Man of GOD



 

( UTUSAN ILLAHI )

 

RIWAYAT HIDUP KHALIFATUL MASIH IV – HAZRAT MIRZA TAHIR AHMAD r.a.

 

 

Oleh :

Iain Adamson, London-UK

 

Terjemah :

Ir. Hirawati Ilyas, Australia

 

Edit By :

Hakim Nursandi, @2005

 

 

Man Of God

(UTUSAN ILAHI)

Riwayat Khalifatul Masih IV




Oleh: Iain Adamson , London- UK

Judul Asli: Man Of God

George Sheperd Publisher, Bristol

Great Britain 1990

Terjemah : Ir.Hirawati Ilyas , Australia

 

Ucapan Terima Kasih

            Saya telah mendapat kehormatan untuk bertemu dengan banyak  orang Islam golongan Ahmadiyah dari berbagai Negara selama 14 tahun terakhir. Dalam tiga tahun terakhir ini jumlah pertemuan saya dengan mereka semakin banyak karena saya mengadakan penelitian untuk buku ini.

            Orang yang memperkenalkan saya kepada kebanyakan mereka adalah Tuan B.A Rafiq, dulunya Imam Masjid London, dan sekarang menjadi Direktur Ahmadiyya Muslim Publications. Kriteria beliau dalam memperkenalkan saya hanyalah bahwa mereka mungkin mempunyai sesuatu yang menarik untuk dikatakan kepada saya . Kemudian beliau akan meninggalkan saya bersama mereka beserta tape perekam saya.

            Beliau juga memberi saya buku-buku dari perpustakaan beliau sendiri jika saya tidak dapat menemukannya di perpustakaan  jurusan Islam yang sering saya kunjungi.  Oleh sebab itu saya sampaikan terima kasih saya yang tulus kepada beliau atas pertolongannya.

            Saya juga ingin berterima kasih kepada mereka yang bersedia saya wawancarai tanpa memperhitungkan waktu yang saya sita. Ini termasuk Tuan M.M.Ahmad  bekas Menteri Keuangan Pakistan, Tuan A.A. Khan bekas Duta Besar Pakistan, Tuan A.A.Kahlon bekas Amir untuk Inggeris Raya, Tuan MA.Saqi Direktur Misi Jemaat Ahmadiyah, dan Tuan AM Rashid, Imam Masjid London.

            Ada banyak yang lain, tetapi tidak layak kalau disebutkan sedikit saja , sementara sebagian lagi dengan alasan –alasan  yang jelas, tidak  ingin nama mereka disebutkan. 

            Sebelum wafatnya Zafrullah Khan saya juga dapat bertemu beliau dalam beberapa kesempatan. Beliau adalah Menteri  Luar Negeri Pakistan yang pertama, Ketua Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta Ketua Mahkamah International PBB.

            Saya juga menyertakan Daftar kata-kata Arab dan Urdu.

 

 

 

DAFTAR ISI:

Kata Pengantar / Ucapan Terima Kasih

Hal:        1

Cinta Kasih Dan Kemurkaan Tuhan

Hal:        2

Seseorang Bernama Ahmad

Hal:        6

Era Baru di Qadian

Hal:        8

Tak Ada Monopoli Dalam Kebaikan

Hal:      13

Apakah Tuhan Ada

Hal:      16

Suatu Tempat Bernama Rabwah

Hal:      19

Selingan Di London

Hal:      24

Pekerjaan Dan Kebahagiaan

Hal:      28

Politik Dan Penganiayaan

Hal:      33

Perjuangan Untuk Pakistan

Hal:      37

Bhutto Dan Komunis

Hal:      39

Seorang Khalifah Untuk Dunia Islam

Hal:      41

Dibimbing Tuhan

Hal:      45

Nubuwatan Tergenapi

Hal:      53

Cahaya Dipagi Hari

Hal:      59

Zia Merebut Kekuasaan

Hal:      65

Undang-Undang Yang Keji

Hal:      69

Kesalahan Zia

Hal:      72

Kesempatan Baru

Hal:      78

Permohonan Kepada Tuhan

Hal:      82

Tindakan Tuhan

Hal:      88

Homoeopathi

Hal:      92

Masalah-Masalah bagi Khalifah

Hal:      95

Masa Depan Islam

Hal:    100

Daftar Kata Arab dan Urdu

Hal:    104

Daftar Pustaka

Hal:    105

Tentang Pengarang

Hal:    106

 


 

 


(UTUSAN ILAHI)

Riwayat Khalifatul Masih IV




Oleh: Iain Adamson , London- UK

Judul Asli: Man Of God

George Sheperd Publisher, Bristol

Great Britain 1990

Terjemah : Ir.Hirawati Ilyas , Australia

 

BAB  Satu

CINTA KASIH DAN KEMURKAAN TUHAN

 

            Salah satu keyakinan kuat semua agama adalah bahwa Tuhan akan memberi pahala siapa yang berbuat baik kepada sesama umat manusia  dan akan menghukum mereka yang mendatangkan kesengsaraan. Begitu juga dalam Islam.

            Perayaan Idul Fitri tiba setelah berakhirnya puasa Ramadhan . Ini adalah hari yang dirayakan dengan meriah ,reuni keluarga ,dan saling memberi hadiah .

            Hari Jumat menjelang Idul Fitri , pada tahun pertama setelah terpilih sebagai Khalifah ,Khalifatul Masih IV berkhutbah di Masjid Aqsa di kota Rabwah Pakistan .

            Empat puluh tahun sebelumnya kota itu tidak ada. Tanahnya yang berpasir hanya memberi tempat bernaung bagi ular dan kadal. Malam hari serigala melolong .

            Sekarang disana tumbuh rerumputan dan pohon – pohon serta terdapat jalan-  jalan lebar dan rumah-rumah bagus. Kota ini mempunyai 40 masjid dan berpenduduk 45 ribu jiwa karena sudah menjadi pusat Jemaat Ahmadiyah.

            Mereka telah mencari tempat berlindung dan menyendiri di padang pasir, tetapi mereka bukannya mencari kesendirian. Di Rabwah, kota mereka sendiri, mereka dapat lebih baik mempersiapkan diri untuk kemajuan Islam dan Jemaat Ahmadiyah. Dari sinilah mereka akan berderap maju untuk meng- Islamkan dunia.

            Masjid Aqsa dapat memuat lima belas ribu jemaah, tetapi tetap saja tak cukup tempat bagi seluruh hadirin yang ingin mendengarkan khutbah Khalifah Keempat. Pengeras suara meneruskan khutbah beliau pada ribuan orang yang menunggu diluar mesjid. Khutbah beliau direkam pada kaset.

            Dalam tempo 24 jam kaset rekaman sudah akan diedarkan kepada para mubaligh diseluruh dunia yang akan memperdengarkannya kepada para pengikut beliau dan, bila perlu, menterjemahkannya kedalam berbagai bahasa lain sehingga semua dapat memahami amanat pemimpin Jemaat Ahmadiyah.

            Rekaman tersebut akan menyebar keseluruh Pakistan dan India, akan didengar di setiap Negara Afrika Barat maupun Timur. Jadi beliau tidak hanya berbicara kepada orang-orang didepan beliau, tetapi sampai juga kepada orang-orang yang mengetahui apa arti kemiskinan dan hidup akrab dengan kesengsaraan.

            Suara Khalifah biasanya berirama dan terkontrol baik. Beliau adalah orator berpengalaman, amanat-amanat dan nasihat-nasihat beliau diselingi kelakar, adakalanya disisipkan penggalan sajak-sajak beliau sendiri, bernada humor dan juga serius. Untuk dapat mencapai sasaran suatu masalah. Beliau mampu membuat setiap pendengar beliau merasa bahwa beliau sedang berbicara langsung kepada diri mereka.

            Namun beliau tak selalu dapat melepaskan diri dari peristiwa yang sedang beliau uraikan. Beliau menghayati apa yang beliau jelaskan. Beliau menjiwai rasa yang beliau bicarakan.

            Pada saat demikianlah suara beliau dapat menjadi terbata-bata. Mereka yang berada didekat beliau pada kesempatan seperti itu mengatakan mata beliau berkaca-kaca dan kadang-kadang air mata mengalir membasahi pipi beliau.

            “ Memang benar kadang-kadang saya tak mampu menyembunyikan perasaan saya bagaimanapun kuatnya saya mencoba, tetapi saya telah menyaksikan begitu banyak kesusahan dalam hidup saya sehingga saya tak dapat berpura-pura. Yang saya maksud bukan kesusahan saya, tapi kesengsaraan yang diderita orang lain. Saya melihat banyak orang yang menderita, sehingga hanya mengingat wajah mereka saja dapat membuat saya sedih. Dan anehnya disekitar orang-orang sengsara ini ada orang-orang yang tidak melihat kesengsaraan itu. Bagi mereka orang –orang sengsara itu tidak ada.

            “ Bagaimana bisa orang jadi demikian ?”

 

            Diantara para jemaah di mesjid Aqsa ada orang-orang yang berharap agar khutbah beliau hanya berisi permohonan yang menyenangkan. Bukankah perayaan Idul Fitri segera tiba. Tetapi Khalifah malah mengumumkan bahwa permintaan beliau sangat besar.

            Yang beliau inginkan bukannya kedermawanan mereka, bukan uang mereka, berapapun banyaknya yang mereka miliki. Uang tidak dapat membeli apa yang beliau inginkan. Beliau menginginkan kebahagiaan mereka.

            Beliau ingin mereka berbagi kebahagiaan.

 

            Bagaimana kita dapat berbahagia jika ketika menuju perayaan keluarga kita melewati rumah-rumah dimana ada orang-orang tua dan kesepian ? Atau orang-orang yang begitu miskin sehingga tak mampu membelikan anak-anak mereka cukup makanan bahkan pada Hari Raya ?

            Bagaimana kita dapat memberi hadiah pada anak-anak kita apabila kita tahu tidak jauh ada anak-anak yang tidak punya selimut untuk mengahangatkan badan ?

            Jika kita ingin menikmati perayaan ini, maka carilah orang-orang itu dan bantulah mereka. Mereka ada dimana-mana disetiap Negara didunia ini. Anda akan temukan bahwa mustahil kita membuang-buang begitu banyak kebahagiaan. Makin banyak kebahagiaan yang anda berikan makin banyak yang anda peroleh.

            “ Itu adalah Hari Raya yang sangat menakjubkan,” Khalifah mengenang. “ terlihat begitu banyak orang di jalan-jalan. Saya menerima ribuan surat dari orang-orang yang menyatakan belum pernah menikmati Hari Raya sebegitu bahagianya. Banyak surat dari orang-orang miskin yang memberitahukan saya betapa baiknya tetangga mereka.

            “ Tetapi juga banyak surat dari orang yang menyatakan betapa besar kebahagiaan yang diperoleh mereka hanya dengan membantu orang lain. Sebetulnya mereka dari dulu sudah ingin membantu, tetapi mereka takut untuk menawarkan. Sekarang mereka telah berkawan dengan orang-orang yang bertahun-tahun telah mereka abaikan.”

            Adalah kecintaan akan Tuhan yang menyebabkan orang dapat berbuat demikian, kata Khalifah.

 

 

 

………………………………………….***

 

 

Pukul 5 pagi tanggal 17 Agustus 1988 Khalifah meninggalkan mesjid setelah menyelesaikan salat Subuh. Beliau kemudian kembali ke apartemen pada bagian perkantoran di samping mesjid untuk berganti pakaian. Semula beliau berpakaian putih – celana panjang longgar, jas yang pas dikancing sampai leher, dan sorban bergaya Punjab dengan ujung dibelakang. Tidak ada yang khusus pada pakaian beliau kecuali perhiasan emas ditengah yang menutupi rambut beliau. Tentunya perhiasan itu bukan betul-betul emas.

            Ketika muncul dari pintu yang menuju ke apartemen, beliau memakai pakaian olahraga, sepatu latihan, dan kopiah warna pasir. Kopiah ini terbuat dari wol yang ringan dan hangat, berasal dari daerah Barat Laut India.

            Dibagian depan mesjid ada dua pos jaga keamanan sehingga mereka dapat mengawasi pintu gerbang kedepan mesjid sepanjang malam. Karena cahaya mulai ada, petugas keamanan di pos jaga terjauh dapat meninggalakan tempatnya dan masuk ke mobil ketiga yang sudah datang kedepan mesjid. Khalifah duduk dimobil yang tengah.

            Mayor Mahmud Ahmad, bekas mayor dibagian Pasukan Khusus Pakistan, yang setara dengan pasukan SAS Inggris, duduk dimobil terdepan. Beliau bertanggung jawab atas keamanan Khalifah.

            Ketika mereka sampai ditaman, Mayor Ahmad berjalan disisi Khalifah. Didepan mereka petugas-petugas keamanan telah menyebar dalam bentuk panah yang lebar, dengan dua orang mengikuti di belakang Khalifah. Ini berarti beliau berada ditengah-tengah staff keamanan beliau. Mayor Ahmad berjalan dengan pincang akibat suatu kecelakaan dalam militer, tapi hal itu tidak mengganggu langkahnya yang cepat. Ia membawa sebuah tongkat yang besar – senjata yang bermanfaat jika Khalifah diserang. Perlu sekali berhati-hati karena dulu percobaan pembunuhan Khalifah Kedua hampir berhasil.

            Mula-mula tidak ada yang berbicara dalam jalan pagi – ini adalah waktu untuk berfikir, kata Khalifah. Jalan pagi ini dilakukan baik musim panas maupun musim dingin langsung setelah salat Subuh. Jadi kadang-kadang udara segar dan cerah seperti pagi ini dan ada orang-orang lain ditaman, orang-orang yang lari pagi, dan orang-orang yang melatih anjing mereka. Pada musim dingin udara sering sekali dingin, basah, muram dan hanya mereka-lah yang terlihat disana.

            Khalifah berjalan 5 mil sehari. Beliau berjalan sangat cepat. Beliau tidak berkata-kata. Sekarang cuma inilah olahraga yang beliau lakukan.

            Ketika sampai didanau salah seorang pengawal beliau menyerahkan sekantong sisa-sisa roti dan langsung saja sekelompok burung menukik untuk mengambilnya – camar, burung layang-layang, dan gagak. Angsa-angsa dan hewan air lainnya datang cepat-cepat untuk menyelamatkan bagian mereka.

            Pada perjalanan pulang dari danau kecepatan langkah Khalifah menurun dan para pengikut beliau yang telah memohon izin beliau untuk menyertai beliau berjalan sekarang datang mendekat. Mereka bercakap-cakap, tapi tidak seperti biasanya Khalifah agak enggan berbicara, kata mereka kemudian hari.

            Pagi itu bekas imam mesjid tersebut telah memberitahu beliau tentang mimpinya – bahwa jendral Zia-ul-Haq, presiden Pakistan, tetap tidak berubah dalam menganiaya Jemaat Ahmadiyah.

            “Allah akan menghukumnya,” kata Khalifah. “Saya tahu bahwa sesuatu akan terjadi dalam waktu sangat singkat”. Tanggal dan waktu percakapan tersebut dicatat.

            Saat itu sudah empat minggu sejak Khalifah mengeluarkan tantangan mubahalah. Dan lima hari sebelumnya beliau telah mengumumkan bahwa nasib Zia dan rekan-rekannya para penganiaya sekarang sudah tertutup.

            Muhammad, Rasulullah saw. Telah mengeluarkan tantangan mubahalah 1500 tahun sebelumnya. Dalil-dalil dan akal telah gagal meyakinkan orang-orang didepan beliau, beliau lalu memberitahu mereka bahwa beliau tidak percaya mereka memegang pandangan keliru secara tidak sengaja.

            Biarlah Allah memutuskan, kata mereka. Tuhan akan mengutuk siapa yang berdusta diantara kita.

            “ Biarlah Allah memutuskan”, Khalifah menyatakan ketika beliau menmgeluarkan mubahalah kepada Jendral Zia dan orang-orang yang membantunya. Jika kalian berbuat adil maka Tuhan akan mendukung kalian. Tapi jika penganiayaan kalian tidak adil, dan dilakukan secara sengaja, maka Tuhan tentunya akan menghukum kalian.

            Ketika beliau kembali ke mesjid Khalifah membuat sarapan pagi dan memakannya sendirian. Semua orang lain di apartemen beliau di mesjid London masih tidur. Kemudian beliau mempelajari Al-Quran untuk satu jam. Beliau sudah ada dimeja kantor satu jam sebelum para sekretaris beliau datang.

            Sebuah berita sampai pada mereka sekitar pukul empat sore. Pesawat terbang yang membawa Jendral Zia dan enam orang Jendralnya telah hancur. Tak seorangpun tahu mengapa. Tidak ada yang selamat.

            “ZIA MELEDAK DILANGIT” kata judul-judul berita disurat kabar keesokan harinya. Satu-satunya bagian tubuhnya yang dapat mereka temukan untuk dikuburkan hanyalah giginya.

            Itu adalah kutukan Tuhan, kata Khalifah.

 

BAB DUA


 

Seseorang Bernama Ahmad

            Pekerjaan seorang nabi jarang dapat diselesaikan dalam masa hidupnya, sehingga dilanjutkan oleh penerusnya, yang dipilih oleh nabi tersebut ketika masih hidup, atau setelah wafatnya dipilih dari antara para pengikutnya. Setelah Yesus ada Petrus. Setelah Muhammad ada Abu bakar.

            Kata Arab untuk penerus adalah ‘Khalifah’ yang dalam versi Inggrisnya menjadi ‘Caliph’ dan sering disalah gunakan untuk menyebut seorang pemimpin Timur yang tidak mempunyai latar belakang agama. Namun orang-orang Islam kata tersebut hanya mempunyai satu arti – yaitu penerus seorang nabi.

            Muhamad menyatakan bahwa meskipun beliau mempunyai penerus yang akan melanjutkan karya beliau, dikemudian hari, pada saat Islam berada dalam keadaan bahaya, beliau juga akan diikuti oleh Al masih Yang Dijanjikan (Masih Maud). Kedatangan Al masih dinubuwatkan oleh semua agama besar didunia, dan tugas-tugasnya adalah untuk menghidupkan kembali agama Islam, meng- Islamkan dunia, dan mempersatukan semua agama kedalam Islam.

            Pada tahum 1889 M, dikota kecil berdebu Ludhiana dibagian barat laut Punjab, India, seorang pria bernama Ahmad menerima janji baiat dari orang pertama yang menjadi pengikut beliau, yaitu seorang dokter maharaja.

            “Saya bertobat hari ini ditangan Ahmad atas segala dosa saya”, sumpah sang dokter.

            Saat itu Ahmad belum mengumumkan status apa-apa. Beliau dipandang hanya sebagai seorang guru dan cendekiawan besar pembela Islam yang dapat membimbing umat kejalan kebenaran. Namun setahun kemudian Ahmad mengumumkan bahwa Allah telah mewahyukan tugas beliau sebenarnya – beliau adalah Al masih Yang Dijanjikan.

            Tugas beliau dari Tuhan adalah, sebagaimana dinubuwatkan, untuk meng-Islamkan dunia. Tuhan telah memberitahu beliau bahwa tugas beliau akan berhasil. Tuhan mengatakan, “Aku akan menyampaikan ajaranmu kesegenap penjuru bumi”.

            Itu adalah pernyataan yang mencengangkan karena pada saat itu pengikut beliau hanya berjumlah 50 orang. Sekitar 20 tahun kemudian, pada bulan Mei 1908, ketika beliau wafat pada usia 75 tahun, pengikut Ahmad telah bertambah menjadi 300.000. ini hanya sebuah permulaan, demikian beliau memberitahu para pengikut.setelah beliau akan datang “Manifestasi besar”.

            Mereka yakin bahwa ini berarti setelah beliau akan datang sederet Khalifah yang akan membawa pekerjaan beliau kepada tujuan besarnya mempersatukan dunia dibawah Islam. Penerus-penerus ini akan muncul dari antara para pengikut beliau. Beliau menyatakan bahwa Tuhan telah mewahyukan, ”pengikut-pengikutku yang sejati akan mengungguli setiap orang lain. Akan selalu muncul diantara mereka sampai Hari penentuan, tokoh-tokoh yang merupakan orang-orang pilihan Allah dalam segala hal”.

            Tidak ada keraguan tentang kesuksesan yang akan datang, kata Ahmad. Tuhan telah mewahyukan kepadanya bahwa, “Jemaat ini akan menjadi mercusuar yang sangat tinggi sehingga akan menerangi keempat penjuru dunia. Para anggotanya akan menjadi contoh-contoh dari berkat-berkat Islam”.

            Tuhan telah memberitahu beliau tujuanNya mendirikan Jemaat, kata Ahmad. Yaitu :

            “Allah berkehendak mendirikan Jemaat orang-orang mukmin untuk mewujudkan kemuliaan dan kekuasaaNya. Allah akan m e m b u a t Jemaat ini berkembang dan berjaya untuk menegakan kecintaan pada Tuhan, kebenaran, kesucian, kesalehan, kedamaian, dan persahabatan diantara manusia. Jemaat ini akan menjadi kelompok orang-orang yang menghidmati Allah. Allah akan memperkuat mereka dengan semangatNya dan memberkati serta mensucikan mereka”.

            Ahmad menyatakan bahwa Allah telah menjanjikan Jemaat ini akan berkembang berkali lipat”. “Beribu-ribu orang jujur akan memasuki kelompokNya. Dia sendiri akan menjaga mereka dan mengembangkan Jemaat ini, sehingga anggota-anggotanya dan kemajuannya mencengangkan dunia”.

            Pada bulan Maret tahun 1989, seratus tahun setelah pengikut pertama mengucapkan sumpah baiat, kemajuan Jemaat Ahmad betul-betul mencengangkan dunia. Orang yang menjadi Khalifah mereka sekarang adalah Tahir, seorang cucu Masih Maud.

            “Bagaimana saya harus memanggilmu sekarang”, Tanya nyonya Aminah,  istri seorang sahabat lama beliau, ketika mereka bertemu sesudah terpilihnya beliau dan nyonya ini membungkuk untuk mencium cincin perak yang menjadi symbol Khalifah beliau.

            Ia telah mengenal beliau sebagai seorang mahasiswa di London ketika beliau memasak untuk suaminya dan dirinya dengan kompor gas dalam kamar satu ruangan yang beliau tempati pada sebuah wilayah sederhana di London. Saat itu ia telah memanggil beliau Tahiri, bentuk akrab atau kekeluargaan dari Tahir.

            Atas pertanyaanya Tahir menjawab “Panggil saya apa yang engkau suka”, kata beliau, “Kita teman dekat”.

            “Saya ingin memanggilmu Tahiri”, Katanya, “tetapi kata itu tidak bisa keluar dari bibir saya”.

            Sekarang tak seorangpun memanggilnya Tahiri karena sekarang beliau adalah seorang hamba pilihan Allah dibumi. Kepada Khalifah-lah orang-orang Ahmadi mengadu ketika kesusahan dan kesedihan datang –ketika maut menjelang, ketika sakit payah, atau ketika mereka memerlukan nasehat atau bimbingan. Mereka mengatakan bahwa Allah mendengarkan doa Khalifah dengan perhatian khusus. Mereka menyebutkan banyak peristiwa dimana, ketika semua jalan terlihat buntu, Khalifah berdoa kepada Allah dan doa-doa belia dikabul-kan.

            K h a l I f a h l a h yang akan menggenapkan persaudaraan manusia sepenuhnya dalam Islam. Khalifah-lah yang akan mempersatukan semua agama dalam Islam.

            Juga Khalifah yang m e n j e l a s k a n serta menafsirkan hukum-hukum yang diletakan bagi kepentingan dunia yang diwahyukan Allah kepada Muhammad dalam Al-Quran. Sebagai Khalifah beliau pantas dicintai dan ditaati sepenuhnya.

            Jadi sekarang tidak tepat memanggilnya Tahiri.

 

BAB TIGA

Era Baru di Qadian

        Khalifah Kedua, putra Masih Maud, menikah dengan Maryam Siddiqah pada tahun 1922. Saat itu Maryam berusia 17 tahun dan Khalifah 33 Tahun. Maryam merupakan istri ketiga beliau. Tahir dilahirkan di Qadian pada tanggal 18 September 1928.

