasi tersebut. “Indonesia akan naik kelas dari produsen dan eksportir bahan mentah menjadi pemain penting pada rantai pasok dunia untuk industri baterai kendaraan listrik, dimana baterai memegang peranan kunci, bisa mencapai 40% dari total biaya untuk membuat sebuah kendaraan listrik,” ujar Bahli.

Dalam realisasi investasi proyek, perusahaan patungan ini akan memprioritaskan bekerja sama dengan pengusaha nasional, pengusaha nasional di daerah dan UKM lokal yang memiliki kapabilitas dan kapasitas dalam setiap rantai pasok. Dengan demikian diharapkan dapat menggerakkan perekonomian nasional yang berdampak positif bagi daerah. "Jadi, investasi ini akan menjadi model kolaborasi komplet yang melibatkan perusahaan asing dengan reputasi global, BUMN yang mumpuni, dan pelaku ekonomi swasta nasional/daerah yang kuat," tegas Bahlil.

Saat ini negara-negara di dunia telah mencanangkan pengurangan konsumsi bahan bakar dan pengurangan emisi karbondioksida (CO2) dan pencanangan penerapan kendaraan listrik sebanyak 15-100% dari total kendaraan yang beredar. Diperkirakan pada tahun 2040 terdapat 49 juta unit kendaraan listrik atau sekitar 50% dari total permintaan otomotif dunia. Selain itu, beberapa pabrikan mulai mengalihkan lini produksi kendaraan konvensionalnya menjadi kendaraan listrik, yaitu antara 20-50% dari total produksinya. Adapun target penerapan kendaraan listrik di dunia akan terus meningkat secara bertahap.

Dalam rentang tahun 2020-2030 negara-negara Asia akan mulai menerapkannya, antara lain Republik Rakyat Tiongkok (RRT) (8,75 juta unit kendaraan), Thailand (250.000 unit kendaraan), Vietnam (100.000 unit kendaraan), Malaysia (100.000 unit kendaraan), serta India (55.000 unit mobil listrik dan 1 juta unit motor listrik). Sementara itu, target penerapan kendaraan listrik Indonesia pada tahun 2035 adalah 4 juta unit mobil listrik dan 10 juta unit motor listrik.

 

Sumber: https://www.beritasatu.com/ekonomi/714715/2021-ri-miliki-pusat-industri-baterai-kendaraan-listrik-pertama-di-dunia

 

12.20.2020

Moorisa Cokro- Perempuan Pertama Indonesia yang Ikut Rancang Teknologi Autopilot Mobil Listrik Amerika “Tesla”!


Tesla memastikan fitur Full-Self-Driving Beta atau fitur swakemudi yang telah dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir, akan segera meluncur dalam waktu dekat. Sebelumnya, teknologi kecerdasan buatan ini telah hadir secara terbatas bagi sejumlah pengguna. Melalui fitur ini, mobil dapat melakukan manuver-manuver secara mandiri di jalan tanpa kita perlu menginjak rem dan gas. Pengemudi cukup duduk dan mengawasi jalannya mobil sampai ke tujuan. Menariknya, 1 dari 6 Autopilot Software Engineer atau insinyur perangkat lunak autopilot yang bekerja untuk perusahaan Tesla di California, AS, adalah orang keturunan Indonesia bernama Moorissa Tjokro (26 tahun).

Dilansir dari VOA Indonesia, Moorissa telah bekerja untuk Tesla sejak Desember 2018. Sebelum menjadi Autopillot Software Engineer, ia ditunjuk Tesla sebagai Data Scientist, yang juga menangani perangkat lunak mobil. “Sebagai Autopilot Software Engineer, bagian-bagian yang kita lakukan mencakup computer vision, seperti gimana sih mobil itu (melihat) dan mendeteksi lingkungan di sekitar kita,” ujar Moorissa. “Apa ada mobil di depan kita? Tempat sampah di kanan kita? Dan juga, gimana kita bisa bergerak atau yang namanya control and behavior planning untuk ke kanan, ke kiri, maneuver in certain way,” katanya.




Dalam kesehariannya, Moorissa bertugas mengevaluasi perangkat lunak autopilot, serta melakukan pengujian terhadap kinerja mobil, juga mencari cara untuk meningkatkan kinerjanya. Fitur Full-Self-Driving ini adalah salah satu proyek terbesar Tesla yang ikut digarap oleh Moorissa, yang merupakan tingkat tertinggi dari sistem autopilot. Moorissa mengaku bahwa riset dan pengembangan fitur ini terbilang sulit dan memakan jam kerja yang begitu panjang. Khususnya untuk tim autopilot, bahkan mencapai 60-70 jam dalam seminggu.

“Karena kita pengin mobilnya benar-benar kerja sendiri. Apalagi kalau di tikungan-tikungan. Bukan cuman di jalan tol, tapi juga di jalan-jalan yang biasa,” tuturnya. Karena pekerjaannya yang berprofesi sebagai insinyur perangkat lunak, Moorissa dibekali mobil Tesla yang bisa ia gunakan sehari-hari. “Karena kerjanya dengan mobil, juga dikasih perk untuk drive mobilnya juga kemana-mana, biar bisa di-testing,” jelas Moorissa.


Sumber:

https://otomotif.kompas.com/read/2020/12/03/194359515/ada-perempuan-indonesia-yang-ikut-rancang-teknologi-autopilot-tesla.