            Hari itu adalah hari gembira dan hari libur karena kereta api yang pertamakali akan datang ke Qadian dari Amritsar, sejauh 35 mil, melalui rel kereta api yang baru saja selesai. Banyak dari pemuka desa telah pergi ke Amitsar agar mereka dapat menumpangi kereta itu dan ambil bagian dalam perjalanan pertama yang bersejarah itu.

            Akibatnya stasiun kereta api telah penuh sejak pagi oleh orang-orang yang ingin mencari tempat yang baik untuk melihat kedatangan kereta itu. Ada yang sudah naik kereta api disepanjang jalan-jalan kereta dan mereka mengambil kesempatan membanggakan pengalaman itu kepada para tetangga yang belum pernah keluar Qadian bahwa lokomotif meniupkan uap air dan asap, tapi tidak perlu takut.

            Setiap orang, kecuali mungkin kusir delman yang kereta kudanya tidak akan banyak dipakai lagi, setuju bahwa kereta api itu adalah baik dan hari ini membawa era baru masuk ke Qadian serta, tentunya, bagi Jemaat Ahmadiyah. Makin banyak orang dapat datang ke Qadian sekarang dan Jemaat dapat banyak melatih mubaligh.

            Diantara anak-anak yang bermain distasiun terdapat Muzzafar, yang pada kemudian hari menjadi Mentri keuangan Pakistan dan selanjutnya direktur Bank Dunia.

            “Kami anak-anak dipenuhi kegembiraan yang amat sangat tentang kedatangan kereta,” ia mengenang. “Hari itu adalah hari besar”. Tapi ia juga mengenang “obrolan gembira” orang tuanya mengenai kelahiran putra Khalifah Kedua. Mereka mengatakan hal itu adalah karunia karena meskipun Maryam sudah mempunyai dua orang putri, Amatul Hakim dan Amatul Basit, putranya yang terdahulu telah wafat ketika masih bayi dan Maryam sangat menginginkan seorang anak laki-laki.

            Tahir adalah seorang anak yang cakap, gagah dengan mata coklat gelap dan rambut hitam lebat. Hidungnya mancung.Ibunya sangat berhati-hati menjaga kesehatan dan kekuatan Tahir. Setelah ia berhenti disusukan setiap hari pengasuhnya membawanya  ke pertanian yang dekat dimana susu dari sapi diperas langsung jatuh ke mulutnya. Dengan cara ini susu bukan saja hangat , menyenangkan dan baik untuk anak-anak yang sedang tumbuh, tapi juga menjamin tidak ada kontaminasi  terhadap susu dari sumber luar.

            Tahir jarang sakit pada masa kecilnya dan anggota-anggota tua Jemaat Ahmadiyah ingat pada tertawanya dan matanya yang ceria. Ia seorang anak yang riang, siap untuk main sepak bola dengan teman-teman seusianya, siap menantang salah satu dari mereka untuk suatu permainan ”berbahaya” yang mungkin berupa berjalan diatas dinding atau melompati nbecek yang lebar ketika musim hujan datang, selalu banyak akal dibandingkan kebanyakan temannya baik disekolah maupun diluar sekolah, dan siap mempermainkan guru jika merasa ia tidak akan dihukum.

            Ia juga siap, belakangan diakuinya untuk mentertawakan hal –hal yang mungkin tidak boleh ditertawakan –misalnya teman yang gagal membuat lompatan diatas becek dan mendarat dilumpur, atau nasib sial seorang penjaga toko yang dagangannya tumpah.

            “Mungkin saya mempunyai rasa humor yang  bagi orang dewasa melelahkan”  ia berkata. “ Saya terlalu mudah mentertawakan apa saja”.

 

 

            Kesenangnanya akan humor dibawa  masuk kerumah .Ayahnya  Khalifah  Kedua ,adalah  seorang yang   berwibawa  .sadar akan tugas yang harus dilaksanakannya  , dan akibatnya merupakan orang yang sangat suci dalam segi penolakannya untuk bersenang –senang dan santai .

            “Beliau terlihat sangat  pendiam pada masa kanak –kanak saya, kami memandangnya dengan hormat dan kagum ,” Tahir  mengenang  . “ Meskipun ia mencintai kami dan kadang –kadang  bermain dangan kami ,masih ada pemisah , jarak kedudukan karena beliau adalah ketua Jemaat  A h m a d I y a h          . Kami tidak pernah memanfaatkan  kenyataan bahwa ia adalah ayah kami dan selalu   ada jarak kedudukan antara kami.”

            “Sebagai anak - anak  kami sangat jarang merasa bebas menanggapi dengan santai  sikapnya yang bercanda. Kadang-kadang    kami  menanggapinya juga dan secara pribadi  saya lebih sering menanggapiya dari anak -anak  lain dan kadang - kadang  membuat  beliau  tertawa . Dan itulah keahlian khas saya .”

            Tapi Tahir kena batunya jika ibunya menjadi khawatir bila dengan gurauanya ia menjadi tidak hormat kepada ayahnya dalam segi tertentu.”Ibu akan benar-benar marahpada saya, hampir-hampir ia tidak dapat mengontrol kemarahanya pada saat demikian,” ia ingat.

            “Ibu bukanlah wanita terpelajar menurut pengertian masa kini. Ibu membaca surat kabar,juga kadang-kadang membaca buku ,tetapi ia tidak terlalui asyik belajar atau mendalami literatur.  Ibu adalah seorang yang sederhana hatinya. Pada dasarnya agamanya adalah cinta. Ia mencintai pendiri Islam yang suci, Al Qur’an, dan pendiri Jemaat Ahmadiyah.”

            Jika ia merasa Tahir kurang memperdulikan pelajaran Al Qur’an atau ajaran-ajaran Islam, maka Ibu menjadi sangat marah dan menghukumnya dengan sangat keras.

            Hanya setelah ia menjadi Khalifah alasan kekhawatiran ibu tampak.

            Kedudukannya sebagai istri Khalifah adalah istimewa. Ketika Mubarak , putra Ahmad (Masih Mau’ud) yang masih bayi sakit keras dan dikhawatirkan meninggal ada kepercayaan kuat  bahwa jika ia dikawinkan maka Tuhan akan memperpanjang  hidupnya. Akibatnya ia dinikahkan  dalam  upacara Agama dengan Maryam, bayi perempuan putra Syed Abdus Syattarsyah, yang namanya menunjukan bahwa ia keturunan langsung Rasullullah.

            Tetapi Mubarak wafat. Ahmad kemudian berkata bahwa beliau berharap agar kelak ia menikah dengan anggota keluarga, jadi mempersatukan darah Rasullulklah dan dirinya sebagai pengikut Rasullullah, yaitu Masih Mau’ud. Ketika Maryam berusia 17 tahun Khalifah Kedua memutuskan bahwa beliau harus menuruti keinginan ayah beliau dan membawa Maryam kedalam keluarga  sebagai istrinya. Maryam sangat menyadari kenyataan bahwa ia merupakan keturunan langsung Rasullullah dan bahwa ia telah dipilih untuk menjadi istri putra Ahmad yang istimewa. “Maryam sangat religius dan satu keinginannya yang menggebu adalah supaya Tahir tumbuh dewasa dan bersinar sebagai bintang di galaksi Islam dan Ahmadiyah.” Kata Mr. M.M.Ahmad.

            Namun kenyataan bahwa Tahir adalah putra Maryam satu-satunya  tidak membuat ia terlalu dilindungi atau dimanjakan.”Saya tidak pernah dimanjakan , baik oleh ayah maupun oleh ibu saya. Malah saya merasa tidak diacuhkan,” katanya.

            Saudaranya yang lain Amatul Jamil telah lahir. Keempat istri Khalifah semuanya memiliki apartement tersendiri dan setiap keluarga menjaga identitasnya sendiri dengan Khalifah menyediakan satu hari khusus dalam seminggu untuk setiap keluarga. Beliau biasanya tinggal dilantai kedua sedangkan apartement-apartement para istri beliau berada dilantai pertama.

            Untuk ke 21 anaknya beliau berkeras akan pembagian yang mutlak – jika seorang anak perempuan mendapat baju baru maka semua anak perempuan beliau juga memperoleh baju baru. Hal yang sama berlaku untuk putra-putra beliau. Sebagai akibatnya anak-anak Khalifah tumbuh dewasa dengan rasa kasih persaudaraan untuk satu sama lain dan mereka hidup bersama. Mereka memandang setiap istri Khalifah sebagai Ibu yang lain.

            Tentu saja juga istri-istri Khalifah selalu memandang satu sama lain penuh kasih sayang. Khalifah kedua kemudian menikah tujuh kali. Tentu saja beliau tidak pernah mempunyai lebih dari empat istri  pada waktu yang sama sesuai yang diijinkan hukum Islam. Beliau sering menikah, katanya untuk menyelamatkan penerus keluarga Muhammad. Putra-putra Khalifah Kedua,  yang mengamati betapa beratnya tanggung jawab mempunyai empat istri sekaligus, pada kemudian hari masing-masing hanya menikah dengan satu istri.

            Kadang –kadang diantara surat yang diterima Khalifah akan menemukan surat dari istrinya Maryam. “Doakanlah saya,” ia akan memohoin demikian, sama seperti yang dilakukan setiap anggota Jemaat lainnya, karena meskipun beliau itu suaminya yang dicarinya adalah do’a beliau sebagai Khalifah. Do’a-doa Khalifah selalu mendapat perhatian khusus dari Tuhan.

            Maryam adalah faforit yang dikunjungi semua anak-anak dan Mr.M.M.Ahmad sepupu dekat Tahir berkata, “ia sangat populer.  Sesungguhnyalah ia tante faforit kita  dan ketika bermain disekitarnya ia akan memberi kita makanan dan kue-kue pilihan dan buah-buah yang dikeringkan , atau buah segar sesuai dengan musim, dan tentunya percakapan yang menyenangkan.”

            Sebagai anak kecil Tahir bermain disekitar Qadian dengan teman-teman seusianya. Tidak semuanya orang Islam. Keluarga disamping rumah adalah Orang-orang Hindu dan mereka bersama Tahir membuat jembatan papan diantara rumah-rumah mereka sehingga mereka dapat mengunjungi satu sama lain tanpa selalu harus melalui pintu depan.

            Ada berbagai karakter orang di Qadian dan, seperti disemua kota kecil atau desa, anak-anak kecil mengenal semuanya. Ada wanita yang selalu memakai piyama bergaris, siang dan malam. Diatas segalanya, ada Zahur Hussen, Mubaligh Ahmadi pertama ke Soviet Rusia.

            Beliau telah dipukul dan dianiaya selama dua tahun di penjara-penjara Rusia dan ada bekas-bekasnya  pada punggung. Kadang-kadang Tahir dan teman-temannya meminta orang tua ini untuk memperlihatkan punggungnya dan mereka akan menatap bekas luka-luka lama itu diam-diam sambil berpikir apakah mereka akan pernah mempunyai keberanian untuk menanggung hukuman demikian.

            Sebagai putra Khalifah Tahir mempunyai kedudukan istimewa, namun kadang-kadang Tahir dengan senang hati ingin menyerahkan kedudukan itu pada teman sekolahnya yang mana saja. Tentunya ia dan ke-21 saudara se-ayahnya diperlakukan dengan hormat, tapi selain itu ia diharapkan menjadi teladan ***dan menjadi bintang dalam pelajaran. Kesukaannya pada humor, dan kadang-kadang kenakalannya, tidak selalu memudahkannya untuk menjadi teladan *** dan ia sama sekali tidak menjadi bintang kelas. Ia ketinggalan dibelakang.

            “Ibu berkata ia ingin saya menjadi dokter, ahli penyakit. Saya tidak ingin menjadi dokter, tapi karna hormat saya mencoba belajar mencapai tujuan itu, tapi, sejak awal, saya merupakan pelajar terburuk. Pendidikan saya bukanlah factor formal dalam hidup saya – saya kira pendidikan formal saya malah tidak memainkan peranan apa-apa.

            Yang terjadi adalah, saya bukannya mempelajari buku-buku dan menghafal bagian-bagian yang tepat supaya dapat nilai tinggi, tetapi hanya membaca sepintas. Saya mengerti apa isinya, saya paham maksudnya, dan saya mendapat dasar untuk mengetahui kelanjutannya. Tapi saya tidak pernah jadi anak yang pintar.

            “Misalnya, studi sains saya hancur total sejauh menyangkut nilai baikl. Tapi studi tersebut membukakan jalan-jalan baru bagi saya untuk mempelajari buku-buku lain mengenal pokok tersebut dan saya senang sekali menambah pengetahuan saya, namun itu bukanlah pengetahuan yang menunjang untuk memperoleh diploma atau gelar sarjana. Saya hanya senang mengetahui lebih banyak.

            “Kalau ujian ada system dimana kalau kita gagal dengan kurang 5 angka, kita dapat memperoleh tambahan lima angka lagi sebagai “belas kasihan” yang diberikan lebih rendah, saya gagal. Saya ingat dalam ujian Bahasa Inggris saya yang pertama saya hanya mempeoleh 3 angka dari keseluruhan 150. saya bukan pelajar yang baik dan saya sangat sedih karena membuyarkan harapan Ibu. Hal ini  membuatnya sangat terpukul.

            Hal ini juga tidak menggembirakan Ayahnya. Pada pertengahan Tahun tiga-puluhan radio dan film sedang menyebar luas. Khalifah menganjurkan untuk tidak mendengarkan radio dan melarang pergi ke bioskop. Beliau menganggap hal itu menimbulkan kemasalahan pada cara hidup – orang akan menjadi lebih bebas melanggar aturan dan terlena oleh daya tarik kebendaan. Bahkan orang-orang sangat miskin yang akan tidak pernah mencapai standard itu akan sangat terpengaruh oleh film. Mereka akan selalu ingin mencapai tingkat kemewahan itu.

            “Saya sedang dalam usia dimana saya ingin pergi menonton, tapi hal itu dilarang jadi kami tidak pergi,”Tahir mengenang”.

            Khalifah menjelaskan alasan pelarangan itu pada suatu khutbah Jumat – mereka adalah Jemaat yang miskin, mereka mempunyai tugas kolosal yang harus dicapai sehingga mereka harus membatasi diri dari bersenang-senang agar dapat menabung uang untuk mengkhidmati Islam. Dalam rumah tangga beliau sendiri diterapkan ekonomi yang tegas – beliau berkeras bahwa beliau hanya boleh diberi satu macam hidangan setiap kali makan. Itu sudah mencukupi. Tiga atau empat macam setiap kali makan bukan hanya tidak perlu tapi juga merupakan dosa pemborosan.

            Pada masa itu musik film mulai populer diradio tapi banyak orang Ahmadi beranggapan mendengarkan musik film tidak suci. “Ayah sangat menentangnya, tapi beliau akan menutup telinga kalau anak-anak sekali-sekali mendengarkannya, beliau mentolerir hal itu sebagai manusiawi. Misalnya, saya tahu beberapa kali beliau melalui kamar saya ketika saya sedang mendengarkan musik dan beliau tidak menghentikannya. Beliau tidak akan campur tangan. Tetapi jika saya, atau siapa pun, terlalu hanyut dalam musik atau apa saja maka beliau akan segera menghentakan kaki beliau”

            Meskipun pengaruh agama di rumah sudah tentu kuat dan murni, selalu ada toleransi. Juga tidak ada pengaruh dalam bentuk dogma, melainkan dalam bentuk nilai-nilai manusia yang diciptakan agama atau pengaruh kepribadian seseorang dan nilai-nialai ini docontohkan oleh orang-orang hidup.

            “Dengan demikian sejak kecil saya terkesan sebagian oleh Ibu, sebagian oleh bibi-bibi, sebagian oleh ayah saya, dan mereka meninggalkan kesan-kesan mendalam, betul-betul tak terhapus, dalam hati saya dan membimbing saya menjadi saya hari ini. Ketika beliau mengahadapi suatu keputusan yang sulit ayah saya biasa meminta semua anak beliau untuk mendoakan beliau. ‘Saya memerlukan doa kalian,’ kata beliau.”

           

BAB IV


 

Tak Ada Monopoli Dalam Kebaikan

            Pada tahun 1944,  ketika Tahir berusia enam – belas tahun dan akan menghadapi ujian matrikulasi ,ibunya wafat . Beliau sudah sakit untuk beberapa lama dan tiga bulan  lebih masuk  rumah sakit di Lahore .khalifah  menunggui  beliau  hampir sepanjang waktu , juga putri – putri  beliau . Tahir , karena ujian – ujiannya , terpaksa  tinggal di  Qadian dan cuma bisa  menjenguk beliau  pada akhir pekan .

            Zafrullah  Khan , seorang sahabat Masih Mau’ud  yang  kemudian  menjadi  Mentri  Luar Negeri Pakistan ,Ketua Majlis Umum  PBB ,dan Ketua Mahkamah Agung Internasional ,adalah sahabat dekat keluarga ini Beliau kemudian berkata bahwa kewafatan ibunya telah membenamkan Tahir dalam kesedihan. Sejak itu  tertawa dan kedukaan  jelas terpantul dalam puisinya.

            Sepupunya, M.M. Ahmad, mengenang, ”Kenangan yang paling jelas dalam ingatan saya adalah peristiwa wafatnya Ibu beliau dalam usia sedang prima, sekitar 40 – tahunan .Hal ini merupakan pukulan hebat bagi seluruh keluarga, juga bagi seluruh Jemaat yang biasanya sangat mencintai dan menghormati beliau secara istimewa .

            “Dalam suatu sembahyang di Masjid Mubarak saya masih dapat melihat beliau sebagai pemuda remaja berdiri di ruangan dekat masjid, tempat cadangan kalau umat yang sembahyang melimpah.beliau berada dalam kesedihan mendalam dan sedang khusyu’ sebahyang dan berdoa kepada Yang Maha Kuasa.

             “Saya tidak pernah dapat melupakan pemandangan ** itu, hari ini setelah 46 tahun berlalu, kenangan itu masih jelas dan segar dalam ingatan saya seakan-akan baru terjadi kemarin. Tentunya ada sesuatu yang begitu dalam mengesankan, begitu kuat, sehingga kenangan akan kesedihan itu tidak pernah meninggalkan saya selamanya”

            Meskipun pelajaran-pelajarannya masih berjalan tanpa hasil terbaik Tahir telah menjadi kutu buku. Ia tidak hanya membaca karya-karya penulis Urdu klasik tapi juga terjemahan-terjemahan berbahasa Urdu dari Shakespeare, Charles Dickens, Conan Doyle, dan penulis -punulis Inggris lainnya. Beliau menganggap “Tiga Orang Di Perahu” karya K. Jerome sangat lucu.

            Di rumah ada pengertian terhadap nilai-nilai budaya Eropa, katanya. “Hal itu tidak terlalu asing bagi kami karena, dalam beberapa hal ayah saya berpikiran sangat maju. Dalam pendidikan putri-putri beliau, beliau sangat Liberal. Mula-mula beliau menggaji seorang guru Jerman, kemudian seorang guru Inggris, untuk mengajar saudara-saudara perempuan saya. Mereka tinggal di rumah kami.”

            “Jadi sejak kecil saya mengenal tata cara Jerman dan Inggris. Saya tahu bagaimana mereka memandang sesuatu hal. Dan, tentunya, karena membaca begitu banyak buku-buku dari Inggris saya terbiasa mengenal kehidupan orang Inggris dan humor mereka”

            Tahir sudah mulai menulis puisi. Mula-mula ia menyimpan puisinya hanya untuk diri sendiri – tidak banyak penyair muda yang suka memaparkan pikiran mereka kepada *** orang tua dan saudara-saudara. Tetapi kemudian hal itu diketahui keluarga dan ia diminta untuk membacakan salah satunya.

            “Puisi itu begitu sedih dan membuat tertekan,”kenang Tahir, “Tapi saya masih heran ketika melihat sebagian anggota keluarga menangis.

            “Setelah itu mereka biasa memanggil saya “Ayo, bacakan beberapa puisimu”. Sebagian puisinya riang ceria, sebagian lagi sangat lucu, dan lainnya sangat sedih. Saya kelihatannya tidak pernah menulis setengah-setengah.”

            Kedua saudara Ibu mengambil alih tugas ibunya dan Tahir jadi menyayangi mereka. Ayahnya membimbing pendidikannya agak tegas. “Dalam beberapa hal beliau sangat tegas. Dalam beberapa hal lain beliau santai. Beliau sangat menarik – kombinasi antara ketegasan dan santai.

            “Ayah saya memahami kelemahan manusia jadi beliau tidak suka kalau kesalahan kami dilaporkan kepada beliau. Jadi beliau akan memberi kami waktu dan kesempatan untuk mencoba membuat kami mengerti. Jika kelemahan-kelemahan itu muncul kepermukaan beliau akan menasehati kami tanpa menyebutkan nama yang bersalah, beliau menjelaskan bahwa hal-hal yang demikian salah dan harus dihindari.

            “Tetapi jika seseorang tertangkap berbuat kesalahan beliau akan menghukum dengan keras. Prinsip-prinsip beliau sangat tegas. Dalam masalah keuangan beliau tidak akan mentolerir kesalahan yang paling kecilpun. Seorang Khalifah harus melatih Jemaat dalam sebuah system pengorbanan uang yang seluruhnya berupa pilihan. Itulah sebabnya beliau tidak pernah plin-plan kepada siapa yang lalai dan memboroskannya.

            “Terhadap keluarga beliau, beliau sangat tegas. Saya ingat sekali waktu saya menulis surat ke Calcutta untuk mengirimkan barang kepada saya. Beliau menjadi curiga dan bertanya, ‘Apakah kamu memintanya ? Apakah kamu sudah bayar ? Apakah dia menawarkannya sebagai hadiah ?

            Saya jawab bahwa ia menawarkannya sebagai hadiah, tapi saya tolak., saya sudah bayar setengahnya dan masih harus membayar sisanya. Beliau menjadi sangat marah dan memberitahu saya bahwa hadiah-hadiah datang dengan sukarela, tidak harus diminta. Jika kamu meminta sesuatu maka kamu harus langsung membayarnya. Kalau tidak kamu memaksa orang yang kamu mintai tolong untuk berkorban uang.”

            Kadang-kadang Khalifah akan menyebut Masih Mau’ud jika beliau ingin mempertegas suatu masalah. Beliau selalu menyebut Masih Mau’ud sebagai pendiri Jemaat, tidak pernah sebagai kakek mereka.

            Misalnya, Suatu kali, beliau melihat Tahir keluar rumah tanpa topi. Dinegara-negara barat membuka tutup kepala didepan orang-orang terhormat adalah tanda hormat. Di Timur menutup kepala adalah tanda hormat.

            Jadi Khalifah memanggil Tahir kembali kerumah. “Lihat,” kata beliau. “Pendiri Jemaat tidak akan suka jika kamu pergi kejalan seperti itu. Jadi lain kali pakailah selalu topimu.”

            Beliau juga berkeras dalam adat-adat serta kebiasaan-kebiasaan Islam sepeti memasang sepatu kanan terlebih dahulu dan memasuki mesjid dengan kaki kanan.

            Pentingnya agama-agama lain sangat ditekankan dalam ajaran beliau kepada anak-anak beliau. Mereka diberitahu agar mereka tidak mencoba memonopoli kesucian, amal-amal baik, nilai-nilai moral saja sehingga dalam agama lain tidak ada. Juga bukanlah sikap seorang muslim yang baik untuk menjauhi tetangga hanya karena ia seorang Hindu atau Sikh.

            Khalifah tentu saja mengetahui ‘Jembatan’ yang dibuat oleh Tahir, saudara-saudara laki-lakinya, dan anak-anak Hindu disebelah rumah untuk menghubungkan rumah mereka. Beliau menyetujui ini.

            Jadi meskipun kadang-kadang para anggota fundamentalis Hindu dari Sekte Ariasamaj datang ke Qadian untuk mengadakan konferensi dan membual bahwa mereka akan menghancurkan Jemaat Ahmadiyah beserta setiap orang didalamnya, ekses agama ini tidak mengganggu persahabatan anak-anak Khalifah dengan tetangga-tetangga Hindu mereka.

            “Kami diberitahu untuk tidak menentang kepercayaan-kepercayaan agama lain dengan polemik, tetapi dengan perbedaan-perbedaan pendapat yang dipegang murni. Kami tidak pernah diizinkan mengubah perbedaan pendapat ini menjadi pertengkaran dalam sikap hidup sehari-hari kami”

            Tentang kebenaran logika Islam Tahir tidak mempunyai keraguan, tapi ia mulai memasuki keraguan tentang eksistensi Tuhan sendiri.

            “Saya merasa yakin bahwa secara teoritis Tuhan dapat ada. Tetapi apakah ia masih ada ?”.

           

 

BAB LIMA


 

APAKAH TUHAN ADA

           

            Adalah hal yang terpuji dalam Islam untuk membaca seluruh AlQuran luar kepala . Banyak orang yang memulai melakukanya tetapi hanya sedikit yang berhasil menghapalnya karena AlQuran terdiri atas 114 bab dan 6666 ayat . Jadi hal itu adalah tugas berat. Banyak orang muslim sekarang memandang hanya menghapal AlQuran tidaklah cukup . Yang penting adalah memahami wahyu Ilahi .

            Tahir diperitahkan menghapal AlQuran,  tetapi sejak  awal tampak jelas bahwa tugas itu adalah tugas yang takkan pernah diselesaikannya. Yang lebih menarik bagi Tahir adalah maksud kata-kata dalam AlQuran. Ia mananyai guru-gurunya, kakak-kakaknya, Ia juga menanyai Khalifah. Ia tertarik mepelajari AlQuran dengan tekun. Ini adalah  disiplin yang dipertahankannya selama hidupnya.

            Setiap hari ia belajar sebagian AlQuran. Ia juga mepelajari ajaran- ajaran Muhammad yang termasuk dalam daftar hadist serta sunnah Rasululah.Tentunya ia juga sembahyang lima kali sehari dan secara pribadi didalam kamarnya diam-diam sebagaimana diajarkan oleh Islam. Doa merupakan bagian terpenting dalam  kehidupan anak-anak khlifah.

            Suatu ketika, saat kembali dengan keluarga ke Qadain, Khalifah   menemukan bahwa bahan bakar mobil menunjukan angka nol. Mereka lupa mengisi tanki, saat itu mereka sudah setengah jalan pulang dan tidak ada pompa bensin sampai mereka mencapai  Qadian “Doakan agar kita sampai di Qadian“, kata Khalifah. “kalau  kita sampai saya akan menghadiahkan kepada yang doanya terkabul dua gallon bensin dan mereka boleh memakai mobil”.

            Mungkin hal itu diucapkan sebagai lelucon setengah serius sehingga saudara-saudara laki-laki dan saudara-saudara perempuan beliau tidak melakukan apa-apa. Tetapi ketika mereka hampir sampai diQadian dan Tahir berseru “Saya sudah berdoa”. Saya sudah berdoa sejak ayah minta”.

            Khalifah memenuhi janji beliau dan Tahir memakai mobil serta  dua galon bensin untuk pergi piknik.

            Namun  ketika ia berusia 14 tahun mulai ada keraguan yang memasuki dirinya. Pada saat itu meskipun ia tertarik pada pelajaran-pelajaran sains, ia masih menjadi juru kunci dalam hampir semua pelajarannya, termasuk sains. Namun ia mulai melakukan eksperimen-eksperimen sains secara pribadi yang sama sekali tidak berhubungan dengan kurikulum sekolah.

            Ia juga sudah menemukan perpustakaan ayahnya. Didalamnya ada buku-buku yang membahas Teori Evolusi Darwin, berbagai buku pegangan biologi, dan tulisan-tulisan karya Freud. “Saya belum cukup umur untuk memahami buku-buku itu sepenuhnya, tapi mereka memberikan pengaruh umum, semacam pengaruh samar-samar terhadap pikiran saya. Saya mulai bertanya-tanya : Apakah Tuhan ada ?”

            Ia sering jatuh tertidur dengan sebuah buku ditangannya mungkin membaca yang terus menerus inilah yang menimbulkan sakit kepala yang sekarang mulai dideritanya.

            Tetapi yang mengganggunya, beliau mengenang, adalah kenyataan bahwa Islam didirikan atas dasar keimanan pada Tuhan. Jika tidak mempunyai dasar maka agama hanyalah merupakan diskusi akademik dan latihan mental – tak lebih. Nilai-nilai perbandingan hanya dapat menjadi nilai-nilai perbandingan.

            “Itulah masalah pertama yang saya hadapi pada tahapan hidup itu, dan kesadaran bahwa saya sebenarnya mempertanyakan keberadaan Tuhan mengguncang saya. Dalam satu segi saya kira saya takut”.

            “Saya ingin yakin. Dan saya tidak bisa yakin hanya dengan membaca buku-buku. Saya menginginkan cara langsung.”

            Ia mulai menyelidiki kemungkinan-kemungkinan adanya Tuhan atas dasar logika. “Saya pikir saya seorang yang logis secara bawaan – hal itu terbentuk dalam diri saya – jadi saya menelaah masalah kemungkinan *** dari adanya Tuhan. Ketika mempelajari itu saya mulai menyadari bahwa pada tahapan-tahapan kesadaran yang  berbeda ada gap – sama seperti adanya gap antara kesadaran makhluk yang lebih rendah dan kesadaran manusia.

            “Secara sederhana, manusia sadar akan keberadaan, misalnya, semut, tetapi semut tidak sadar keberadaan manusia. Jadi jika ada jarak antara semut dan manusia maka tentu saja ada jarak yang lebih besar antara manusia dan Tuhan. Jadi saya memecahkan permasalahan pertama saya melalui kerendahan diri.”

            Setelah Tahir menyadari keterbatasannya ia beralih pada doa langsung. ”Saat itu merupakan masa paling berat dalam hidup saya dan saya menderita. Untuk mempercayai sesuatu dan mendasarkan seluruh falsafah hidup kita pada sesuatu itu, yang sangat jauh sepanjang hal itu berkaitan dengan keberadaan yang terlihat – merupakan tantangan yang mencemplungkan saya dalam kepedihan. Saya menderita sangat dalam”.

            “Saya yakin  bahwa secara teoritis Tuhan dapat ada. Tetapi apakah Dia masih ada ? Dan seandainya dia ada, maukah Dia memperlihatkan diriNya pada saya ?”

            Kadang-kadang ia datang ke Mesjid dan sembahyang berjam-jam sendirian. Kadang-kadang dikamarnya ia sendirian sepanjang malam.

            “Saya berdoa pada Tuhan : ‘Jika engkau ada, maka saya sedang mencarimu. Beritahu saya bahwa engkau ada atau saya akan tersesat dan dan tak dianggap bertanggung jawab. Mungkin saya bertanggung jawab, doa saya, tapi saya kira saya tak seharusnya dianggap bertanggung jawab.”

            Kemudian, suatu sore, ia mengalami suatu peristiwa yang memberi pemecahan baginya untuk selamanya mengenai masalah keberadaan Tuhan. Pengalaman itu, katanya, tidak dapat dipandang secara obyektif sebagai bukti kuat keberadaan Tuhan, tetapi ia yakin bahwa hal itu merupakan jawaban Tuhan.

           

            “Saya dalam keadaan setengah sadar- antara sebuah mimpi dan alam nyata.Saya melihat seluruh bumi mengumpul menjadi satu bola. Tidak ada ciptaan dalam bentuk apapun terlihat- tidak ada kehidupan, tidak ada kota-kota, tak sesuatupun-  hanya bumi. Kemudian saya melihat partikel-partikel bumi bergetar dan pecah membentuk slogan: TUHAN KAMI! Setiap partikel menyatakan  sebab keberadaannya.

            Seluruh dunia dibanjiri cahaya aneh dan setiap atom bumi mulai mengalun dan berkontraksi dalam irama. Saya menemukan diri saya mengulangi kata-kata: TUHAN KAMI!.”

            Ketika kembali ke kesadaran penuh ia masih dapat melihat kejadian itu. Setelah itu ia tidak pernah punya keraguan lagi.

            Pada bulan Mei 1990 seorang ahli fisika ruang angkasa menguraikan idenya tentang bagaimana bumi bermula yang anehnya sangat mirip dengan pengalaman Tahir.       (Sekitar 48 tahun sebelumnya- saat usia Tahir 14 tahun: a.hafaseham.)

            Ia tidak percaya bahwa setiap orang akan mengalami peristiwa  ghaib yang sama untuk membuktikan keberadaan Tuhan. “Tuhan memperlihatkan dirinya kepada setiap orang sesuai dengan kemampuan  mereka untuk melihatnya. Tuhan bersifat universal dan batas-batas  kelemahan manusialah yang menentukan bagaimana  pengalaman manusia itu dengan Tuhan.”

            Jauh dikemudian hari ketika beliau menjadi Khalifah, beliau berkata: “Selain dalam sembahyang-sembahyang yang biasa, AlQur’an menganjurkan orang-orang yang beriman untuk mengingat Tuhan siang dan malam dan mengingat Dia dalam pengalaman-pengalaman mereka sehari-hari, penderitaan mereka, atau ketidak  -bahagian mereka. Saat itulah yang paling memberi hasil kepada saya karena saya belajar berdoa pada saat-saat bahagia dan kesadaran emosional saya tentang perubahan.

            “Ayah saya-lah alat yang meletakan saya ke jalan itu. Meskipun beliau adalah Ketua Jemaat dan beliau merupakan orang yang didatangi orang dengan permohonan doa, pada masa-masa sukar beliau akan meminta anak-anak beliau untuk berdoa, mendoakan bantuan untuk beliau atau mendoakan bantuan bagi Jemaat.”

            Tahir kemudian mengalami pengalaman lebih lanjut tentang keberadaan Tuhan melalui kenyataan bahwa sekarang Tuhan mengabulkan doa-doanya.

            “Bahkan sebagai anak-anak saya biasa berdoa dan melihat doa-doa saya dikabulkan. Dulu saya memandang kemungkinan itu sebagai fenomena psikologis, tetapi setelah bukti keberadaan Tuhan diperlihatakan kepada saya, peristiwa-peristiwa terkabulnya doa-doa saya menjadi lebih jelas sehingga mustahil tak terlihat. Hal-hal yang bersifat kebetulan tak berperan dalam pengabulan ini. Bukti pendukung ini terus berkembang menjadi lebih kuat sepanjang hidup saya dan akhirnya saya menerima wahyu langsung dari Tuhan.”

           

 

-BAB ENAM-

Sebuah Tempat Bernama Rabwah

 

            Pada tanggal 15 Agustus 1945 Raja George VI, yang memerintah India, berkendaraan resmi menuju Istana Westminter untuk membuka babak baru Dewan Rakyat. Partai Buruh yang sosialis telah memperoleh kekuasaan dengan suara mayoritas dan membentuk pemerintahan baru.

            Pidato dari singgasana yang disampaikannya kepada hadirin yang terdiri dari para anggota House of Lords dan house of Commons merupakan pernyataan mengenai pemerintah yang baru karena raja secara konstitusi berkedudukan diatas politik dan tidak mempunyai hak pendapat. Kebijaksanaan partai buruh adalah agar seluruh rakyat didalam kemaharajaan mengatur diri mereka sendiri didalam Negara-negara yang merdeka.

            “Sesuai dengan janji-janji yang telah diberikan kepada rakyat India saya, Pemerintah saya akan melakukan hal yang terbaik untuk mengadakan, dengan kerjasama bersama para pemimpin opini India, realisasi dari pemerintah mandiri India yang sepenuhnya,”kata raja.

            “Janji itu menjadi kenyataan pada tanggal 15 Agustus 1947 : kenyataan yang tragis,” tulis Zafrullah Khan kemudian hari.

            Earl Mountbatten, Gubernur Jendral India terakhir, harus berjuang untuk tetap mempersatukan anak benua ini sebagai satu kesatuan politik, tetapi sejarah menentangnya. Kedua kebudayaan utama di anak benua itu, Islam dan Hindu , sudah hidup berdampingan selama 8 abad.

            Tentunya mereka telah melakukan aksi dan reaksi terhadap satu dengan yang lain tetapi tidak ada percampuran dalam skala besar dan tentunya tidak ada peleburan membentuk satu amalgam. Salah satu sebabnya adalah setiap kebudayaan itu berasal dari agama dan diantara keduanya tidak ada titik temu. Hasilnya adalah orang-orang Islam dan Hindu membangun dua Negara dan bukannya membangun dua masyarakat, demikian kata para pengamat. Kaum minoritas Islam yakin bahwa dalam India yang bersatu mereka tidak hanya akan menjadi sebuah angka minoritas tetapi juga satu masyarakat minoritas yang tertekan.

            Pembagian India dimulai. Orang-orang yang telah hidup bertahun-tahun sebagai tetangga tanpa niat buruk tiba-tiba saling membenci satu sama lain. Tak seorangpun aman.

            Dimana-mana penduduk mulai mempersenjatai diri mereka. Tahir saat itu merupakan anggota perkumpulan pemuda Ahmadiyah, Khuddamul Ahmadiyah, dan mereka dibentuk menjadi kelompok atau betalyon untuk mempertahankan Qadian. Tujuh puluh ribu orang Islam membanjiri Qadian masuk dari desa-desa didekatnya. Disekitar mereka tinggal orang-orang Sikh dan hindu yang kejam.

             “Kami telah tahu bagaimana cara menembak sejak masa kanak-kanak dan kami terbiasa bekerja dalam organisasi serta menerima perintah-perintah jadi kami mampu mengatur diri kami dengan segera,”kenang Tahir. “Tidak ada kepangkatan tetapi kami diberi tahu orang ini adalah ketua kalian”.           

            “Dengan segera sejumlah tentara biasa dikirim kedaerah kami dan setiap orang dari mereka diberi tugas mengkomando suatu distrik tertentu. Ia menunjuk berbagai petugas dan kami disuruh mematuhi perintah-perintah orang tertentu. Orang-orang itu telah kami kenal sebelumnya.

            “Sisanya tidak kami kenal. System itu begitu terjaga sehingga jika seseorang tertangkap dan ditanyai ia tidak akan tahu siapa yang  bertugas mengkomando daerah itu bagaimana perintah-perintah lain diatur.

            “Tidak ada tingkatan. Kami hanya tahu siapa yang harus kami patuhi”. Kegemaran Tahir dalam berolahraga dan menembak membuatnya bisa dimaklumi ditunjuk sebagai penanggungjawab salah satu unit luar biasa ini. Ia diberi tahu bahwa tugasnyalah mengatur pertahanan pusat Qadian dari serangan apapun.

            “Penunjukan itu sangatlah penting tetapi tidak menyenangkan bagi saya. Saya curiga – dan saya masih percaya – hal itu disengaja untuk menjauhkan saya dari bahaya. Bukan bahaya dalam arti bahaya pribadi, tetapi karena saya masih muda dan mungkin mencari keributan dan bukannya menghindarinya. Jadi mereka mengangkat orang-orang lain – yang usianya lebih tua – pada daerah-daerah pinggiran dimana kemungkinan kericuhan lebih besar terjadi dan menyuruh saya ditengah.

            “Hal itu tidak menyenangkan saya sama sekali. Jadi saya tidak pernah terlibat dalam aksi apapun.

            Tetapi ia terlibat dalam persenjataan dan ekskursi militer. Hal itu menyangkut persenjataan kaum Muslim yang dikumpulkannya di Qadian.

            “Semuanya terdaftar secara satuan jadi itu merupakan sedikit penyimpangan dari hukum yang ketat. Namun hal itu berarti jika ada bahaya serangan, senjata dapat langsung disiapkan serta langsung dapat disembunyikan lagi. Hanya sedikit orang yang tahu dimana senjata-senjata itu disimpan.

            Jadi itulah tugas saya. Sekali, ketika sejumlah besar senjata tambahan datang, digali lubang dilantai rumah saya dan persenjataan itu dimasukan lalu tanah diisi dan diratakan kembali. Saya diperintahkan untuk tidak menyentuhnya dan harus melupakannya sampai saya diberi perintah. Ruangan itu dikunci dan mereka yang hadir berpencar.

            “Ketika saya mulai berpikir tentang tempat persembunyian saya bertanya pada orang-orang yang bersama saya untuk mengusulkan suatu tempat dimana senjata-senjata itu dapat disembunyikan tanpa dapat diketahui. Mereka mengusulkan berbagai jenis tempat dan setelah mereka selesai dan saya berkata, ‘Baiklah, mari lihat suatu tempat yang belum disebutkan.

            “tempat yang belum disebutkan adalah lubang asap !

            “Jadi saya perintahkan agar api kecil dihidupkan dan dinyalakan siang dan malam. Tapi pertama-tama kami membuka lubang asap dan meletakan rak-rak didalamnya sehingga senjata-senjata dapat ditempatkan disana dengan mudah.

            “Tak lama kemudian terlihat seperti hujan akan turun jadi saya meminta seorang sukarelawan naik kea tap dan menutup mulut lubang asap agar hujan tidak merusak senapan-senapan. Ketika ia sedang diatap saya melihat seorang wanita Sikh memperhatikannya  dan hal ini mengganggu saya. Segera saja semua senapan saya turunkan. Saya bawa semuanya kerumah calon mertua saya. Karena saya harus kembali ke pos saya secepat mungkin, saya tinggalkan senjata-senjata itu diatas sebuah tempat tidur secara terbuka.

            “Pagi berikutnya saya keluar pagi-pagi dan melihat tentara-tentara India dimana-mana. Mereka berasal dari dua kesatuan tangguh – Marhati dan Dogra – dan sayangnya mereka terdiri atas banyak tentara yang anti-Muslim. Segera diumumkan bahwa mereka akan memeriksa semua rumah untuk mencari senjata. Rumah kami tentunya salah satu yang pertama diperiksa.

            “Saya merasakan tiga kecemasan mendadak – ada senapan-senapan dibawah lantai, ada rak-rak senjata dilubang asap – dan saya khawatir karena tergesa-gesa  mungkin kami telah meninggalkan sesuatu disana – sementara dikamar tidur saya sejumlah besar peluru yang sedang saya ganti dari *** kecil ke besar.

            “Para serdadu langsung menuju keruangan dimana senjata-senjata sudah dikuburkan dan mulai menggali. Tetapi senjata-senjata itu sudah hilang !

            “Belakang saya diberitahukan bahwa senjata-senjata itu sudah diperlukan cepat-cepat ditempat lain jadi mereka sudah datang dan menggalinya ketika saya sedang keluar dengan senjata-senjata yang lain.

            “Ada seorang tetangga Hindu yang mendengar suara penggalian ketika senjata-senjata itu pertama kali disimpan dan ia telah memperingatkan tentara. Setelah itu para tentara langsung pergi kelubang asap. Wanita Sikh tadi telah memberitahu mereka bahwa kami melakukan sesuatu terhadap lubang asap. Mereka membiarkan seorang tentara turun dari atas, tetapi tidak ada apa-apa disana – hanya sekotak peluru ukuran 0,25. karena kami mempunyai lisensi kami dibolehkan mempunyainya meskipun saya akui bahwa itu tempat yang sangat aneh untuk menyimpannya.

            “Kemudian mereka masuk kekamar saya dimana peluru-peluru itu terdapat dalam kotak-kotak dilaci saya. Seorang tentara mengangkat sebuah kotak dan menggoyangnya.

            “Kacang,”katanya. “Hanya kacang.” Ia kembali menutup laci.

            Itu merupakan satu-satunya krisis serius yang saya hadapi secara pribadi di Qadian dan kota ini, meskipun dikepung oleh tentara-tentara Sikh, tidak pernah diserang.”

 

………………………………***

 

            Tetapi pada bulan Agustus 1947 Jemaat ini menghadapi krisis yang tak terduga – keseluruhan wilayah telah jatuh kebagian Negara yang diperuntukan bagi India. Setelah banyak berdoa Khalifah memerintahkan pengosongan. Qadian, tempat dimana Ahmad telah dilahirkan, hidup, dan dikebumikan sudah tentu merupakan kota suci bagi semua orang Ahmadi, tetapi masa depan mereka terletak di Pakistan, Negara yang telah mereka Bantu ciptakan.

            Namun suatu hari kelak, Khalifah berjanji, Jemaat akan kembali ke Qadian.

            Pada tanggal 31 Agustus mesjid-mesjid, sekolah-sekolah, gedung perkantoran, dan rumah-rumah pribadi dikunci dan ditinggalkan, dan sekonvoi truk yang dilindungi kesatuan-kesatuan tentara bergerak keluar Qadian. Diatas truk-truk adalah segala yang dapat mereka bawa. Konvoi itu, diancam selalu oleh orang-orang Sikh, membawa mereka ke Lahore dan kenegara baru Pakistan.

             Tiga ratus tiga belas orang Ahmadi tinggal dibelakang untuk menjaga harta milik Jemaat sampai mereka dapat kembali lagi. Angka ini sama dengan jumlah orang yang bersama Muhammad, Rasulullah, pada perang Badr.

            Di Pakistan para anggota Jemaat berpencar untuk memulai suatu hidup baru. Keahlian dan pendidikan mereka sangat dibutuhkan ditanah air mereka yang baru.

            Khalifah telah menububuwatkan bahwa mereka akan terpaksa meninggalkan Qadian. Wahyu tersebut diterbitkan pada surat-kabar Jemaat Al-Fazal bulan Desember 1941. Tetapi ia juga sangat yakin bahwa mereka akan kembali. Sementara itu mereka akan mendirikan sebuah kota baru – yang akan bertempat diwilayah hijau dan menyenangkan dengan banyak pohon dan mata-air mata-air jernih. Tanah itu dikelilingi oleh bukit.

            Wilayah seluas 1034 hektar ditepi barat sungai Cenab yang dibeli Jemaat dari Pemerintah tidak sesuai dengan wahyu Khalifah Kedua. Tidak-ada pohon-pohon. Tidak ada air. Tanahnya bergaram. Penghuni-penghuninya hanya ular dan kalajengking, serigala dan anjing hutan. Seorang Penulis Ahmadi menggambarkan kondidi aslinya sebagai “alam buas lepas”.

            Lembah itu terletak enam mil dari kota Chiniot pada jalan dari Lahore ke Sarghodha, kira-kira mempunyai panjang tiga mil dan lebar satu mil. Disebelah utaranya terbentang pegunungan batu hitam.

            Tetapi tempat itu mempunyai keunggula-keunggulan tertentu. Sungai Chenab yang mengalir melalui lembah dan jalan kereta api dari Lahore ke Sarghodha, yang membelah tanah yang mereka beli, menjanjikan komunikasi mudah dimasa mendatang.

            Tapi yang paling penting adalah fakta bahwa disana mereka akan ditinggalkan sendiri.

            “Kami lebih menyukai alam lepas ini daripada kota-kota untuk membuat orang-orang ingat pada tugas-tugas mereka, untuk mengatur mereka, dan memberi mereka pendidikan serta latihan moral,”kata Khalifah.

            Lembah ini, yang tingginya sekitar 600 kaki dari permukaan laut dan sekitar 20 kaki diatas dataran sekitarnya, akan menjadi tempat penyelamatan mereka sama seperti gambaran Al-Quran tentang tempat penyelamatan Maria dan Yesus oleh Tuhan.

            “Dan kami jadikan anak Maria serta ibunya sebagai tanda dan kami beri mereka tempat berlindung pada sebuah tanah yang terangkat dengan lembah-lembah hijau dan mata-air mata-air yang mengalir.”(QS,23:51)

            Dalam bahasa Arab kata untuk sebidang tanah yang terangkat demikian adalah Rabwah. Jadi itulah seharusnya nama kota baru mereka, Khalifah memutuskan.

            Sebelumnya, ketika beliau pertama kali melihat lembah itu, beliau menyatakan, “Tempat berlindung yang saya lihat dalam wahyu menyerupai ini dalam banyak segi. Misalnya tempat ini dikelilingi bukit. Tetapi tempat ini kosong sementara tempat yang saya lihat sangat subur hijau. Mungkin tempat ini akan menjadi demikian melalui usaha kita.”

            Rencana-rencana untuk kota baru itu disetujui dan orang-orang Ahmadi awal sampai dilokasi tersebut tanggal  19 September 1948. Mereka harus menegakan tenda-tenda yang akan memberikan akomodasi sementara bagi para sukarelawan yang akan mendirikan kota baru itu. Diantara mereka terdapat Tahir.

            Bangunan-bangunan pertama didirikan dari batu-batu bata yang dibuat sendiri serta pintu-pintu dan jendela-jendela yang dibeli dari bekas lokasi yang ditinggalkan.

            Bangunan-bangunan kecil tak mencolok dari batu bata segera memenuhi lokasi 3000 rumah tinggal yang dirancang dalam rencana kota.

            Kehidupan tidak mudah. Setiap keluarga diberi dua tempat tidur, satu lampu, dan sebuah ember untuk keperluan rumah tangga. Suplai air sangat sedikit. Ahli-ahli geologi mengatakan ada air dibawah tanah, tetapi tidak dapat ditemukan. Barulah tujuh bulan kemudian, dalam April 1949, ditemukan sumur pertama yang berair.

            Untuk menjaga semangat Jemaat, sebuah system pengeras suara dipasang agar pesan-pesan dapat disiarkan dan didengar oleh setiap orang yang bekerja di Rabwah. Suatu malam Khalifah sedang berada dirumah beliau ketika pengeras suara berderak dan hidup kemudian beliau mendengar suara seorang pemuda membacakan puisi yang menyentuh hati.

            Kerja keras mereka mendapat penghargaan, kata pemuda itu. Sukses hampir diraih. Puisi itu mendorong setiap  Ahmadi untuk berusaha lebih giat.

            Khalifah keluar dari rumah beliau untuk mendengarkan dengan lebih baik, beliau berdiri dipagar yang melingkari taman.

            “Itu adalah jenis puisi yang kita butuhkan pada masa seperti ini,”kata beliau,”Saya bertanya-tanya siapa gerangan dia.”

            Istri beliau memandang tercengang.”tidaklah engkau mengenali suaranya,”katanya.”Itu Tahir.”

            Khalifah mendehem dan masuk ke rumah tanpa berkata apa-apa lagi. Bagi orang biasa mungkin terlihat bahwa beliau agak kecewa karena telah memuji Tahir secara tak sengaja.

            Dari suatu segi hal itu benar. Beliau mengetahui suatu rahasia yang pernah disampaikan ibu Tahir kepada seorang temannya dan disuruhnya bersumpah untuk merahasiakannya.

            Tahir sendiri tidak ragu pada kecintaan ayahnya yang besar terhadap seluruh putra-putri beliau, termasuk dirinya.

            “Tetapi beliau selalu mencoba menyimpan emosi beliau tetap terjaga,”katanya.

 

-BAB TUJUH-



 

Selingan di London

            Pada tahun 1954 tempat berlindung dengan lembah hijau dan mata-air mata-air mengalir yang telah dilihat Khalifah Kedua dalam wahyu telah mulai menjadi kenyataan. Rabwah saat itu telah menjadi sebuah kota berpenduduk empat puluh-lima ribu yang berkembang menjadi lebih dari 250.000 selama pertemuan tahunan setiap bulan Desember. Jalan-jalan beraspal lebar dengan pohon-pohon telah menggantikan jalan-jalan tanah, bangunan-bangunan kecil dari batu bata telah berubah menjadi bangunan-bangunan bertingkat dua yang bagus. Ditengah kota, berkilauan dalam warna putih terang, berdiri tegak Mesjid Mubarak yang anggun. Mesjid ini dapat menampung lima ribu Jemaah.

            Di tempat inilah, suatu hari dalam bulan maret 1954, ketika Khalifah Kedua sedang memimpin sembahyang sore. Seorang pemuda maju dari baris terdepan dan mengayunkan sebuah pisau panjang ke leher beliau. Si penyerang segera teratasi dan, dengan bantuan, Khalifah dapat berjalan kembali ke rumah beliau. Sehelai kain katun menahan perdarahan.

            Luka yang diakibatkan percobaan pembunuhan itu – orangnya dihukum penjara jangka panjang – dalam dan menyedihkan. Meskipun lukanya sendiri sembuh dengan cepat, tetapi berakibat serius pada system saraf beliau. Beliau berusia 65 tahun, kesehatan beliau tidak pernah baik dan sekarang beliau jadi tidak mampu lagi bekerja untuk waktu yang lama. Sekitar dua tahun kemudian diputuskan untuk meminta nasehat pada dokter-dokter spesialis di London.

            Tahir merupakan anggota keluarga yang dipilih untuk mendampingi beliau. Khalifah Kedua telah mewakafkan seluruh putra beliau pada Jemaat dan Tahir, yang meninggalkan universitas tanpa gelar, pada saat itu telah mulai bekerja pada peringkat terbawah dari gerakan pemuda. Ia segera terbukti tidak hanya sebagai ahli administrasi yang baik, tetapi juga sebagai pekerja yang sangat giat.

            Salah seorang temannya mengenang,”Tahir merupakan tamu yang sering dan disambut hangat dirumah kami karena ia banyak bepergian dalam urusan-urusan Jemaat. Ia memperlihatkan energi yang tak habis-habis dan kecintaan pada pekerjaannya ia bepergian dengan ringkas dan sering datang mengendarai mobilnya sendiri sementara supirnya duduk dibangku belakang.

            “Sering terjadi ia tiba dirumah larut malam ketika keluarga sudah tertidur dan ia berangkat subuh-subuh sebelum ada orang sempat bertemu dengannya.”

            Khalifah kedua memutuskan agar Tahir harus terus ke London dan menunggu beliau disana sementara beliau mengambil kesempatan untuk mengunjungi anggota-anggota Jemaat di Swiss, Jerman, dan Negara-negara lain dalam perjalanan.

            Di London pernyataan para spesialis mengecewakan – ujung pisau telah patah dan bersarang di pembuluh darah tenggorokan, tetapi terlalu berbahaya untuk mencoba membuangnya. Jadi beliau harus mengambil istirahat lebih banyak dan, diharapkan pada saatnya, kesehatan beliau akan membaik. Tetapi beliau tidak akan pernah lagi dapat bekerja berjam-jam lama-lama seperti yang dulu beliau lakukan.

            Khalifah memutuskan untuk kembali ke Pos beliau di Rabwah. Beliau meninggalkan Tahir, yang saat itu berusia 26 tahun, di London meskipun rencana awalnya adalah ia akan menemani ayahnya pulang ke Pakistan. Beliau telah membuat rencana-rencana baru untuknya.

            “Latar belakang pendidikan saya sangat buruk,” kenang Tahir, “sehingga tidak mungkin bagi Universitas London untuk menerima saya secara biasa. Tetapi untungnya ayah saya mengenal Sir Ralph Turner, yang menjadi direktur Sekolah ilmu-ilmu Timur dan Afrika. Beliau melupakan syarat-syarat masuk dan menerima saya begitu saja. Demikianlah saya menjadi mahasiswa di Universitas London.

            “Namun sayangnya kebiasaan-kebiasaan saya tidak berubah. Saya bukannya mempelajari apa-apa yang harus saya pelajari, melainkan saya mulai bertemu berbagai orang, pergi ke berbagai tempat, mengunjungi kota-kota, menumpang mobil keseluruh Inggris, aktif kegiatan sosial, bermain squash, segalanya kecuali kuliah yang ditentukan. Saya hidup sebagai pembolos dan saya diterima sebagai pembolos.

            Saya tidak tahu apakah boleh mengatakan bahwa saya populer, tapi tampaknya setiap orang ditempat kuliah saya mengenal saya dan saya mengenal setiap orang. Saat itu merupakan saat yang luar biasa bahagianya. Saya mempunyai banyak sekali teman,. Hal itu sungguh-sungguh menyenangkan.

            Setelah mendengarkan siaran dunia BBC dari radio disisi tempat tidurnya, Tahir biasanya akan memutar musik dansa ringan dari Radio Luxemburg. “Saya kira itu membuat santai,” ia mengenang.

            Ia juga membeli mobil. Uang yang diberi ayahnya cukup untuk membayar kamar tinggalnya didaerah Maida Vale dan makanannya, asal ia memasak seringnya untuk dirinya sendiri, dan beberapa aktivitas santai. Tetapi uang itu tidak cukup untuk kemewahan apapun. Setelah menumpang mobil kesekolah angkatan uadara  di Cranwell untuk menemui beberapa teman ia mendengar bahwa seorang mahasiswa  punya sebuah mobil untuk dijual.  Mobil itu bermerek Moris, hanya berkekuatan 10 penarik kuda , dan sudah berusia 23 tahun. Tahir membayarnya seharga 42 poundsterling.

            Ia tidak menawar, katanya kemudian. Mobil itu hanya berharga sekitar 15 poundsterling.

            “Mobil itu sangat menarik,” ia mengenang. “Saya sama sekali bukanlah seorang ahli mesin, tetapi secara bertahap saya belajar menjadi ahli mesin dengan bantuan mobil itu. Bersama dua sahabat Mahmud Nasir, yang dilatih menjadi Mubaligh, dan Afsal Bari , saya bepergian keseluruh Eropa dengan mobil itu. Kami kadang-kadang harus mendorongnya sampai jauh!”

            Teman-teman kuliahnya mengenalnya sebagai seorang sahabat yang baik. “Matanya sangat ramah dan ia dapat tertawa dalam segala hal. Menurut saya dia seorang yang baik hati,”  kata seorang. 

            “Ia sangat menyenangkan jika bersama, bukan menyenangkan dalam arti  ia selalu menceritakan lelucon-lelucon  membosankan ,  tetapi dalam arti rasa senang  bersama dengannya,”  kata yang lain.

            Mr.Aftab Akhmad Khan ,  yang pada kemudian hari menjadi duta besar Pakistan disejumlah Negara , tetapi pada saat itu menjadi diplomat  di Komisi Tinggi Pakistan,  ingat bahwa Tahir pernah datang makan siang  pada suatu hari Minggu,.  Putri mereka saat itu berusia satu setengah tahun  dan setelah makan siang Tahir memberitahu mereka , “Tinggalkanlah saya disini. Saya akan menjaga bayi. Anda dan istri anda silahkan pergi berjalan-jalan  karena tidak sering kalian mempunyai waktu luang bersama.”

            Mereka lalu pergi.

            Ada satu sisi lain kepribadiannya yang hanya  diketahui sedikit oleh teman-teman mahasiswanya.

            Ia terus menulis puisi dalam bahasa Urdu diakamar yang juga ruang duduknya di Maida Vale. Pada saat itu tape recorder pribadi  merupakan penemuan baru teknologi yang revolusioner, meskipun ukurannya seberat dan sebesar mesin tik  kantor dan harus dihubungkan dengan sumber listrik. Anwar Ahmad Kahlon akan membawa sebuah tape-recorder  pulang ke Pakistan dan mengusulkan  agar Tahir merekam sebagian puisinya  yang akan diputar untuk Khalifah Kedua  ketika ia pulang ke Rabwah.

            Kebetulan Zafrullah Khan mengunjungi keponakan beliau  Anwar sebelum ia pulang ke Pakistan  dan Anwar membanggakan tape recordernya  dengan  memutar puisi-puisi yang telah direkam Tahir.

            Zafrullah Khan mendengarkan puisi-puisi itu dengan seksama , kebanyakan puisi duka, kemudian berkata , “ Itu memperlihatkan  bekas-bekas luka yang tertinggal oleh kematian ibunya.”

            Bertahun-tahun kemudian , ketika diberitahu tentang komentar Zafrullah Khan , Tahir berkata, “ anda tahu kalau saya mulai menulis puisi selalu penuh dengan patho, pernyataan derita.  Saya tidak bisa menulis puisi tentang hal-hal biasa . Puisi saya harus penuh perasaan atau penuh humor- tidak ada jalan tengah.

            “Jadi itu dapat saja dihubungkan dengan trauma yang disebutkan Zafrullah Khan.

            “Namun itu tidak sepenuhnya demikian. Saya dapat menderita sendiri karena penderitaan-penderitaan orang lain disekitar saya. Dari pada mengucapkan apa yang saya rasakan  saya lebih memilih mengucapkan atas duka  itu dalam puisi.

            “Ketika ayah saya mendengar puisi-puisi ini  saya diberitahu bahwa yang beliau katakan  hanyalah beliau ingin orang-orang  muda sebaiknya melihat keatas. Dengan ini beliau maksutkan bahwa saya harus memandang keatas  dalam pengertian mencari jalan penyembuhan keburukan-keburukan itu serta saya harus seharusnya mengungkapkan diri saya dalam bentuk itu.

            “Ayah saya sangat hati-hati  memuji kami dalam segala hal  atau hati-hati memberitahu  bahwa beliau menyukai sesuatu. Kadang-kadang beliau mengucapkan pujian . Atau beliau berdiam diri. Beliau ingin kami berkembang dengan mandiri, tanpa dorongan apapun dari beliau.

            Beliau selalu mencoba mengingatkan kami  bahwa kami hanyalah orang- orang biasa  dan bahwa kami tidak mempunyai kelebihan – kelebihan khusus dalam menjadi putra-putra beliau.”

…………………………………..***

 

            Tahir telah belajar Bahasa Inggris baik di sekolah maupun Universitas dan meskipun ia dapat membaca Bahasa Inggris, secara lisan Bahasa Inggrisnya buruk. Di universitas London ia mengambil kuliah fonetik Bahasa Inggris.

            “Mula-mula saya harus meninggalkan seluruh cara berbicara saya – keseluruhannya salah. Orang-orang yang telah mengajar saya berbahasa Inggris tidak betul-betul mengetahui Bahasa Inggris. Mereka tahu bagaimana membentuk kalimat sesuai tata bahasa, tetapi kalimat-kalimat yang benar secara tata bahasa mungkin  salah mutlak dalam kaitan bahasa Inggris lisan.

            “Sekali kita terbiasa dengan pengucapan keliru kita tidak pernah menyadari, bahkan walaupun kita mendengarkan BBC, bahwa kita salah mengucapkan kata-kata. Jadi itulah masalah saya. Saya harus melupakan apa yang sudah diajarkan kepada saya mengenai Bahasa Inggris dan mulai lagi. Jadi saya beri tahu semua teman saya, tolong jangan sungkan-sungkan. Koreksi saya jika saya mengucapkan sesuatu yang keliru. `Kadang-kadang hal ini menjadi pengalaman sangat pahit. Saya tidak dapat mengucapkan satu kalimat pun tanpa ada yang menyela, `Bukan begitu mengucapkannya`.

            “Namun secara bertahap saya jadi terbiasa dengan itu dan saya belajar bagaimana mengungkapkan diri saya dengan lebih baik. Saya selalu tertarik pada cara bagaimana factor-faktor tertentu dapat mempengaruhi orang sebaik fonetik. Jadi saya mempelajari hal ini dengan perhatian besar. Dan usaha itu berhasil karena saya lulus kuliah fonetik dengan pujian.”

            Ia meneruskan. “Tetapi saya gagal dalam kuliah saya yang lain. Saya harus mengakui bahwa saya tidak belajar untuk itu seperti seharusnya saya lakukan. Tetapi mungkin saya belajar dalam cara-cara yang lain. Saya bertemu dengan banyak orang dalam segala macam situasi. Saya kira saat itu saya sudah membuat suatu jenis persiapan lain untuk tugas saya dimasa depan.

            “Sebelumnya saya hanya hidup di India dan Pakistan. Ketika saya hidup di Eropa dan di Sekolah tinggi ilmu-ilmu dunia timur dan Afrika saya bertemu dengan orang-orang diseluruh dunia -- dari Afrika, dari Jerman dan Polandia, bahkan dari semua bagian Eropa. Juga dari Amerika dan Kanada serta Amerika Selatan. Di London saya kira saya bertemu dengan orang-orang dari seluruh dunia. Saya yakin hal itu penting, bahwa Tuhan sudah menetapkan bahwa itulah yang harus saya lakukan meskipun saya tidak mengetahuinya pada masa itu. Dia sudah menetapkan bahwa saya harus bertemu dengan semua orang ini dan bahwa saya harus pergi keluar dan mengadakan perjalanan di Eropa.

               “Saya kira itu adalah rencana-Nya. Jemaat Ahmadiyah, meskipun kita dulu tentu tidak menyadari, akan menghadapi tantangan-tantangan besar dan kita akan memindahkan markas besar untuk sementara di London. Jadi adalah penting jika saya berbicara dan memahami Bahasa Inggris karena inilah bahasa dengan mana saya akan dapat menjangkau mayoritas orang ketika penganiayaan kita dimulai.

            “Dan pengasingan saya di Inggris telah membantu saya melaksanakan apa yang dikatakan Tuhan kepada AL Masih yang dijanjikan – bahwa Dia akan menyampaikan ajaran beliau ke pelosok-pelosok dunia yang jauh.”

                                                   

 

-BAB DELAPAN-

 


Pekerjaan dan Kebahagiaan

 

            Pulangnya Tahir ke Rabah pada tahun 1957. meskipun tanpa membawa diploma kecuali dalam Bahasa Inggris, merupakan hiburan besar bagi ayahnya yang sekarang terus menurun kesehatannya. Hal itu juga untuk memberi contoh tentang cara berpikirnya yang merdeka. Seorang Ahmadi yang bertemu dengannya di Karachi menasehatkan, ”Jangan pakai setalan. Mereka akan berpikir kamu terlalu ke-Eropa-Eropaan. Pakailah achkan dan shalwar.”

            Achkan adalah jubah yang dikancing sampai keleher dan Shalwar merupakan celana katun longgar. Ini adalah pakaian muslim yang umum.

            Tahir menjawab, “Mengapa saya harus mengenakan sesuatu hanya untuk membuat orang-orang terkesan ?” Akibatnya ia berganti pakaian dengan setelannya yang terbaik. “Saya tidak mengenakannya untuk membuat orang-orang terkesan karena saya telah ke Eropa, tapi karena saya tidak ingin tampil palsu.”

            Setelah liburan singkat, yang memberi Tahir kesempatan untuk memperbaharui persahabatannya serta memahami prosedur-prosedur baru, Khalifah memberitahunya jabatan yang akan dipegangnya. Ia akan bekerja untuk Waqfi Jadid yang mengurus kebutuhan-kebutuhan orang Ahmadi yang tinggal dalam masyarakat-masyarakat rural di Pakistan. Sebagai tambahan tak lama kemudian ia terpilih sebagai ketua gerakan kaum pemuda.

            Tugas barunya dalam Waqfi Jadid membuat Tahir berhubungan langsung dengan petani-petani kecil dan orang-orang desa dan penjaga-penjaga toko yang merupakan sebagian dari kekuatan-kekuatan besar Jemaat. ”Saya harus menjaga kelompok-kelompok ini, untuk mengetahui seberapa baik mereka memelihara standard kaimanan serta pengabdian mereka.

            “Saya harus menjaga ilmu pengetahuan umum mereka juga serta melihat bagaimana mereka dapat ditolong dengan sesuatu cara yang mungkin – mungkin dengan ahli-ahli pertanian yang dapat memberi mereka metoda-metoda yang lebih baik, atau ahli-ahli teknik serta dokter-dokter dan perawat yang dapat menolong pengadaan air atau ilmu kesehatan. Dan, tentu saja, guru-guru.

            “Cita-cita kami adalah agar setiap anak laki-laki dan perempuan harus pandai membaca – tingkat bebas buta huruf yang kami minta dari orang-orang Ahmadi adalah 100 persen. Sejauh mungkin kami ingin setiap anak Ahmadi lulus sekolah menengah atas disetiap Negara didunia.

            “Saat ini saya perkirakan 100% wanita Ahmadi di Rabwah dapat membaca dan dari kaum pria sekitar 70 %, jadi perkiraan kami secara kasar 80 % orang-orang Ahmadi di Pakistan dapat membaca. Tingkat bebas buta huruf di Pakistan biasanya 27 %.

            “Pada pos saya yang baru saya biasanya bepergian secara tetap di Pakistan dan Bangladesh – saat itu merupakan Pakistan Timur – dan saya jadi sangat mengenal orang-orang. Sebagai pemuda saya tentunya merupakan anggota Gerakan Pemuda Ahmadiyah, Khuddamul Ahmadiyah, dan saya mulai dari level terbawah. Bekerja pada level itu memberi saya latihan yang baik karena saya bekerja dibawah berbagai orang.

            “Saya bekerja dibawah petugas-petugas yang tidak ramah dan bersikap dictator, yang menuntut ketaatan tetapi tidak mengenal belas kasih. Jadi hal itu membuat saya memahami situasi orang-orang yang bekerja dibawah kita dan, tentunya, didalam Jemaat ada ketaatan total. Saya tunduk taat sepenuhnya kepada atasan saya dan hal ini memberi saya pengalaman yang kaya tentang bagaimana orang-orang harus bekerja.”

            Ia segera menyadari bahwa disamping mengamati orang-orang ketika mereka sedang berhadapan dengannya, adalah perlu untuk mengamati mereka ketika mereka mamandang jauh darinya dan sedang berbicara dengan orang-orang lain.

            “Jadi saya bergerak lebih jauh daripada hanya bekerja dengan orang-orang yang berhubungan langsung dengan saya. Saya ingin tahu apa pendapat mereka akan pengurus-pengurus kelompok mereka karena kalau tidak demikian saya dapat saja memperoleh kesan yang sangat salah tentang apa yang sedang berlangsung.”

            Ia juga harus mendorong setiap Ahmadi untuk menulis kepadanya jika mempunyai suatu pujian atau ketidak –puasan. “Khususnya jika ia tidak puas. Hanya ada satu syarat – jika itu berupa keluhan maka orang yang dikeluhkan harus dikirimi tembusan surat.”

            System ini bekerja dengan sangat baik. Sebagai tambahan Tahir mulai menerima komentar-komentar serta usul-usul tentang bagaimana beberapa hal dapat diperbaiki, ide-ide yang mungkin belum pernah timbul dalam diri para pengurus.

            “Mengenai keluhan-keluhan setelah beberapa waktu saya dapat menilai siapa yang benar dan siapa yang salah. Saya akan selalu meminta penjelasan dan jika pengurus yang lebih atas bersalah maka saya akan memberitahunya demikian tanpa ragu-ragu.”

            Kepemimpinanya menggabungkan kebaikan hati dan ketegasan. Kebanyakan orang tergugah dengan kebaikan, tetapi ia menemukan bahwa ada sebagian orang yang harus diperingatkan.

            “Jadi ketegasan diperlukan. Jika kita meminta sesuatu dikerjakan mereka harus tahu bahwa kita ingin hal itu langsung dikerjakan dan bukan pada saat mereka ingin mengerjakannya.”

            Ia menambah metoda kepemimpinannya dengan kata-kata berikut, “Masalahnya adalah berusaha memindahkan kepribadian anda kepada orang-orang dengan  siapa anda bekerja. Tidak ada cara lain yang saya ketahui – hal itu tidak dapat diajarkan hanya dengan kata-kata. Anda harus memperlakukan orang-orang dengan cara bagaimana anda ingin ia memperlakukan orang-orang lain.”

            Tidak pernah ada keraguan, meskipun dulu nilainya buruk ketika lulus ujian, bahwa Tahir merupakan pekerja keras. Ia hanya menggunakan kecerdasannya untuk menangani hal-hal yang luas liputannya dan tidak perduli tentang lulus ujian. Sekarang ia menggunakan baik kecerdasannya maupun semangat berkaryanya untuk bekerja.

            Ia sudah berada di kantor pada pukul 8 pagi, satu setengah jam sebelum orang-orang lain dan ia pulang lama setelah setiap orang lain pulang, sering kali jam 10 malam. Bahkan pada hari-hari Jum`at, yang merupakan hari libur bagi setiap orang, ia berada dikantor sampai siang, lalu pergi ke mesjid Aqsa dimana Khalifah akan berkhutbah untuk sekitar 15.000 Jemaah, dan kemudian ia akan kembali ke kantor.

            “Saya tidak pernah merasa lelah. Saya merasa bekerja memberi semangat,”katanya.

            Ia juga membaca hampir semua surat yang datang ke kantor. Biasanya surat-surat itu terbagi atas berbagai kategori sehingga stafnya dapat membalas surat-surat itu hampir tanpa melibatkannya. Tetapi karena surat-surat tersebut dialamatkan kepadanya maka Tahir merasa senang jika dapat memeriksa tumpukan-tumpukan surat yang berbeda setiap harinya.

            “Saya tidak dapat membaca semuanya tapi saya dapat membaca sampelnya. Dengan cara ini saya tetap mengikuti apa yang sedang dibicarakan atau sedang berlangsung disetiap daerah dimana saya memiliki tanggung jawab. Kadang-kadang saya menemukan bahwa usaha yang dilakukan tidak cukup. Paling sering saya menemukan betapa orang-orang bekerja dengan sangat keras dan baik, betapa mereka bekerja berjam-jam yang sangat lama dengan pengabdian penuh.”

            Itulah system yang disempurnakannya ketika ia terpilih sebagai Khalifah.

            Jika ia tiba-tiba tidak ada kerja, Tahir merasa sangat kebingungan. “Saya selalu merasa lelah. Hal itu merupakan pengalaman tak enak, ada rasa kosong. Bagaimana kita dapat mengisinya. Saya sangat bosan.

            “Jadi tentu saja saya cari kegiatan lain. Saya pergi bersepeda. Saya bermain bulutangkis. Saya pergi naik kuda dan berenang. Saya pergi berjalan kaki jauh-jauh.”

            Ia bermain squash. Pelajaran pertamanya diperoleh dari juara dunia Hashim Khan dan di London ia telah bermain untuk universitasnya, sekolah tinggi ilmu-ilmu Dunia Timur dan Afrika.

            Ia mengadakan perjalanan pribadi ke Amerika Serikat dan tinggal di Washington, dengan M.M.Ahmad yang sekarang bekerja untuk Bank Dunia. M.M.Ahmad mengenang, “Kelebihannya yang saya ingat adalah rasa ingin tahunya serta haus akan pengetahuan, penelitiannya atas masyarakat dan persahabatan yang langsung dibangunnya dengan orang-orang Ahmadi yang bertebaran diseluruh Negeri ia memperlihatkan energi dan satamina yang luar biasa, serta inisiatif tegas.

            “Ia bepergian dengan mobil yang disewa, berjalan dari pantai ke pantai dengan berhenti sesedikit mungkin – suatu tur singkat tapi mendapat hasil lebih banyak dari orang-orang yang tinggal lebih lama.”

            Salah satunya olahraga Tahir yang lain adalah berburu. Pembunuhan hewan diizinkan oleh Islam jika akan dimanfaatkan sebagai makanan. Berburu atau menembak sekedar untuk bersenang-senang tidak dibolehkan.

            “Saya tidak suka peternakan burung atau hewan agar orang-orang dapat datang dan menembak mereka. Menurut saya hal itu adalah pembantaian dan saya tidak pernah ambil bagian didalamnya. Hal itu berbeda jika hewan-hewan tersebut berada dialam bebas dan anda harus menggunakan keahlian untuk membunuh atau menangkapnya.”
            Memasak sudah selalu merupakan kegemaran yang sangat disukainya dan merpati dan burung-burung lain – serta kadang-kadang rusa kecil – hasil pemburuannya kemudian dimasak dalam acara memasak yang diselenggarakannya untuk para anggota organisasi pemuda yang telah datang ke Rabwah dari luar Negeri.

            Tamu-tamu lain datang kerumahnya. Dalam satu acara ia menjamu beberapa pejabat dari India yang tidak begitu baik mengenalnya. Anwar Ahmad, yang sudah sering mencoba keahlian memasak Tahir di London, juga hadir sebagai tamu. Setelah satu hidangan selesai tamu-tamu lain mulai memuji masakannya.

            “Ini benar-benar luar biasa, ”kata seorang. “Seandainya saya punya juru masak seperti ini. Dia sudah begitu repot-repot untuk kita. Anda harus menyampaikan terima kasih kami kepadanya.”

            “Apakah ia tidak ingin pindah ke India ?” salah seorang tamu bertanya bergurau.

            “Saya kira dia cukup bahagia disini,” jawab Tahir, “tetapi saya akan menyampaikan tawaran anda kepadanya.”

            Wajahnya biasa-biasa saja, tapi Anwar Ahmad menangkap suatu senyum tipis.

            Ia tahu bahwa juru masaknya adalah Tahir sendiri.

            Ia kemudian berkata bahwa yang paling penting baginya dalam memasak adalah perbandingan cabe dan garam Makanan sebaiknya tidak terlalu berlemak- makin kurang lemaknya makin baik  untuk saya. Dan sebaiknya tidak terlalu kering. Atau kalau kering sebaiknya dibuat kering sekali,misalnya tikka ayam yang sangat matang, jangan setengah matang .

            “Tetapi perbandingan cabe dan garam adalah yang terpenting juga kemampuan menghilangkan bau makanan-makanan tertentu dengan cara memasaknya. Kalalu saya memasak daging atau ikan saya suka mengurangi baunya karena saya tidak suka makanan tertentu berbau sekeras masakan orang-orang lain.

            Ada beberapa jenis makanan yang tidak disukainya. “Saya dulu sangat suka jeruk. Belakangan,mungkin karena saya sudah makan terlalu banyak makan jeruk, saya menjadi alergi jeruk dan sekarang tidak bisa memakannya sama sekali. Hal demikian juga terjadi pada makanan seperti kembang kol. Saya dulu sangat menyenangi occra, tapi sayangnya tidak cocok dengan saya.”

            Dan alcohol?

            “Adalah tidak betul jika saya sangat membenci alcohol sampai –sampai saya juga membenci baunya. Alkohol itu berbahaya dan Islam mengajarkan yang benar. Ketika dahulu saya mengadakan eksperimen di laboratorium saya, bau buah –buahan dari alcohol tidak pernah mengganggu saya dan, tentunya,warna- warnanya bagus –berbagai warna,bayang-bayang,dan corak.”

            Ia menikah pada tahun 1957 sekembalinya dari London. Istrinya adalah Begum Asifah. Ia sudah menulis surat dari London kepada ayahnya mengatakan bahwa ia memikirkan Asifah,yang sudah dikenalnya sejak masa kanak-kanak, dan ia akan senang jika ayahnya mau mendekati keluarga Asifah untuk mengetahui perasaan Asifah . Ternyata perasaan mereka sama.

            Setelah pernikahan itu mereka mendiami salah satu dari sebelas rumah yang telah dibangun Khalifah untuk putra-putranya. Rumah itu terdiri dari tiga kamar tidur,satu ruang duduk,satu dapur,dengan satu taman kecil. Tahir juga mempunyai tanah pertanian. Mungkin tanah pertanian adalah istilah yang berlebihan untuk 25 hektar tanah yang hampir tandus. Tapi disini Tahir dapat memelihara kuda-kuda—yang dilatihnya sendiri—serta sapi- sapi penghasil susu .

            Bersepeda sejauh tiga mil ketanah pertanian pada jam 6 pagi menjadi rutinitasnya setiap hari—serta kebahagiaannya setiap hari. “Saya suka keluar rumah pada saat orang- orang belum bangun dan bepergian. Suasana sangat sejuk dan segar dan saya mempunyai kesempatan untuk melihat hewan ternak saya, untuk memperhatikan mereka. Ini juga memberi kesempatan bagi saya untuk berpikir seorang diri. Sisa waktu saya sepanjang hari sudah begitu di atur ketat dan sibuk sehingga saat yang tenang pada pagi-pagi ini menjadi kebahagiaan besar bagi saya.”

            Perkawinannya memberinya kebahagiaan dan kebanggaan menjadi ayah. Putrinya yang pertama , Shaukat, lahir bulan Agustus 1960. Tiga putri lagi mengikuti – Faiza lahir bulan Oktober 1961, Mona lahir bulan September 1971,dan Tooba lahir bulan April 1974.

            Anak – anaknya memberinya kebahagiaan besar. “ Kami biasa main kejar- kejaran dan berlomba siapa yang dapat memanjat pohon tertentu. Kami bermain petak umpet. Saya benar – benar merasa seusia dengan mereka ketika saya bermain dengan mereka – hal itu merupakan kesenangan saya serta membuat saya rileks.”

            Ditanah pertanian ia membuat kolam renang kecil serta mengajar mereka berenang . Ia membeli sebuah trampolin. Ketika putri pertamanya sudah cukup besar, ia suka ikut bersepeda dengannya ketanah pertanian untuk mengambil susu.

            Ia senang menceritakan pada mereka kisah –kisah sebelum tidur, sering di ambil dari Alkitab. Dan dalam album keluarga ada sebuah foto, yang diambil seorang temannya yang menunggu , dimana Shaukat bertepuk girang ketika sebuah cerita mencapai klimaks, sementara Faiza duduk di pangkuannya dibungkus dengan selimut.

            Ketika mereka sakit sering kali Tahir yang merawat mereka sepanjang malam.    

           

 

 

-BAB SEMBILAN-

Politik dan Penganiayaan

            Adalah salah satu ironi sejarah bahwa Jemaat Ahmadiyah sangat dianiaya di Pakistan, Negara dimana Ahmadiyah sangat berperan membantu mendirikannya. Sama ironisnya, para cendekiawan agama atau para ulama, yang dulu sangat menentang keras pembentukan Negara Pakistan, sekarang menjadi penganiaya-penganiaya mereka. Penentangan terhadap Jemaat Ahmadiyah biasanya bersifat keagamaan tapi sering kali penentangan itu diilhami secara politik untuk membelokan perhatian masyarakat dari masalah-masalah sebenarnya atau untuk mencapai kemenangan politik dengan cara-cara yang tidak baik.

            Itulah yang terjadi dengan Jemaat Ahmadiyah. Dengan orang-orang Muslim lain terhadap perbedaan-perbedaan fundamental mengenai kepercayaan Jemaat, tetapi ini sering kali dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan politik – sebagian bersifat internal, sebagian internasional. Namun hanya sedikit orang akan menyangkal bahwa orang-orang Ahmadi adalah tetangga-tetangga yang baik dan merupakan warga Negara yang baik : kecuali menyangkut kepercayaan-kepercayaan tersebut, mereka bersifat sebagai orang-orang Muslim yang baik.

            Tapi adalah menyenangkan bagi para ahli politik untuk mempunyai kambing hitam. Penolakan terhadap Jemaat Ahamadiyah hanya karena motif-motif politik merupakan warisan buruk para penganiaya.

            Tahir, yang pekerjaanya telah membawanya ke seluruh Pakistan Barat dan Timur sehingga berhubungan langsung dengan orang-orang politik dari segala partai, secara bertahap mulai berperan sebagai semacam petugas penghubung dengan berbagai partai politik.

            “Kami mengadakan kampanye dengan bertemu para ahli politik dan memahami kebijaksanaan mereka. Namun itu tidaklah mencampuri politik. Yang kami pikirkan adalah kelanjutan Pakistan dan kelanjutan Jemaat. Kami tidak dapat mengurung diri kami dan menceraikan diri kami dengan apa yang sedang berlangsung di negara itu”
            Beberapa ahli politik menerimanya secara sopan meskipun mereka menentang kepercayaan kenabian Ahmad. Sebagian ahli politik lagi sangat sekuler dan menentang semua agama. Beberapa ahli politik menjadi sangat dikenalnya dengan baik, masing-masing menghormati ketulusan pribadi yang lain. Yang lain, yang mulanya terlihat netral sejauh menyangkut Jemaat, ternyata ditemukannya tak dapat dipercaya dan bermuka dua.

            Kepada seorang ahli politik ia berkata “Tuan, saya telah menemui banyak pemimpin politik, tapi andalah yang terlemah dari mereka semua, yang betul-betul tanpa kekuatan.

            “Kalau saja ia dapat menampar wajah saya, maka ia tentu sudah melakukannya. Ia menjadi sangat marah. Tetapi ia juga menjadi sangat penasaran. Saya telah mengucapkan kata-kata tersebut dengan bebas. Saya tahu saya harus menciptakan sebuah gempa bumi dalam dirinya atau ia tidak akan tertarik pada saya. Jadi saya memberitahunya konsep saya tentang kepemimpinan, yaitu seorang yang memimpin rakyatnya menjauhi bencana bukan seseorang yang berada didepan rakyat banyak dan didorong oleh peristiwa-peristiwa. Saya memberitahunya bahwa ia sedang mengendarai kemurkaan rakyat dan ketika rakyat itu telah mencapai apa yang mereka inginkan mereka akan berbalik menyerangnya dan ia akan menjadi sasaran kebencian.

            Ia telah setuju memberi saya waktu setengah jam, tapi akhirnya saya tinggal bersamanya selama tiga setengah jam. Jadi anda lihat tujuan kami bukanlah untuk mengumpulkan kekuatan tetapi untuk membantu para ahli politik untuk memahami hal-hal dengan lebih baik demi kesejahteraan Bangsa dan Negara – yang merupakan tugas setiap warga Negara, bukan hanya tugas kami.

            “Sayangnya, sehubungan dengan ahli politik yang satu ini, perkiraan saya kemudian terbukti benar dan akhirnya ia ditelan oleh kemurkaan rakyat yang telah dicoba dikendarainya”.

            Masih Mau’ud selalu menjauhi politik dan telah menunjukan bahwa mereka yang mengikuti beliau juga harus menghindari keterlibatan langsung dengan politik. Tetapi bimbingan moral, kata Tahir kemudian. Merupakan tanggung jawab Khalifah. Agama tidak pernah dapat diputuskan sepenuhnya dari politik. Adalah tugas setiap agama untuk tetap memperingati ahli politik tentang tanggung jawab moral mereka terhadap umat manusia.

            “Kita harus menasehati mereka, tetapi kita tidak boleh terlibat,”katanya.

            Kemudian Tahir selalu mengulangi, juga dalam tahun-tahun belakangan ini, bahwa meskipun Jemaat Ahmadiyah mendukung suatu Negara Islam dan meskipun Islam merupakan agama yang sangat sempurna, tidak berarti sebuah Negara Islam harus diperintah secara theokrasi.

            “Inti sari ajaran Islam adalah suatu system pemerintahan yang tidak mengadakan perbedaan antara satu agama dengan agama lain. Juga tidak memberikan perlakuan yang lebih baik kepada para pengikut suatu agama dibandingkan yang lain.”

           

………………………***

           

            Dalam pertengahan kedua abad ke-19, kepemimpinan dan agama Islam di India sedang kacau balau. Pada bagian awal abad itu, dengan penaklukan orang-orang Sikh telah mengambil alih banyak wilayah yang semula diperintah oleh orang-orang Muslim. Kemudian kekuatan militer Inggris yang didorong oleh Revolusi Industri di Inggris mengambil alih dan Kemaharajaan India pun lahir.

            Dalam sebuah analisa mengenai aktifitas politik Muslim seorang Duta besar Pakistan menulis bahwa pada bagian terakhir abad ke-19, orang-orang Muslim di India “Telah jatuh ke dalam jurang kemerosotan rohani dan kehancuran politik dari mana tidak tampak harapan untuk keluar”.

            Salah satu tugas Masih Mau’ud, menurut nubuwatan Muhammad, adalah untuk menghidupkan kembali umat Islam. Publikasi buku pertama Ahmad memenangkan pujian tinggi dari orang-orang Muslim diseluruh India.

            ”Menurut pendapat saya buku ini (Barahin Ahmadiyah) pada saat ini dan dari segi keadaan sekarang, adalah unik. Sejauh ini belum pernah ditulis buku sebagus demikian dalam menganalisa Islam,”tulis Maulvi Muhammad Husein, seorang sarjana Islam terkemuka yang kemudian menjadi salah satu musuh paling keras Masih. Mau’ud.

            Orang-orang Muslim pada mulanya sudah mendukung Partai Kongres Seluruh India, yang memperjuangkan kemerdekaan India sebagai satu Negara, tetapi pada tahun 1905 mereka mulai meragukan masa depan mereka didalam negeri dimana orang-orang Hindu akan menjadi mayoritas dengan perbandingan 4:1. Inggris telah mendirikan satu pemerintahan sentral yang kuat dengan kesatuan militer tunggal dan pelayanan-pelayanan tunggal, meskipun pada awalnya terdapat banyak Negara merdeka dengan pemimpin-pemimpin mereka tersendiri yang tersebar diseluruh anak benua ini.

            Bagian penting dari kebijaksanaan Inggris untuk India adalah konsep geo-politik tentang India yang bersatu. Namun hal itu tidak berarti bahwa efisiensi administrasi harus ditinggalkan dan pada tahun 1905 Lord Curzon, Gubernur Jendral India, mengumumkan bahwa Benggali, yang sudah mulai sukar dikelola, akan dipisah menjadi dua dengan propinsi baru Benggali Timur dan Assam. Para petani Muslim di Benggali Timur menganggap hal itu sebagai ide yang baik, tetapi orang-orang Hindu Benggali menentang keras perubahan tersebut. Ini merupakan tanda pertama yang jelas, demikian dikatakan, bahwa kepentingan politik dan ekonomi orang-orang Hindu dan Muslim dapat sangat bertolak belakang.

            Setahun kemudian, dalam tahun 1906, salah satu hasilnya adalah, Pembentukan Liga Muslim Seluruh India di Dacca. Konsep India bersatu mulai berantakan.

            Pada tahun 1911, dibawah tekanan Hindu, Gubernur Jendral mengalah dan pembagian Banggali menjadi dua kesatuan administrasi dibatalkan. Keputusan Gubernur Jendral ini mengecewakan banyak orang Muslim. Rencana Dua Negara untuk India mulai muncul.         

 

……………………………***

 

            Jemaat Ahmadiyah berada paling depan dalam aktifitas Muslim ini. Tahun  1928, setelah mempelajari rencana konstitusi yang disusun oleh sebuah komite dalam Partai Kongres Seluruh India, Khalifah Kedua menjelaskan bahaya-bahaya yang dapat didatangkan rencana ini terhadap orang-orang Muslim dalam sebuah buku berjudul “Hak-hak Kaum Muslim dan Rencana Nehru”. Tak lama kemudian seorang Muslim terkemuka Maulana Muhammad Ali Jauhar memuji karya Jemaat Ahmadiyah dalam berjuang untuk suatu Negara Muslim di India dengan kata-kata berikut, ”Adalah tidak bersyukur jika kita tidak menyebutkan (Khalifah Kedua) serta Jemaatnya yang berdisiplin tinggi yang telah mengerahkan seluruh usaha mereka meskipun telah terdapat perbedaan-perbedaan dokrin bagi kesejahteraan kaum Muslim. Orang-orang terhormat ini, disatu pihak, memberikan perhatian besar pada politik kaum Muslim dan, disatu pihak giat bekerja membangun kesatuan oraganisasi, perdagangan, dan pertablighan diantara kaum Muslim.

            “Tidak akan lama lagi sikap sekte Islam yang terorganisir ini akan memberikan bimbingan bagi Negara Muslim pada umumnya dan pada khususnya bagi orang-orang yang hanya duduk bermalas-malas membaca Bismillah sambil membual tentang pengkhidmatan kosong mereka terhadap Islam.”

            Khalifah Kedua dan Jemaat Ahmadiyah juga memainkan peranan penting dalam menyelamatkan hak-hak sosial dan politik fundamental bagi golongan Muslim di Kashmir yang diperintah secara otokrasi oleh seorang Maharaja Hindu.

            Namun peranan terpenting Jemaat dalam pembentukan Pakistan, adalah dalam mengembalikan Muhammad Ali Jinnah ke India untuk memperjuangkan suatu Negara Islam merdeka. Mr Jinnah yang semula dikecewakan oleh kurangnya persatuan diantara kaum Muslim, setelah Konferensi Meja Bundar ketiga tahun 1932, memutuskan untuk menetap di London dan mengejar karier biasa. Khalifah Kedua, yang yakin bahwa Mr Jinnah merupakan satu-satunya orang yang mempunyai pengalaman politik serta kemampuan untuk memimpin kaum Muslim, memberitahu Mr A R Dard, mubaligh Ahmadiyah di London, bahwa ia harus mencoba membujuk Mr Jinnah kembali ke India. Mr Dard akhirnya berhasil dan sebuah pesta taman diselenggarakan di London Mosque untuk merayakan keberangkatan Mr Jinnah dimana ia mengumumkan kepada 200 tamu terkemuka bahwa adalah Mr Dard yang telah membujuknya untuk pulang ke India.

            “Bujukan hebat Imam ini membuat saya tak dapat mengelak,” katanya.

            Kelanjutannya adalah sejarah Mr. Jinnah pulang ke India dan menyelesaikan perjuangan bagi hak-hak politik golongan Muslim India. Tanggal 23 Maret 1940, Liga Muslim Seluruh India, dibawah pimpinan Mr Jinnah, mengeluarkan resolusi tentang struktur konstitusi India di masa depan.

            Paragraf pentingnya berbunyi sebagai berikut “mengingat pandangan yang sudah dipertimbangkan dari Bagian Liga Muslim India ini bahwa tidak ada rencana konstitusi yang dapat berlaku di Negara ini atau dapat diterima orang-orang Muslim kecuali jika dirancang sesuai prinsip-prinsip dasar berikut, yaitu, bahwa kesatuan-kesatuan geografis dibagi menjadi wilayah-wilayah yang harus dibentuk demikian dengan menyesuaikan kembali wilayah-wilayah bila diperlukan sehingga area dimana golongan Muslim secara jumlah merupakan mayoritas, harus dikelompokan membentuk Negara Merdeka dalam mana kesatuan-kesatuan tersebut akan menjadi daerah otonomi dan mempunyai kekuasaan.”

            Pakistan diciptakan tahun 1947 dibawah kepemimpinan Muhammad Ali Jinnah.

           

 

 

 

-BAB SEPULUH-

Perjuangan Bagi Pakistan

            Dukungan Jemaat Ahmadiyah bagi suatu Negara Islam dimonitor dekat oleh pemerintahan Gubernur Jendral. Tahun 1934 terjadi kerusuhan besar di Punjab dan bagian –bagian lain India dimana rumah – rumah orang Ahmadi dirusak dan dibakar. Sebelumnya dimana –mana telah terjadi penganiayaan terhadap orang Ahmadi secara individu dan belum pernah terhadap Jemaat secara keseluruhan. Ini dipimpin oleh gerakan Ahrar, suatu organisasi anti Ahmadiyah.

            Gubernur Punjab, Mr. Emerson, menyalahkan Jemaat Ahmadiyah. Kepercayaan mereka bahwa Yesus tidak wafat disalib, demikian ia laporkan kepada Kantor India membuat mereka tidak hanya menjadi bahaya besar bagi agama Kristen, tetapi juga bagi kemaharajaan—mereka dapat menjadi sebab kerusuhan antar golongan selanjutnya. Jadi mereka selain di awasi ketat harus juga disusun rencana agar Jemaat ini dapat dihinakan.

            Gubernur tersebut memerintahkan agar khotbah – khotbah Khalifah Kedua harus dicatat steno untuk melihat kalau – kalau beliau dapat terbukti mengajarkan kerusuhan sehingga dapat diadili dan dipenjarakan. Kedatangan seorang polisi ahli stenografi dengan sepeda motor untuk mencatat Khutbah Jumat menjadi peristiwa rutin di Qadian. Mr.Emerson kemudian memberitahu Zafrullah Khan, seorang anggota Dewan Gubernur, dan tentunya seorang Ahmadi terkemuka, bahwa Khalifah kedua adalah seperti belut – kita menangkapnya dengan tangan namun ia selalu meluncur melalui jari – jari kita.

            “Ketika saya mempelajari Khotbah – Khotbahnya saya mengira saya dapat menangkapnya,” katanya. “Tetapi beberapa kalimat lebih lanjut ia sudah meluncur keluar dari genggaman saya .”

            Filsafat politik Jemaat secara keseluruhan diletakkan oleh Masih Mau’ud – jika pemerintah menjamin kebebasan beragama dan berpolitik serta mengizinkan warga negaranya menjadi maju dengan damai maka pemerintahan itu adalah baik dan harus didukung namun hal itu tidak mencegah orang – orang Ahmadi secara perseorangan mencari kebebasan politik yang lebih lanjut.

            “Jemaat sendiri merupakan organisasi non politis, tetapi seorang Ahmadi disetiap Negara mempunyai hak – hak politik dan makin kuat mereka berusaha dalam hak – hak ini makin banyak mereka secara perseorangan dapat mencapai sesuatu .” kata Tahir.

            Antusias Jemaat Ahmadiyah untuk suatu Negara Islam merdeka dan penentangan setengah resmi dari Gubernur Punjab terhadab Jemaat bertolak – belakang dengan pernyataan – pernyataan yang tersebar luas dari penentang – penentang politik atas orang – orang Ahmadiyah yang menyatakan bahwa Jemaat ini adalah ciptaan dan alat pemerintahan sang Gubernur Jendral – yaitu dengan memecah belah golongan Muslim mereka dapat memerintah golongan ini dengan lebih mudah.

            Meskipun ada laporan – laporan surat kabar dalam surat – surat kabar Nasional Inggris tentang Mr Jinnah serta pesta teh di London Mosque untuk merayakan keberangkatannya ke India dan dokumentasi tertulis tentang tuduhan ini masih terus disebarkan. Sayang sekali jika anda mengucapkan sesuatu berulang – ulang maka sebagian orang akan mempercayai anda.

            Akibat – akibat tragis dan mengerikan dari kefanatikan agama selama pemisahan tahun 1947 dicatat baik. Jemaat Ahmadiyah membentuk pasukan mereka sendiri untuk melindungi nyawa dan harta mereka dan ,ketika pemisahan terjadi, mereka pindah secara masal ke Pakistan.

            Tahun 1953 karena alasan – alasan politik terjadi kerusuhan anti Jemaat ini di Punjab, namun selama hampir 20 tahun berikutnya Jemaat ini hanya menderita penganiayaan sekali – sekali. Pakistan mempunyai banyak masalah dalam negeri serta terdapat dua tempat medan perang dengan India tentang Kashmir dimana mayoritas penduduk Muslim telah dipaksa masuk kekuasaan India.

            Pada tahun – tahun pertama berdirinya jatidiri nasianal Pakistan, orang – orang Ahmadi Pakistan memainkan bagian penting. Beberapa naik ketingkat Jendral dalam ketentaraan . Mentri Luar Negri Pertama Negara ini adalah Zafrullah khan, Mentri keuangannya adalah M M Ahmad. Sebagian Ahmadi menjadi Duta Besar . Yang lainnya menjadi pedagang – pedagang yang sukses.

            Dikatakan bahwa mereka menjadi terlalu sukses . Setiap orang Ahmadi menyumbang, sebagai kepercayaan mereka seperenam belas dari penghasilan mereka untuk Jemaat. Mereka yang berjanji menyumbang sepersepuluh dari pendapatan mereka dan juga berjanji bahwa mereka akan mewariskan sepersepuluh dari harta mereka kepada Jemaat pada saat mereka wafat dikenal sebagai pewasiat atau pembuat wasiat. Tetapi dengan permohonan khusus selama bertahun – tahun tak jarang para pembuat wasiat boleh memberikan sepertiga dari pandapatan mereka kepada Jemaat.

            Dana itu digunakan antara lain untuk mendirikan sekolah – sekolah dan menyediakan beasiswa bagi anak – anak berbakat. Di Pakistan, sebuah Negara dengan sumber – sumber penghidupan terbatas, hal itu memberi anak – anak Ahmadi awal hidup yang cerah.

            Adalah keberhasilan Jendral Akhtar Malik ,seorang Ahmadi , dalam memenangkan penanganan bagian – bagian besar Khasmir selama perang perbatasan tahun 1965 dengan India, yang memperkenalkan Tahir kepada Zulfikar Ali Bhutto. Hidup serta karir mereka akan sangat berkaitan sampai Bhutto tewas ditiang gantungan dibawah kediktatoran Jendral Zia.

 

 

-BAB SEBELAS-

Bhutto dan Golongan Komunis

            Zulfikar Ali Bhutto, Mentri Luar Negeri Pakistan, menjadi pahlawan nasional karena pembelaannya yang bersemangat terhadap Pakistan dalam Dewan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pakistan tidak akan pernah mengabaikan orang-orang Muslim Kashmir, katanya, dan tak peduli berapa lamanya pada suatu hari orang-orang itu akan bersatu dalam Negara induk.

            “Itu adalah sebuah pidato besar dan ia menjadi pahlawan yang populer dalam tempo semalam saja,” kenang Tahir. “Kakak saya Nasir, yang pada saat itu belum menjadi Khalifah, tetapi karena kesehatan ayah saya yang tidak baik setelah percobaan pembunuhan, mewakili beliau dalam banyak urusan, meminta saya untuk pergi ke Islamabad dan bertemu Bhutto. Kakak saya ingin agar saya menyampaikan kepadanya bahwa kami sangat terkesan dengan pidato-pidatonya, dan kami mendukung pandangannya serta menawarkan bantuan apa saja yang dapat kami berikan sebagai warga-negara Pakistan.

            “Ketika Bhutto mengetahui mengapa saya telah datang ia langsung mengajak saya keluar dari ruang tamu karena tidak aman berbicara disana. Ia membawa saya keruangan lain yang hanya mempunyai satu meja dan mempunyai sedikit kursi. Kami berbicara dan kami menjadi sangat akrab.”

            Itulah pertemuan pertama mereka dan mereka tidak bertemu lagi untuk beberapa tahun sampai Bhutto mengirim pesan agar Tahir datang menemui Bhutto. Bhutto baru saja dipenjarakan dalam hukum darurat perang, namun sekarang akan dilangsungkan  pemilihan umum dan ia dibebaskan agar dapat ambil bagian. Tahir memberitahu kakaknya Nasir, yang baru saja dipilih sebagai Khalifah Ketiga, dan beliau mengizinkan Tahir menemui Bhutto. Mereka bertemu di rumah Bhutto.

            Bhutto sangat akrab, kenang Tahir, dan ia mulai mendiskusikan kampanyenya serta kebutuhannya akan uang untuk maksud itu, ia juga berbicara tentang pidato yang akan disampaikan ditelevisi keesokan harinya dan, ketika Tahir bertanya apakah ia dapat melihatnya, Bhutto memanggil Dr Mubasyir yang telah menyiapkan rencana kampanye. Bhutto meninggalkan mereka berdua dan ia pergi ke sebuah konferensi.

            “Saya menyukai Dr Mubasyir. Saya menemukannya lurus, jujur, dan berpikiran mulia. Kemunafikan tak terdapat dalam sifatnya,” Namun Tahir tidak setuju dengan rencana kampanyenya.

            Semua kalimat yang indah tentang sosialisme ilmiah akan diluar jangkauan kebanyakan rakyat, katanya. Filsafat persamaan derajad yang diberikan Muhammad adalah lebih penting. Ia mengusulkan agar mereka menggunakan istilah-istilah Islam. Ia juga berpendapat bahwa bagian ekstrim kiri Partai sedang mencoba membajak Bhuttto. Mereka sedang mencoba memanfaatkan popularitas pribadinya dan mengubahnya menjadi popularitas bagi golongan komunis.

            Ketika Mr.Bhutto pulang ia mendengarkan pendapat saya penuh perhatian. Perhatiannya berubah dari uang yang diharapkannya akan diterima dari kami – yang saya katakan mustahil karena kami adalah sebuah oraganisasi keagamaan – menjadi perhatian terhadap nasehat saya.”

            Tahir lalu memberi Bhutto nasehat yang lebih penting. Banyak orang yang terlibat dalam Partai Rakyat Pakistan saat itu, menurut pendapatnya, merupakan pengejar keberuntungan. Tapi tidak demikian halnya dengan orang-orang ekstrim kiri. Mereka teratur dan penuh dedikasi. “Mereka telah memastikan bahwa 70 persen calon dalam daftar final pemilihan umum untuk Dewan  Perwakilan Rakyat adalah komunis atau pendatang. Jika mereka terpilih maka golongan komunis akan mengambil alih Pakistan.

            “Saya memberitahu Bhutto mengenai informasi saya dan saya katakan bahwa jika ia ingin orang-orang Komunis mengambil alih maka ia dapat terus. Jika tidak, maka ia harus memeriksa ulang daftar tersebut dan melangkah dengan penuh hati-hati.

            “Selanjutnya terlihat Bhutto tidak berniat ditangkap dari kiri atau kanan. Ia ingin memelihara, dan juga memimpin, perbandingan yang baik antara keduanya.”

            Bhutto mengadakan sidang anggota-anggota senior Partai dan mengeluarkan siaran pers mendadak yang mangatakan bahwa daftar tersebut belum final. Sebuah komite anggota-anggota senior Partai dibentuk untuk meninjau kembali daftar calon dan memasukan rekomendasi.

            Sebagai hasilnya sejumlah besar calon dibatalkan. Mereka yang tampil dalam daftar final memperoleh kemenangan masal. Bhutto terpilih sebagai Perdana Menteri.

            Dalam periode hidupnya ini seorang Amir mengatakan, “Mirza Tahir Ahmad muda memperlihatkan penglihatan yang dalam tentang permasalahan yang dihadapi Negara : dan kemampuan, energi, serta tekadnya yang besar berperan dalam mencapai tugas yang telah dibuatnya untuk dirinya. Ia memperlihatkan kemampuan kepemimpinan yang besar serta energi dan stamina yang tak kenal lelah.”

            Setelah pemilihan itu Tahir datang menemui Bhutto. “Saya datang untuk menyampaikan selamat berpisah, Tuan” katanya.

            Bhutto terkejut. “Mengapa selamat berpisah ?” tanyanya.

            Tahir menjawab bahwa mulai sekarang Bhutto akan dikelilingi oleh orang-orang yang tidak akan memberinya apa-apa kecuali pujian-pujian indah. “Saya hanya dapat menawarkan pada anda pil-pil pahit kenyataan dan anda mungkin tidak menyukai ini.”

            Menanggapi ini Bhutto menjawab bahwa ia tahu Tahir adalah seorang pria yang benar dan ia tidak akan tersinggung karena apa-apa yang diucapkannya.

            Tahir kemudian tetap bertemu dengan Bhutto selama ia menjadi Presiden dan kemudian Perdana Menteri. Umumnya mereka membicarakan situasi Pakistan dan kenyataan bahwa PPP tidak menepati janjinya sejauh menyangkut pemilu. Ia juga menemui Bhutto untuk mengeluh tentang perlakuan tidak adil pemerintah atas Jemaat Ahmadiyah – tanah dan sekolah-sekolah mereka telah diambil alih.

            Secara bertahap Tahir menyadari bahwa Bhutto dikelilingi oleh orang-orang anti-Ahmadiyah baik didalam maupun diluar PPP sehingga akan sangat naif untuk mengharapkan Bhutto mengorbankan reputasi politiknya demi melindungi hak-hak orang-orang Ahmadi.

            Persahabatan mereka mulai mendingin, namun sepanjang waktu ini Bhutto tetap hormat, sopan, dan bersikap toleran terhadap kritik. Sebagaimana dijanjikan, ia tidak pernah tersinggung atas apa yang dikatakan Tahir.

           

 

 

-BAB DUA BELAS-

SATU KHALIFAH UNTUK DUNIA ISLAM

            Bhutto telah meminta Tahir untuk mengunjunginya sekali sebulan namun secara bertahap pertemuan itu menjadi jarang .

            Ketika Bhutto memanggil tuan M.M.Ahmad pulang dari Washington untuk konsultasi anggaran belanja, Bhutto mengeluh kepadanya karena Tahir tidak lagi datang lagi menemuinya dan jika M.M.Ahmad pergi ke Rabwah ia harus membujuk Tahir untuk kembali berkunjung. Bhutto juga langsung menghubungi Khalifah yang meminta Tahir untuk kembali berkunjung.

            Maka terjadilah M.M .Ahmad datang bersama Tahir ketika ia kembali menemui Bhutto. Peristiwa itu terjadi di rumah kediaman resmi perdana Mentri dan teh sore telah dihidangkan di taman rumput yang luas.

            “Perdana Mentri sudah bangun dari sebuah kursi malas dan memeluknya dengan hangat, mengatakan , “ Jadi inilah orang yang tak mau lagi bertemu lagi denganku” kenang M.M.Ahmad.

            Tahir mengenang periode persahabatan mereka ini dengan sangat jelas.

            Tahun 1973 di Pakistan Bhutto menyelenggarakan sebuah konferensi besar seluruh Negara Islam. Ia adalah seseorang yang mempunyai ambisi dan kemampuan menjadi seorang pemimpin dunia – Pakistan adalah sebuah panggung yang terlalu kecil bentuknya. Ia pernah mencoba menjadi pemimpin Dunia Ketiga – bekas – bekas jajahan Inggris, Perancis dan Negara – Negara lain. Namun tempat itu telah di duduki oleh Nehru dan putrinya nyonya Indira Gandhi. Jadi ia memutuskan untuk menjadi tokoh politik pemimpin dunia Islam, terutama dengan pertolongan Saudi Arabia. Sebagai gantinya Saudi Arabia akan menjadi pemimpin agama dunia Islam. Raja Saudi Arabia akan menjadi Khalifah bagi dunia Muslim.

            Tak lama sebelumnya Paus sudah menghimbau semua orang Muslim untuk bersatu untuk ikut serta dengan agama Kristen menentang Komunisme dan himbauan itu telah ditujukan terutama pada Raja Faisal. Sampai saat itu orang – orang Saudi kurang di perhitungkan secara politik. Mereka mempunyai kekayaan berlimpah dan menikmati kehormatan sebagai penjaga rumah Allah di Mekkah serta kuburan – kuburan suci serta tempat – tempat bersejarah sehubungan dengan kenangan Nabi tercinta, damai dan berkat – berkat atas beliau.

            Namun potensi penting ini belum sepenuhnya di jalankan dan di ubah menjadi pengaruh politik. Akan sangat menyenangkan bagi pihak barat Raja Faizal menjadi pemimpin rohani Islam. Jika orang – orang Muslim mendengar sebuah himbauan dari menara – menara di Mekkah mereka akan menanggapinya sebagai himbauan Tuhan. Mereka tidak akan menyadari bahwa itu hanya berupa pengeras suara yang di pasang di Mekah. Sementara mikrofon – mikrofonnya dijalankan dari suatu tempat di Barat.

            “Tapi tentu saja system Khalifah dalam Jemaat Ahmadiyah menghalangi mereka. Anda tidak dapat mempunyai dua Khalifah. Jadi kami harus dipisahkan. Kami harus dinyatakan sebagai non Muslim.

            “Kebanyakan orang di Indonesia adalah golongan Syafi’i sedangkan orang –orang Saudi adalah Wahabi dan mereka tidak cocok. Juga orang-orang Muslim Maliki di Afrika dan Hanafi di Turki tidak akur dengan sekte Wahabi. Jadi para ulama tidak akan menerima uang Saudi jika diberikan langsung sebagai uang suap dengan kata-kata `ini uangnya – terimalah pengaruh kami`. Tetapi jika itu datang sebagai bantuan untuk madrasah-madrasah agama dan mesjid-mesjid dengan suatu kampanye anti Ahmadiyah maka para ulama akan menerimanya. Dengan cara itu pengaruh Wahabi akan bertambah diseluruh dunia sementara orang banyak tidak tahu apa yang sedang berlangsung.”

            Itulah rencana yang diketahui Tahir – Raja Faisal sebagai Khalifah baru bagi dunia Muslim dan Bhutto sebagai otak politiknya.

            Tahir menyampaikan kesimpulannya kepada Azis Ahmad, Menteri Luar Negeri Pakistan, dan menambahkan ia memiliki informasi bahwa sebuah kampanye anti Ahmadiyah akan diadakan dalam konferensi Islam itu. Azis memberitahunya bahwa hal itu tak mungkin, tidak ada rencana demikian dan propaganda agama dalam bentuk apapun akan dilarang dalam konferensi. Konferensi itu merupakan konferensi Negara-negara Islam tapi bukan merupakan suatu konferensi agama. Tidak ada organisasi agama untuk memberikan pampflet  atau dokumentasi apapun terhadap para wakil. Sudah cukup sukar untuk menempatkan Suriah dan Yordan duduk bersama tanpa menyebutkan perbedaan agama.

            Ketika Tahir bertemu Bhutto ia memberitahu Bhutto tentang keterkejutannya. Bhutto meyakinkannya kembali – bahwa tidak akan ada propaganda anti Jemaat. Tetapi Tahir sudah mendapatkan sebagian pampflet yang disiapkan Jemaat Islami dan oraganisasi-organisasi penentang Jemaat Ahmadiyah lainnya. Pamflet-pamflet ini telah dipersiapkan khusus untuk dibagikan kepada para delegasi.

            Kecurigaan Tahir terkonfirmasi penuh ketika konferensi dimulai. Bhutto telah meminta militer untuk membuat daftar staf untuk berbagai kepala Negara dan wakil-wakil yang menghadiri konferensi. Ia mengkhususkan bahwa tidak ada orang Ahmadi yang ditunjuk.

            Meskipun rahasia tetap ada hal-hal yang bocor. Perdana Menteri sebuah Negara Afrika menyerahkan seluruh paket itu kepada seorang kenalan Ahmadi. Ia menyampaikannya kepada Tahir.

            Dokumen-dokumen itu merupakan penentangan terhadap Jemaat Ahmadiyah, sebagian sudah dilihat Tahir, sebagian lagi baru didengarnya. Hampir seluruhnya disiapkan dengan maksud tunggal memburukkan Jemaat Ahmadiyah dan mencelakakan Khalifahnya.

            Idi amin, dictator setengah gila dari Uganda, mengusulkan agar Faisal dari Saudi Arabia ditunjuk sebagai Khalifah bagi dunia Muslim, tetapi proposalnya – yang dipersiapkan dengan hati-hati oleh pendukung-pendukung Saudinya – tidak membuahkan hasil. Ada terlalu banyak perbedaan politik diantara berbagai Negara tersebut sehingga tidak dapat dicapai suatu persetujuan apapun yang sejauh itu.

            Selain itu sebagaimana halnya para ahli politik, mereka terlalu cerdik sehingga tidak mau terlibat. Adalah suatu hal untuk memanfaatkan perbedaan agama bagi suatu keuntungan politik, tetapi adalah sesuatu hal yang sangat berbeda untuk menunjuk seseorang, karena alasan-alasan yang seluruhnya bersifat politik, untuk menjabat suatu kedudukan agama yang datang dari Tuhan. Tuhanlah yang menunjuk seorang Nabi dan adalah para pengikut Nabi tersebut yang dibimbing Tuhan untuk memilih penerusnya, seorang Khalifah, untuk meneruskan pekerjaan Nabi tersebut.

           

……………………………***

            Jadi kampanye Bhutto untuk mencapai kesepakatan Internasional gagal. Tak lama setelah itu ia terang-terangan keluar menentang Jemaat Ahmadiyah. Hasilnya adalah rancangan undang-undang yang menyatakan bahwa orang-orang Ahmadiyah bukan Muslim.

            Khalifah Ketiga memimpin suatu delegasi beranggotakan lima orang ke Dewan Perwakilan Rakyat yang membahas rancangan undang-undang itu secara privat. Tahir merupakan anggota delegasi termuda – “sebuah pujian atas pengetahuannya, kebijaksanaanya dan pengetahuannya yang baik tentang sejarah dan tradisi Jemaat” kata seorang Amir kemudian. Tetapi pada tahun  1974 Dewan Perwakilan Rakyat Pakistan memproklamirkan bahwa orang-orang Ahmadiyah bukan Muslim.

            Mulai tahun itu orang-orang Ahmadi tidak boleh lagi naik haji ke Mekah, banyak staf senior di ketentaraan dan angkatan udara yang merukapakan orang-orang Ahmadi dipensiunkan sementara yang masih muda dihadang kenaikan pangkatnya. Hal yang sama terjadi diseluruh badan dan jawatan-jawatan pemerintah. Para duta besar yang merupakan orang Ahmadi tahu bahwa mereka tidak akan pernah lagi ditunjuk sebagai duta besar yang penting. Dosen-dosen universitas tidak akan pernah jadi profesor. Dokter-dokter rumah sakit tidak akan pernah menjadi kepala bagian.

            Dalam tingkat yang lebih rendah insinyur-insinyur telpon dan komputer, yang baru lulus dari Sekolah Teknik menemukan bahwa teman-teman sekelas mereka yang berkemampuan lebih rendah dari mereka diterima sementara mereka tidak d i t e r i m a. Hal ini membahagiakan lawan-lawan Ahmadiyah, namun hal itu tidak dapat dikatakan sebagai cara yang baik untuk memilih orang-orang terbaik.

            Karena tidak mendapat kesempatan ditanah air mereka orang – orang Ahmadi mulai mencari kesempatan di Negara – Negara lain. Emigrasi ke Inggris ,Jerman , Kanada, Amerika Serikat dan Negara – Negara lain dimulai. Karena biasanya kaum muda yang sehat dan berpendidikan – aset terpenting Negara manapun – yang siap mengambil resiko beremigrasi,  kerugian Pakistan merupakan keuntungan Negara lain.

            Jemaat Ahmadiyah mengeluh karena Dewan Perwakilan Rakyat telah bersidang secara privat sehingga rakyat Pakistan tidak mengetahui atas bukti apa keputusan itu diambil. Mereka menuntut Dewan untuk menerbitkan naskah bukti serta debat yang telah berlangsung.

            Pemerintah Bhutto menolak . Penolakan itu terus berlanjut meskipun tuntutan untuk publikasi debat terus tumbuh makin kuat.

            “Mengapa kita tidak menerbitkan debat – debat itu?” seorang Mentri pemerintah ditanyai setelah ia memimpin sebuah rapat tertutup para ahli hukum.

            Mentri pemerintah itu memandangnya dengan kecewa dan berkata :“Apakah anda ingin seluruh Pakistan masuk Ahmadiyah?”

            Karena penganiayaan terhadap Jemaat makin keras ada keluhan atas peranan Tahir. Ia mengenang, “saya mengetahui banyak orang yang mengeritik saya pada saat itu. Mereka berkata, jika anda dulu tidak menolong Bhutto, jika anda tidak mempengaruhi kami untuk berpikir bahwa dia-lah orang terbaik yang harus diberi suara maka kejadiannya akan menjadi sangat lain.

            “Saya tidak pernah menyesali peranan saya dalam mengkhidmati Negara kami pada saat itu – juga tidak sekarang – karena saya tahu alternatifnya akan jauh lebih buruk. Tetapi saya sangat menderita karena penganiayaan  yang dilakukan terhadap kami. Saya berdoa agar Tuhan menunjukkan kebenaran saya. Saya juga berdoa agar mereka yang menganiaya kami dihukum . Saya sering sekali tidak bisa tidur .

            Suatu malam saya melompat terbangun dari tempat tidur saya. Saya dipegang erat oleh suatu kekuatan yang tidak dapat digambarkan, meskipun hal itu sama dengan pengalaman saya ketika menerima wahyu dari Tuhan semasa masih sangat muda. Saya menemukan bahwa diri saya mengatakan ‘Aadha Wa Aamr, Aadha Wa Aamr  [makin hancur, makin pahit] dengan sangat keras dan kuat sehingga itu diluar control saya. Saya mengulanginya berkali – kali.

            Saya sudah membaca mengenai wahyu sejenis ini, ketika kita mulai mengucapkan sesuatu  dan kita tidak mempunyai control atas kata-kata tersebut, yang bahkan tidak sepenuhnya kita pahami, tetapi kita sepenuhnya tak berdaya ditangan suatu kekuatan yang memaksa kita untuk terus mengulang kata-kata itu.

            “Saya menemukan bahwa saya bergetar hebat ketika mengulangi kata-kata itu. Kemudian saya sepenuhnya  mengumpulkan kesadaran  dan menjadi awas atas kata-kata yang saya ucapkan serta mengapa. Saya umumnya awas terhadap artinya  tetapi tidak mengerti konteksnya, jadi saya berdiri, menghidupkan lampu dan mencari dalam Al Qur’an ayat dimana kata-kata tersebut muncul.

            “Mulai saat itu saya sepenuhnya menyerah pada kehendak Tuhan dengan cara apa DIA mungkin membukakannya.

            Pemertintah Bhutto menjadi tidak stabil  secara meningkat,  tetapi ia berjuang keras mempertahankan kekuasaan, dengan kemahiran politik, menciptakan dan memutuskan hubungan dimana suatu kesempatan baik nampak muncul. Pada bulan Juli 1977 ia digulingkan dalam kudeta oleh Jendral Zia Ul Haq yang  telah diangkatnya menjadi kepala Angkatan Bersenjata.

            Dua tahun kemudian Jendral Zia, meskipun dibawah protes Internasional, mengadili Bhutto atas pembunuhan ayah seorang lawan politiknya. Pengadilan menjatuhkan hukuman mati atasnya. Terdapat protes Internasional atas hukuman yang lebih dianggap sebagai persaingan politik daripada sebuah putusan sah pengadilan yang adil dan tak memandang bulu. Tak seorangpun percaya Jendral Zia akan melaksanakan hukuman itu walaupun ia sangat menginginkan Bhutto enyah.

            Suatu pagi, dua tahun kemudian,  ketika masih gelap diluar, Tahir tiba-tiba terbangun. “Saya merasakan suatu perasaan kuat  bahwa sesuatu telah terjadi. Saya berbaring terbangun mulai saat itu sampai waktu saya yang biasa untuk bangkit  dan sembahyang. Saya biasanya tidak pernah mendengarkan radio pada pagi hari, tapi pagi itu saya mendengarkannya. Hal pertama yang saya dengar adalah bahwa Bhutto sudah digantung.”

 

-BAB TIGA BELAS-

Dibimbing Tuhan

            Zafrullah Khan adalah anggota  terakhir Dewan Pemilih yang sampai di Mesjid Mubarak di pusat kota Rabwah yang terletak disebelah kediaman resmi Khalifah. Ada sepuluh hektar lapangan terbuka di seputar mesjid, namun pada tanggal 10 Juni 1982 tampaknya seluruh penduduk Rabwah yang jumlahnya sekita 45000 orang telah menelantarkan rumah mereka dan berduyun-duyun ke Mesjid.

            Mereka telah datang untuk menyaksikan sedapat mungkin pemilihan Khalifah Keempat.

            Mereka disertai oleh 15000 orang Ahmadi yang tiba tak hanya dari Pakistan, India, Inggris Raya, Amerika Serikat dan Kanada, tetapi juga dari Jerman, Prancis, Belanda Nigeria, Sierra Leone, Gambia, Malaysia – sesungguhnyalah mereka datang dari hampir semua Negara dimana Jemaat mempunyai pengikut. Jubah-jubah yang berhias meriah dari Afrika Barat dan Timur bercampur dengan pakaian konservatif orang-orang Ahmadi dari Jerman dan Inggris serta kemeja putih dan celana panjang longgar orang-orang India dan Pakistan.

            Setiap orang, tak peduli darimana mereka datang dan bagaimana mereka berpakaian, mengeluh kepanasan. Suhu telah melambung secara mencengangkan sampai 115 derajat F dan orang yang berkerumun dalam kumpulan padat, jatuh pingsan dimana-mana tidak tahan panas. Mereka ditarik ketempat yang terlindung. Dari rumah-rumah didekat itu terus  menerus datang orang-orang yang membawa air sebanyak mungkin untuk mereka yang menunggu.

            Kebanyakan mereka sudah berdiri sejak tengah malam kabar wafatnya Khalifah Ketiga diteleponkan dari Islamabad ke Rabwah.

            Zafrullah Khan, dalam usia sembilan puluh tahun, merasa sangat kepanasan. Beliau sebelumnya berada di London menunggu kabar di mesjid, ketika telepon dari Rabwah diterima. Sejak itu beliau berada dalam perjalanan. Beliau naik pesawat langsung ke Islamabad, pesawat lagi ke Lahore, dimana sebuah mobil sudah menunggu untuk membawa beliau ke Rabwah.

            Beliau makan sedikit sekali dalam perjalanan dan di rumah tamu beliau segera disuguhi sup dan roti. Pada saat itu Tahir tiba dan karena ia juga belum makan mereka menikmati makanan sederhana itu bersama. Tahir berangkat ke mesjid dan Zafrullah Khan mengikuti dengan lebih perlahan dikawal oleh petugas-petugas yang membukakan jalan melalui orang banyak. Mereka telah membukakan pintu utama mesjid untuk beliau. Dan ketika beliau berada didalam pintu ditutup dan tiga petugas menjaga agar tak ada orang lain yang masuk. Pemilihan Khalifah Keempat Jemaat Ahmadiyah akan segera dimulai.

            Zafrullah Khan, orang terakhir yang masuk menempati sebuah kursi diantara sepatu-sepatu pada bagian belakang mesjid. Kursi itu disediakan untuk menghormati usia lanjut beliau. Satu-satunya kursi lain ditempati oleh Mirza Mubarak Ahmad, Presiden Departemen Misi Luar Negeri, Tahrik jadid, yang merupakan pengurus senior Jemaat. Beliau akan memimpin sidang.

            Beliau juga sebelumnya berada di Eropa – di Frankfurt, Jerman – ketika Khalifah Ketiga mendapat serangan jantung kedua dan wafat. Sekarang ke-148 anggota Dewan Pemilih yang telah sampai di Rabwah akan memilih Khalifah baru.

            Khilafat bukanlah berdasarkan keturunan. Khalifah bisa saja siapapun anggota Jemaat Ahmadiyah meskipun kemungkinan besar salah satu dari ke-148 anggota Dewan. Karya mereka, hidup mereka, dan ahlak mereka telah membuat mereka terpilih sebagai anggota Dewan. Mereka terdiri dari para Amir berbagai distrik dan kota di seluruh penjuru dunia, bekas Amir, pengurus-pengurus tingkat atas berbagai organisasi, para mubaligh yang telah bekerja paling kurang satu tahun di suatu Negara di dunia, dan tentunya sahabat Masih Mau’ud yang masih hidup.

            Setiap orang dari mereka telah bersumpah untuk memastikan bahwa hanya orang-orang Islam yang sepenuhnya mengakui kenabian Ahmad sebagai Masih Mau’ud dan mengakui Khilafat yang berasal dari beliau yang boleh memberikan suara.

            Sumpahnya berbunyi :”Saya bersumpah dengan nama Allah yang Berdiri Sendiri dan Selalu Ada bahwa saya mengakui Khilafat Ahmadiyah. Saya bersumpah tidak akan memberi suara kepada seseorang yang atasnya telah ada penilaian atau pernyataan bahwa ia tidak lagi anggota Jemaat Ahmadiyah juga saya tidak akan memberikan suara kepada seseorang yang atasnya telah ada penilaian atau pernyataan bahwa ia berhubungan dengan para penentang Ahmadiyah dan Khilafat  Ahmadiyah.”

            Setiap anggota dewan diberi kartu anggota yang harus diperbaharui secara teratur. Sertifikat inilah yang telah diminta para pengawal dipintu kepada setiap orang yang ingin memasuki Mesjid.

            Peraturan-peraturan pemilihan Khalifah baru telah ditetapkan bulan Desember 1956 setelah usaha pembunuhan Khalifah Kedua yang menekankan pentingnya memilih Khalifah baru dalam 24 jam setelah wafatnya Khalifah terdahulu. Tidak dipermasalahkan berapa jumlah anggota dewan yang telah berkumpul dalam jangka waktu itu – pemilihan Khalifah baru dapat berlangsung. Tanpa pemimpin Jemaat dapat berada dalam bahaya.

            Jika tidak ada keadaan darurat – seperti saat sekarang – pemilihan dapat diundurkan sampai tiga hari. Dalam tempo itu dianggap setiap pemilih yang penting dapat mencapai Rabwah.

           

………………………………***

            Pentingnya penerus untuk menyelesaikan tugas beliau telah dirinci oleh Masih Mau’ud ketika beliau mengumumkan menerima wahyu yang menyatakan kematian beliau sudah dekat. Tetapi Tuhan telah menjamin bahwa beliau tidak akan wafat sampai banyak nubuatan yang telah beliau sampaikan tergenapi. Beliau hanya akan wafat pada saat buah hasil kerja beliau mulai bermunculan.

            Waktu itu belum tiba, Tetapi Tuhan telah memberitahu beliau agar beliau mulai bersiap untuk kematian dan diantara tugas-tugas beliau adalah persiapan bagi para penerus beliau untuk kelanjutan pekerjaan beliau.

            “Tuhan akan mengaruniai Jemaat ini dengan keberhasilan penuh dan kemajuan, sebagian pada masa saya dan sebagian setelah saya berlalu.”

            Namun hal itu tidak akan langsung terlihat jelas. Akan tampak seakan-akan saat wafat beliau  tidak tepat, kata Masih Mau’ud. Itulah cara Tuhan bekerja, demikian beliau menulis dalam dokumen yang kemudian dikenal sebagai Al Wasiat.

            Musa telah wafat dalam perjalanan ke Tanah Suci dan pengikut-pengikut beliau begitu terpukul karena ditinggal tanpa Pemimpin sehingga mereka meratap digurun selama 40 hari. Hal yang sama terjadi pada Yesus (Nabi Isa) dimana para pengikutnya berpencaran setelah beliau diperkirakan wafat dan Petrus pengikutnya yang paling setia, menyatakan meninggalkannya.

            Ketika Muhammad wafat beberapa pengikut beliau bahkan telah meninggalkan Islam. Tetapi kemudian Tuhan mengadakan manifestasi kedua yang memperlihatkan kebesaranNYA dan Abu Bakar berdiri tegak untuk menyatakan kebenaran janji yang telah diberikan Tuhan dalam Al Qur’an dan bahwa Dia akan menegakkan kuat-kuat agama yang telah dipilihkanNYA kepada mereka serta menggantikan suasana kecemasan menjadi suasana damai dan aman.

            Hal yang sama akan terjadi pada Ahmad.

            “Saya datang dari Tuhan sebagai manifestasi,” kata Masih Mau’ud. ”Saya merupakan suatu kekuatan Tuhan yang terwujut dalam diri manusia dan setelah saya akan datang orang-orang lain yang akan datang sebagai perwujudan kekuatan kedua.

            “Jadi anda semua harus berkumpul bersama  berdo’a untuk menanti manifestasi kedua. Dan setiap kumpulan orang saleh dari antara pengikutku disetiap negeri harus tetap berdo’a bersama agar manifestasi kekuatan yang kedua  datang dari langit dan memperlihatkan kepada anda betapa kuatnya Tuhan anda.

            “Biarlah siapa-siapa anggota Jemaat yang mempunyai jiwa murni  dan saleh menerima perjanjian setelah saya  dengan nama saya. Adalah keinginan dan kehendak Allah  agar mereka yang hidup  diberbagai tempat kediaman  diberbagai Negara, di Eropa atau Asia,  semua yang mempunyai sifat saleh, DIA akan menarik mereka  kedalam doktrin kesatuan dan DIA akan mengumpulkan seluruh ciptaanNYA kedalam satu agama tunggal.       

            “Inilah kehendak Tuhan Yang untuk pemenuhannya saya telah diutus. Jadi penting bagi anda agar anda berjuang demi tujuan ini, tetapi selalu dengan kelembutan, moral tinggi, dan do’a.”

            Masih Mau’ud kemudian menegaskan bagaimana penerus-penerus beliau harus dipilih.

            “Pemilihan orang-orang ini harus didasarkan atas kesatuan pendapat diantara para pengikut saya.  Jadi atas siapa 40 pengikut  memberikan persetujuan, ia berhak menerima perjanjian atas nama saya.

            “Orang itu harus membuat dirinya teladan bagi yang lain. Tuhan telah memberi tahu saya bahwa bagi para pengikut saya DIA akan mengirim seorang laki-laki dari keturunan saya sendiri atas siapa DIA akan  melimpahkan keunggulan berdasarkan wahyu dariNYA serta kedekatan kepadaNYA dan melalui orang ini kebenaran akan tersebar, banyak orang menerimanya.”

            Masih Mau’ud menambahkan bahwa  mereka harus sabar menunggu sampai orang yang seperti itu  muncul pada saatnya. Sampai saat kedatangannya ia mungkin  terlihat  sebagai orang yang sangat biasa,  bahkan mungkin sebagai orang yang sangat tidak tepat.

            Jangan tergesa-gesa dalam penilaian anda, kata beliau. Ingatlah bahwa ia yang ditakdirkan untuk menjadi terbaik diantara manusia sebelumnya pernah tak lebih dari sekedar suatu benih  dalam rahim ibunya.

            Beliau menambahkan lagi pesan kedamaian mencirikan tulisan beliau serta hidup beliau.

            “Jauhilah kejahatan dan berhubunganlah dengan sesama manusia dalam simpati  dan cinta kasih. Cobalah seluruh jalan kesalehan karena anda tidak tahu lewat jalan yang mana anda akan diterima.”

…………………………………….*****

            Pada tahun 1982 ke-148 anggota Dewan Pemilih yang telah sampai di Rabwah berkumpul dalam kelompok-kelompok didalam Mesjid Mubarak. Sahabat-Sahabat Masih Mau’ud disebelah sini, anggota-anggota organisasi, anggota Jemaat Sadr Anjuman di sebelahnya, dan anggota-anggota Missi Luar Negeri disebelah sana. Tetapi semua kelompok itu bercampur pada sisi-sisinya.

            Banyak nama telah disebutkan sebagai calon Khalifah. Tetapi sekarang, demikian dijelaskan oleh Mirza Mubarak Ahmad, tidak akan ada diskusi, tidak ada eulogi seorang calon, atau debat tentang alasan pemberian suara bagi seorang calon atau lainnya. Mereka berada disana untuk memilih Khalifah yang baru. Dan Tuhan akan membimbing mereka dalam pemilihan. Jadi tak ada gunanya diskusi yang sia-sia. Apa yang diperlukan hanyalah usulan nama orang yang mereka yakini harus menjadi Khalifah berikutnya.

            Ketika ia menjelaskan hal-hal ini  terdengar bisik-bisik antusias. Zafrullah Khan belakangan menceritakan dengan jelas rasa antusias  yang sangat kuat menyelimuti  Mesjid selama pemilihan. Beliau juga menjelaskan dengan sangat jelas, tapi dengan kurang suka, udara panas yang mereka rasakan didalam mesjid yang sejuk itu. Zafrullah Khan yang dahulu berpostur kurus tegap tetapi sekarang melemah  dengan semakin lanjutnya usia  hanya mengenakan kemeja dan celana Shalwar longgar namun  tetap basah kuyup dengan keringat. Pakaiannya, beliau mengenang, basah kuyup- seakan-akan baru saja direndam dalam seember air.

            Pengambilan suara akan dilakukan dengan mengangkat sebelah tangan  dan anggota-anggota tertentu diperintahkan untuk menghitung tangan-tangan dan bertindak sebagai penjumlah. Mirza Mubarak Ahmad kemudian minta nama pertama.

            Segera saja sebuah kelompok yang terdiri dari 50 orang  menyerukan sebuah nama.

            Kemudian Mirza Mubarak Ahmad  meminta nama lain.

            Kembali ada seruan dari sekelompok pemilih.

            Beliau meminta nama lain.

            Kembali sebuah nama diserukan.

            Beliau meminta nama lain.

            Kali ini suasana hening. Pemilihan Khalifah baru akan diadakan dari ketiga nama ini.

            Mirza Mubarak Ahmad kemudian  berkata bahwa mereka akan memungut suara untuk nama pertama. Orang-orang mengangkat tangan. Para penjumlah menghitung dan maju kedepan  untuk memberikan hasil kepada Mirza Mubarak Ahmad.

            Beliau berdiri dan memohon semua diam dan seluruh suara hening. Tidak ada gunanya lagi memungut suara lebih lanmjut., katanya. Mirza Tahir Ahmad sekarang adalah Khalifah Keempat. Dari 148 pemilih, 130 telah memberikan suara untuknya.

            Terjadi keributan dan luapan kegembiraan besar, tetapi semua diam ketika Tahir berdiri kaku dan mengambil sumpah yang akan mengubah hidupnya selamanya. Bagi 10 juta orang diseluruh dunia ia bukan lagi manusia biasa.

            Ia adalah utusan Tuhan, orang yang do’anya didengar Tuhan dengan perhatian serta kecintaan khusus, orang yang tidak hanya dapat menunjukan jalan menuju keselamatan tetapi  juga menerangi jalan itu. Ia tidak hanya dapat menghibur orang sakit  dan orang yang hampir mati, tetapi jika Tuhan mengizinkan ,  ia juga dapat menyembuhkan orang sakit dan orang yang hampir mati.

            Ia adalah orang yang akan dibimbing Tuhan dalam setiap keputusan yang dibuatnya  mulai saat ini. Ia mungkin membuat suatu keputusan yang keliru, tetapi Tuhan akan menjamin bahwa keputusan yang semula salah menjadi keputusan yang benar pada akhirnya.

            Ketika belakangan beliau mencoba mengingat emosinya pada saat pemilihan Khalifah berkata, “Kami semua sangat sadar akan  pentingnya acara itu sehingga saya kira  tak seorangpun memperhatikan siapa mengusullkan nama siapa. Tentunya saya tak memperhatikannya. Ketika nama saya disebutkan itu terjadi pada saat permulaan. Saya tidak dapat menguraikan perasaan terkejut dan malu saya. Saya begitu malu sehingga saya berhenti berpikir.

            “Saya sebelumnya hanya memikirkan satu orang yang saya anggap harus menjadi Khalifah. Ia adalah kakak saya Mirza Mubarak Ahmad. Ia jauh lebih tua dari saya dan telah bekerja dalam kedudukan-kedudukan yang jauh lebih penting  daripada yang telah saya lakukan dan ia jauh lebih dihormati. Namanya muncul bagi saya  sebagai orang yang harus menjadi Khalifah berikutnya.

            “Kemudian tiba-tiba sayalah Khalifah.”

            Khalifah baru mengambil sumpah dalam bahasa Urdu dan mengucapkannya dalam suara tegas.

            “Saya bersumpah dengan nama Allah  Yang Maha Ada dan Maha Hidup  bahwa saya mempunyai keimanan kuat  pada Khilafat Ahmadiyah dan saya menganggap semua yang menentang Khilafat Ahmadiyah telah tersesat  atau berada pada jalan yang keliru. Saya akan berusaha dengan segenap kemampuan saya untuk memastikan berlanjutnya Khilafat Ahmadiyah sampai Hari Kiamat sendiri dan saya akan berjuang dengan segenap keinginan saya untuk membawa  ajaran Islam kepelosok-pelosok bumi yang jauh.

            “Saya akan menjaga,  karena hal itu akan menjadi tugas saya, hak-hak semua orang, tak perduli kedudukan atau keadaan hidup mereka,  apakah mereka kaya atau miskin  dan lemah, pria atau wanita dengan sepenuh hati saya  dan dengan segenap kekuatan saya  dan serta bantuan Jemaat  saya akan membawa karunia dan ilmu Al Qur’an serta Hadist  Rasullullah kepada orang-orang diseluruh penjuru dunia.”

            Khalifah kemudian mengumumkan bahwa baiat, perjanjian masuk Jemaat, sekarang akan diadakan.

            “Untuk maksut itu saya ingin agar tangan saya ditutupi oleh tangan Sahabat Terkemuka Masih Mau’ud,” kata beliau dan beliau menunjuk kearah Zafrullah Khan  yang duduk dikursi pada bagian belakang Mesjid diantara sepatu-sepatu.

            Zafrullah Khan tidak mendengar kata-kata Khalifah  tapi tiba-tiba jalan dibukakan  bagi beliau dan menemukan dirinya  dipapah tergesa-gesa  kebagian belakang Masjid. Tangan-tangan menolong beliau  untuk berdiri tegak. Belakangan beliau katakan bahwa dalam ketergesa-gesaan itu  seseorang berdiri diatas kaki kiri beliau dan beliau sangat kesakitan.

            Khalifah mengambil tangan orang tua itu dengan lembut dan menggegamnya sangat kuat. Orang-orang lain meletakkan tangan mereka diatas tangan kedua orang ini. Dan mereka yang tangganya menyentuh tangan Khalifah  memegang tangan orang lain sehingga ke-148 anggota Dewan membentuk rantai manusia sehingga semuanya  bersama-sama dapat  mengambil sumpah.

            Suara Zafrullah Khan rendah dan bergetar  ketika dipengaruhi emosi,  beliau mengulangi sumpah yang pertama kali  beliau telah berikan kepada Masih Mau’ud,  kemudian kepada penerus beliau yang Pertama Hakim Nur-ud-Din, penerus kedua beliau, Basyir-ud-Din, penerus ketiga beliau, Nasir, dan sekarang penerus keempat beliau Tahir.

            “Untuk mengenal dan hidup dimasa Masih Mau’ud kemudian hidup cukup lama dan mengenal keempat tokoh besar  yang dipilih sebagai penerus beliau ini merupakan hadiah sangat indah  dari Tuhan,” kata beliau belakangan, ”Tuhan telah sangat baik kepada saya.

            Baiat secara harfiah berarti ”terjual”  oleh sebab itu mengambil baiat  berarti mereka menempatkan hidup, keimanan dan masa depan mereka  ditangan Khalifah. Mulai saat itu  apa yang beliau inginkan agar dikerjakan para pengikut beliau bagi mereka adalah perintah.

            Kata-kata yang diucapkan serentak oleh Zafrullah Khan  dan seluruh anggota Dewan Pemilihan adalah:

            “Saya bersaksi bahwa hanya Allah yang harus disembah. Dia tak mempunyai sekutu dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah Hamba dan UtusanNYA.

            “Dengan ini saya memohon amal saya ditangan Mirza Tahir Ahmad  dan masuk Jemaat Ahmadiyah  dan mohon ampunan Allah  dari semua dosa saya yang lampau dan saya akan berusaha sedapat mungkin  untuk menjaga diri saya dari dosa-dosa yang akan  datang.

            “Saya tidak akan menyekutukan siapapun dengan Allah. Saya tidak akan melayani niat buruk. Saya tidak akan melibatkan diri dalam pembicaraan keji. Saya tidak akan menyebabkan penderitaan terhadap siapapun.  Saya akan mengutamakan urusan agama saya diatas segala urusan duniawi. Saya akan senantiasa menaati Perintah-perintah Islam.

            “Saya akan berusaha sekuat mungkin untuk membaca, mendengarkan, memperdengarkan , dan menceritakan Al Qur’an , Hadist Rasullullah SAW., dan Buku-buku Masih Mau’ud AS.. Saya akan selalu beriman kuat pada Rasullullah SAW. Sebagai Khatamun Nabiyin- Penghulu Para Nabi – dan saya akan percaya pada seluruh pendakwaan Masih Mau’ud AS..

            “Saya mohon ampunan Allah , Tuhan saya, dari semua dosa saya, dan saya kembali kepadaNYA.

            “Ya Tuhan kami, Allah kami,  saya telah berdosa dan saya mengakui semua dosa saya. Ampunilah dosa saya karena tak ada yang lain kecuali Engkau  yang dapat mengampuni dosa. Amin.”

            Di luar Mesjid orang banyak telah menyadari  bahwa keputusan telah diambil. Bahkan didalam Mesjid mereka dapat mendengar  suara ribut orang-orang diluar.

            Ketiga pintu Mesjid sekarang terbuka lebar  dan meskipun para penjaga berusaha menahan, orang banyak diluar masuk ke Mesjid bagaikan lautan manusia, hampir menenggelamkan mereka yang berada didalam. Nama Khalifah diketahui dan diserukan.

            Nama ini diserukan lagi berkali-kali sampai ributnya memekakkan telinga. Setiap orang ingin mengadakan sumpah perjanjian dengan Khalifah baru. Orang-orang membuka sorban mereka sehingga lebih banyak orang bisa dikaitkan kepada  pemimpin dan pembimbing rohani mereka,  orang yang telah dipilihkan Tuhan bagi mereka.

            Berulang-ulang Khalifah memberi sumpah perjanjian  kepada orang-orang. Beliau tadinya mengenakan topi astrakhan biasa  dari kulit domba—yang populer dikenal sebagai topi Jinah karena hubungannya dengan Mohammad Ali Jinah , pendiri Pakistan –tetapi tiba-tiba terdengar teriakan.

            Salah seorang pengikut beliau mendekat membawa kain putih dengan hiasan sorban emas  yang sudah menjadi penutup kepala tradisional para Khalifah. Khalifah mengenakannya diantara kegembiraan orang-orang  dan beliau melanjutkan mengambil sumpah-sumpah perjanjian baiat.

            Setelah dua jam Khalifah mengumumkan agar sekarang semua orang bubar. Shalat Jenazah Khalifah Ketiga akan diadakan pukul lima ,  jadi setiap orang sekarang harus meninggalkan mesjid dan pergi kepekuburan orang-orang beriman, Pekuburan langit dan membentuk baris-baris.

            Beliau sendiri pulang kerumah. Disana beliau mengambil sumpah perjanjian baiat istri beliau , putri-putri beliau serta keluarga dekat lainnya. Namun mula-mula beliau mengambil sumpah bibi beliau Amatul Hafiz Begum, putri terakhir Masih Mau’ud  yang masih hidup. Sebelumnya bibi beliau ini mengambil cincin perak  yang telah menjadi tanda Khilafat, dan memasukkannya kejari tengah tangan kanan beliau.

            Pada bagian mata cincin itu Masih Mau’ud telah mengukirkan wahyu  yang diberikan Allah kepada beliau : Apakah Allah Tidak Cukup bagi HambaNYA?

…………………………………………………….***

            Khalifah Ketiga, Mirza Nasir Ahmad, telah wafat sebelum tengah malam tanggal 8 Juni 1982 dirumah beliau di Islamabad kemana beliau dibawa setelah serangan jantung.  Beliau berusia tujuh puluh tiga tahun. Dokter-Dokter ahli telah senantiasa berjaga dan atas rekomendasi mereka  dua ahli jantung lagi dipanggil  dari London untuk konsultasi. Mula-mula nampaknya beliau mungkin sembuh,  tetapi pada pagi hari wafatnya kondisi beliau menurun.     

            Keluarga langsung beliau, istri beliau dengan tiga putra dan dua putri, tinggal di Islamabad sejak serangan jantung yang pertama. Malam itu mereka berkumpul disisi tempat tidur beliau. Tahir, yang berada di Islamabad sebagai wakil resmi Jemaat juga beliau berada disisi tempat tidur beliau. Pada pukul 11.45 malam Khalifah Ketiga mendapat  serangan jantung lagi dan wafat.

            Kabar ini segera di teleponkan ke Rabwah dan dari sana diteleponkan ke seluruh dunia untuk memanggil para anggota Dewan Pemilih agar mereka dapat memilih Khalifah baru yang akan memimpin sembahyang untuk Khalifah Ketiga.

            Jasad Khalifah Ketiga dibawa dari Islamabadi pukul 4 pagi dan tiba di Rabwah yang jauhnya 225 mil pada pukul 10 pagi. Suatu antrian pelayat, yang diperkirakan sepanjang 5 mil, berawal diluar rumah Khalifah dan berbelok-belok dalam baris-baris yang nampaknya tanpa akhir sehingga sukar ditemukan ujungnya.

            Setengah jam setelah peti jenazah sampai di Rabwah para pelayat mulai menjenguk. Kesedihan yang besar menguasai mereka dan setiap orang yang pernah mengenal Khalifah Ketiga. Beliau seorang yang cerdas, bekerja keras, penuh perhatian pada orang miskin dan golongan bawah, namun kelebihan beliau yang terutama adalah ketulusan beliau. Beliau memancarkan niat baik. Bahkan diantara mereka menentang keras kepercayaa-kepercayaan beliau banyak yang menganggap beliau sebagaai seorang yang diberkati Tuhan secara khusus.

            Iring-iringan panjang para pelayat diluar rumah mulai berkurang ketika pemilihan Khalifah dimulai. Sekarang beribu-ribu orang berkumpul dijalan-jalan Rabwah dimana jenazah Khalifah Ketiga akan lewat. Bahkan ribuan lagi berkumpul dibukit dekat pekuburan.

            Didalam mesjid yang tadinya ada kekacauan dan kegembiraan sekarang bening dan setiap orang berdiri sangat diam. Makin banyak orang terus berdatangan ditempat  pekuburan dan lewat pengeras suara datang pengumuman bahwa masih ada tempat dibagian barat bukit.

            Diluar rumah Khalifah Ketiga orang-orang telah berhamburan maju untuk kehormatan ikut memanggul peti jenazah Khalifah Ketiga ke kuburan. Tiang-tiang yang panjang telah ditambahkan disudut-sudut kanan dibawah peti sehingga makin banyak orang yang mendapat tempat sebagai pemanggul jenazah. Ketika peti jenazah bergerak maju sepanjang kota para pemanggul menyerahkan tempat mereka agar orang-orang lain mendapat kehormatan yang sama.

            Ketika peti jenazah lewat, berkali-kali dibaca ayat Al Quran : “Kita adalah milik Allah dan kepadaNya-lah kita akan kembali”.

            Iringan-iringan jenazah berhenti ketika sampai di kuburan. Semuanya hening. Lewat pengeras suara datang pengumuman bahwa hanya yang namanya disebutkan boleh bergerak seusai shalat jenazah. Hanya ada tempat untuk sedikit orang disisi kuburan. Hanya setelah doa diam yang terakhir orang-orang boleh bergerak.

            Diperkirakan limapuluh ribu orang ikut dalam shalat jenazah. Diatas nisan putih Khalifah Ketiga tertulis nama beliau serta tanggal lahir dan tanggal wafat.

            Orang banyak menjadi senyap ketika Khalifah mengangkat tangan untuk doa diam yang terakhir.

            Kemudian orang-orang pulang dalam diam kerumah masing-masing.

           

 

-BAB EMPAT BELAS-

Nubuwatan tergenapi

 

             Pada pagi hari setelah diangkatnya Khalifah Keempat para pengawal beliau berjalan-jalan santai disekitar rumah beliau. Mereka telah bersama beliau sejak pintu mesjid terbuka dan pemilihan beliau diumumkan. Kebanyakan mereka adalah orang muda, para pelajar atau para pegawai dari berbagai jenis pekerjaan, yang telah berebut untuk kehormatan mengawal Khalifah dan tempat kediaman beliau pada malam pertama itu. Mereka telah diberi perintah tentang  tugas-tugas mereka oleh para senior yang membentuk kelompok biasa pengawal Khalifah.

            Tidak ada kerusuhan yang diperkirakan dan tak ada kerusuhan yang terjadi sehingga mereka berjalan-jalan dan mengobrol tanpa cemas dalam udara pagi yang sejuk. Saat itu pukul 6 pagi. Tentunya setiap orang masih tidur setelah semua kegembiraan, kesedihan, dan tekanan-tekanan emosional hari sebelumnya.

            Kemudian Khalifah keluar dari pintu depan dan pergi ketempat dimana beliau menyimpan sepeda. Beliau akan pergi ke kantor Misi Luar Negeri, demikian beliau memberitahu para pengawal beliau yang tercengang. Beliau tidak mau naik mobil. Beliau memerlukan olahraga. Dan beliau mengusulkan agar mereka masing-masing mengambil sepeda dan mengikuti beliau.

            Mereka mematuhi. Namun sore itu kepala keamanan beliau mengajukan protes. Ini bukanlah masalah olahraga. Jika para pengawal beliau sibuk mengayuh mereka tidak dapat memberi perhatian atas keselamatan beliau. Secara sediplomatis mungkin beliau diingatkan bahwa keselamatan dan kesehatan beliau sekarang menjadi perhatian setiap orang Ahmadi.

            Dengan enggan Khalifah setuju. Tanggung jawab dan tugas-tugas kedudukan beliau sudah mulai menekan.

            Perubahan yang paling langsung adalah dalam cara setiap orang memanggil beliau. Anak-anak beliau, sebagaimana biasa, sudah selalu menggunakan bentuk sopan jika berbicara kepada beliau. Dalam Bahasa Inggris penggunaan bentuk tunggal “kamu” sekarang tidak ada. Dalam bahasa Urdu, seperti dalam Bahasa Prancis dan banyak bahasa lain, bentuk tunggal masih digunakan antara keluarga atau sahabat.

            Tetapi sekarang, bahkan kakak-kakak beliau laki-laki dan perempuan, menggunakan bentuk sopan plural Bahasa Urdu. Kasih sayang hangat bersifat kekeluargaan mereka masih terasa, tapi tertutupi oleh sesuatu yang lain. Hubungan mereka sekarang berbeda.

            Beliau memerlukan beberapa waktu untuk menyesuaikan diri dengan situasi. “Saya selalu merasa canggung – seakan-akan mereka menyapa kedudukan saya. Dan jika orang-orang manyapa saya dengan kata-kata atau ungkapan-ungkapan sangat hormat dan mulia saya merasa tak enak dan mempunyai kesan seakan-akan mereka  bukan berbicara kepada saya tetapi kepada seseorang yang lain. Saya hampir-hampir menoleh untuk melihat siapa itu.

            “Rasa mendua itu menyertai saya sampai lama. Secara bertahap saya bergabung menjadi satu pribadi tunggal yang merupakan diri saya dan juga Khalifah.”

            Jika seseorang menanyai anggota Dewan Pemilih mengapa mereka memberikan suara untuk beliau mereka akan menggelengkan kepala tercengang atas kenaifan pertanyaan dan penanya. Tidak ada perlunya menghitung-hitung kelebihan beliau. Mereka bukannya memberikan suara untuk beliau. Tuhan sudah memilih beliau. Dia mengetahui tugas-tugas yang harus diselesaikan Khalifah Keempat dan ia telah membimbing para pemilih dalam pilihan mereka. Tidak ada gunanya pertimbangan lebih lanjut.

            Namun seorang pemilih mengemukakan alasan-alasannya. Yaitu : pengetahuan beliau yang dalam mengenai Al Quran dan ajaran-ajaran Islam, kasih sayang, kecintaan, kebaikan, dan hubungan dekat beliau dengan para anggota Jemaat, keunggulan-keunggulan beliau yang khusus pada saat-saat sulit dalam sejarah Jemaat, dan kepemimpinan beliau yang jelas.

            Apakah Khalifah sendiri mempunyai suatu rasa penyesalan atas terpilihnya beliau ?

            “Penyesalan hanya mungkin jika anda mempunyai pilihan. Jika tidak ada pilihan anda tak dapat menyesali apapun. Tentunya kita dapat berharap, tapi dalam kasus saya hal ini tidak relevan. Tak ada soal tentang rencana saya untuk mencapai posisi ini atau usaha untuk naik ke kedudukan ini.”

            Ketika beliau didesak lebih jauh tentang masalah ini dan jika kadang-kadang beliau berharap tidak terpilih, beliau menjawab, “Tidak, bahkan inipun tidak. Saya menikmati situasi penderitaan yang tak terhindarkan untuk suatu tujuan yang mulia. Jadi saya tidak pernah merasakan kesedihan ingin tak terpilih. Saya sangat sadar bahwa pemilihan ini adalah tantangan yang sangat sukar.”

            Hanya dalam suatu kesempatan ada usaha seorang Ahmadi untuk menyuruh pribadi yang tadinya Tahir mempengaruhi pribadi yang kini Khalifah.

            “Hal itu datang dalam surat,” kenang Khalifah. Dan ia menyebutkan bahwa ia telah memberikan suara untuk saya. Ini membuat saya sungguh-sungguh marah. Saya katakan padanya bahwa saya sama sekali tak tertarik pada informasi tersebut.

            “Bagaimana anda memberi suara pada saat itu tak ada kaitannya dengan apa yang sedang terjadi. Tapi yang berhubungan dengan situasi saat ini adalah saya tak menganggap anda jujur karena anda telah menulis kepada saya. Saya kira anda telah merusak sesuatu dan hal itu telah sangat menggoyangkan konsep saya tentang anda.”

            Khalifah meneruskan, “Perasaan-perasaan pribadi tidak masuk dalam pemilihan demikian. Jika orang sudah memberikan suara untuk kita maka bukannya ia sudah berbuat baik  kepada kita secara pribadi. Mereka telah memberikan suara untuk kita karena mereka telah menghormati sebabnya dan mereka tak mempunyai jalan keluar. Mereka harus mendukung  nama orang yang mereka anggap paling bertaqwa diantara semua orang.  Mereka tak mempunyai pilihan-pilihan. Itulah sikap kita dan itulah mengapa tak relevan siapa yang memberikan suara untuk kita dan siapa yang tidak.”

            Pemilihan beliau tidak menjadi kejutan bagi dua orang pengikut beliau. Selama limapuluh tahun terakhir mereka telah tahu bahwa pada akhirnya beliau akan terpilih menjadi Khalifah !

            Salah seorang dari mereka adalah Anwar Kahlon yang selalu ingat pada hari kelahiran beliau karena itulah hari kereta api pertama sampai di Qadian. Meskipun ia  10 tahun lebih tua mereka telah menjadi sahabat dekat ketika Khalifah menjadi Mahasiswa di London. Ia sudah menjadi usahawan yang berhasil, dan sebelum pensiun naik menjadi Amir inggris Raya.

            Ia sudah selalu menyapa Khalifah, bahkan ketika masih kanak-kanak, dengan bentuk hormat plural. Sebagai cucu Masih Mauud Tahir membiarkan hal itu tanpa ambil perhatian. Sebagian orang memang menyapa demikian. Sebagian lagi tidak.

            Sebagai anak-anak ibu Kahlon menyuruh beliau agar bersikap hormat kepada seluruh anggota keluarga Masih Mauud, tapi khususnya ia harus sangat hormat kepada Tahir. Ketika ia menanyakan sebabnya, ibunya tidak mau memberitahu, tetapi ia harus berbuat seperti diminta ibunya.

             Ia sudah berjanji dan karena janji itu, yang diberikan limapuluh tahun sebelumnya dan meskipun ia sepuluh tahun lebih tua, ia telah selalu memanggil Tahir dalam bentuk plural.

            Ketika ia dan istrinya Amina Begum menjadi sahabat Tahir di London, istrinya menyapa Tahir dalam bentuk tunggal dan memanggilnya Tahiri, namun ia terus menggunakan dalam bentuk plural.

            Ketika Khalifah ditanya apakah beliau menyadari hal ini beliau menjawab, “ya, ia selalu manyapa demikian, tapi saya tidak tahu mengapa.”

            Tuan Kahlon juga tidak tahu sebabnya kecuali bahwa itu merupakan kehendak ibunya. Namun setelah pemilihan Tahir ayahnya memeberitahunya, “Sekarang saya akan menyampaikan mengapa ibumu dulu memintamu untuk selalu bersikap hormat pada Tahir.”

            Ibu anwar Kahlon, ayahnya menjelaskan, adalah seorang sahabat ibu Tahir dan suatu sore, ketika Tahir berusia sekitar tiga tahun, ibu Kahlon mengunjunginya. Tiba-tiba ibu Tahir meninggalkan ruangan dan kembali ke sorban suaminya, Khalifah Kedua. Ia selalu mengenakannya kepada Tahir.

            “Suatu hari ia akan menjadi Khalifah, “katanya. Dan kemudian, heran atas perbuatannya sendiri, ibu Tahir meminta ibu Anwar bersumpah agar merahasiakannya. Ibu Tahir tidak mengatakan mengapa ia percaya ini akan terjadi dan masalah ini tidak pernah disinggung lagi.

            Pertemuan itu terjadi sore hari. Ibu Tahir telah diberitahu tentang sebuah wahyu pada pagi harinya. Khalifah Kedua sedang duduk sambil berpikir dalam-dalam untuk beberapa waktu dan akhirnya memberitahu ibu Tahir bahwa Tuhan telah mewahyukan kelak pada suatu hari Tahir akan menjadi Khalifah.

            Sebagaimana setiap ibu, maryam mempunyai harapan yang paling tinggi bagi putra tunggalnya. Dan ada kedudukan istimewanya. Sebagai keturunan Rasulullah dan calon istri Mubarak, putra istimewa Masih Mau’ud. Tentu saja ada 11 putra Khalifah Kedua yang lain, namun sekarang tampak keinginannya yang paling kuat dapat menjadi kenyataan. Itulah sebabnya ia selalu ingin Tahir tampil unggul baik dalam sekolahnya maupun dalam pengetahuan serta amalan-amalan Islam.

            Maryam Menjaga emosinya sampai Khalifah berangkat pagi hari itu, tetapi kemudian ia mulai gemetar dan terisak-isak. Dalam keadaan inilah seorang gadis kecil yang kemudian dikenal sebagai Kalthum Begum menemukannya. Ia menganggap ibu Tahir hampir sebagai ibunya sendiri dan ia biasa mengunjunginya secara teratur. Ia dapat melihat bahwa ibu  Tahir tidak menangis dalam kesedihan namun karena suatu pengalaman emosional yang besar.

            Mulanya ibu Tahir menolak memberitahu apa yang mengganggunya, tapi kemudian ia meminta gadis kecil itu bersumpah untuk merahasiakannya. Rahasia itu tidak boleh dibukakan sampai peristiwa sesungguhnya benar-benar terjadi. Ibu Tahir kemudian memberitahunya wahyu yang diterima Khalifah.

            Kalthum Begum menepati janjinya. Meskipun ia kemudian menikah dengan seorang mubaligh Ahmadiyah dan sering bertemu Tahir dalam 50 tahun berikutnya, bibirnya tetap terkunci. Ia memperlakukan Tahir tidak berbeda dengan kakak-kakak Tahir dan Tahir tidak curiga apa-apa. Hanya setelah ia dipilih menjadi Khalifah Keempat ia menemui Tahir secara pribadi dan memberitahu Tahir wahyu yang telah disampaikan Khalifah Kedua kepada ibu beliau.

           

………………………………***

 

            Pada saat pemilihan beliau, putri beliau yang tertua Shaukat Jehan berusia duapuluh dua tahun. Jika ia berbicara tentang kehidupan keluarga dan bagaimana pemilihan beliau telah mempengaruhi keluarga, masalah yang senantiasa timbul adalah bahwa mereka makin jarang melihat beliau dan mereka sangat rindu kepada beliau. Sekarang beliau lebih sering jauh dari rumah, beliau mempunyai lebih sedikit waktu untuk makan, dan beliau tidak bepergian bersama mereka sesering dulu. Sebaliknya, meskipun beliau sekarang Khalifah, kehidupan dalam keluarga tidak berubah.

            Apakah ia ayah yang keras ?

            “Oh tidak !” ia menegaskan. “Beliau sangat lucu. Beliau selalu mengejarkan macam-macam.” Dan ia menceritakan dengan bahagia bagaimana, ketika ia berusia 15 tahun, ia dan ayahnya telah mengendarai sebuah mobil Land Rover terbuka pada jalanan yang sangat berdebu dan rusak, serta bagaimana mereka telah terlompat naik turun dan berteriak senang setiap kali ada lompatan, dan bagaimana ketika mereka sampai ditujuan mereka telah menjadi kue debu dengan lingkaran-lingkaran disekitar mata dan mulut.

            Ia juga menceritakan tawa-ria yang mereka alami dikolam renang dan bagaimana ia dulu menemani ayahnya bersepeda ke ladang untuk mengambil susu. Ia juga berbicara tentang permainan tennis yang mereka mainkan bersama, bagaimana beliau mengajari mereka memanah dan bagaimana mereka menggunakan trampoline.

            Dan ketika putri-putri terbungsu beliau menceritakan kehidupan mereka sebagai putri-putri Khalifah, mereka juga menceritakan tentang betapa senangnya bersama beliau. Dan mereka juga bermain petak umpet.

            Perjalan bersepeda beliau sehari-hari sampai pada akhirnya meskipun kadang-kadang beliau mengadakan kunjungan akhir pekan ke ladang bersama putri-putri beliau.

            “Saya sangat suka bersepeda, bersepeda membuat kita santai karena kita tidak dapat berpikir tentang satu hal serius pun atau kita akan bersepeda melalui suatu lubang dan ini mengembalikan kita pada apa yang sedang kita kerjakan.”

            Beliau kemudian berjalan kaki satu jam dalam taman yang luas dari kediaman resmi beliau dan pulang untuk membuat sarapan beliau sendiri, biasanya teh dan pratha, sejenis campuran tepung yang kemudian digoreng. Beliau sangat khusus mengenai teh yang diminum beliau. Beliau mau satu cangkir dan beliau mau teh pahit.

            Dalam perjalanan beliau kadang-kadang ditawari teh berupa teh kantong. “Mengerikan. Rasanya seperti karton. Saya lebih suka hanya memasukannya ke cangkir daripada meminumnya.”

            Dalam perjalanan-perjalanan beliau ke Eropa beliau mulai menyukai kopi, tetapi tidak pernah kopi instant. Beliau menggunakan dua macam biji kopi – dari Kenya dan dari Amerika Selatan – yang beliau giling dan olah sendiri untuk membuat hanya satu cangkir.

            Waktu yang beliau gunakan untuk makan, tak pernah banyak kecuali pada hari-hari khusus atau dengan tamu-tamu resmi, sekarang berkurang drastis menjadi 10 atau 15 menit untuk makan siang dan mungkin setengah jam untuk makan malam.

            “Jika saya duduk dengan anak-anak dan keluarga saya, saat itulah yang sangat membuat santai. Kami hanya berbicara tentang siapa sedang melakukan apa dan apa pendapat mereka tentang hal-hal tersebut.

            “Saat paling santai  bagi saya adalah beberapa menit sebelum tidur, saya berpikir, diam-diam, tanpa tekanan apapun, tanpa harus mengambil keputusan,  kita hanya memutar peristiwa-peristiwa dengan tenang dalam pikiran kita dan pikiran kita berkelana pada banyak hal.

            “Tetapi saya merasa bertemu anak-anak  sangat membuat santai. Sangat menyenangkan bertemu dengan mereka, mendengarkan mereka, berbahagia dengan kepolosan dan cinta mereka. Dan, tentunya, saya menyukai bunga. Saya tertarik pada bunga-bunga. Saya suka mempunbyai bunga disekitar saya.”

            Meskipun beliau telah selalu menjadi orang yang sangat terbuka sekarang beliau merasakan adanya rasa tertarik yang besar dari orang-orang terhadap kehidupan beliau serta pemikiran-pemikiran pribadi beliau. “Saya dapat memahami sebabnya, tetapi kecuali jika seseorang menanyai saya suatu pertanyaan yang sangat dalam menusuk dimana saya harus membukakan beberapa aspek dari kehidupan saya  untuk menjawab pertanyaan tersebut  maka saya mencoba untuk tidak membicarakan urusan pribadi atau perasaan pribadi saya.

                        “Tentu saja kadang-kadang saya harus membicarakannya untuk menggiatkan pikiran orang-orang. Dan pembicaraan begini dapat sangat emosional. Saya tertangkap dalam posisi yang tak dapat saya hindari.

            “Tetapi ada bagian-bagian dimana saya menemukan hidup ini sulit. Saya tidak dapat memberikan dimana tidak pantas. Dan tentunya dalam Islam sangat diajar untuk untuk tidak membukakan kelemahan sendiri. Rasullullah berbicara sangat keras  mengenai mereka yang karena seakan-akan  merendah diri atau sok suci lalu mengemukakan kelemahan-kelemahan mereka. Beliau katakan, ini bukan kebaikan. Ini sikap yang dikutuk.  

            “Jika Tuhan melingkupi kita dengan rahmatNYA DIA telah menutupkan suatu tirai atas kehidupan pribadi kita. DIA tidak mempertontonkan kelemahan-kelemahan kita. Jika kita membeberkan pikiran-pikiran kita yang paling dalam kita tidak bersifat suci.”

…………………………………..***

 

-Bab Limabelas-

Cahaya Dipagi Hari

            Kapasitas kerja Khalifah telah selalu membuat mereka yang berhubungan dengan beliau terheran-heran. Sekarang setelah beliau menjadi Khalifah mereka tambah tercengang lagi. Sebelum subuh beliau sudah menyeberang dari rumah kediaman Khalifah ke Mesjid Mubarak disebelahnya untuk shalat Subuh. Pada suatu musim dalam setahun ini berarti pukul 5.30 pagi. Kemudian beliau berjalan ditaman dan sarapan pagi. Langsung setelah itu beliau sudah berada dikantor sementara hanya beliau dan penjaga malam yang berada didalam gedung.     Seribu orang bekerja sepenuh waktu di markas besar Jemaat, dengan status diantaranya sebagai sekretaris pribadi beliau. Mereka datang pukul 9.30 pagi dan mulai membuka,mengelompokkan dan memberi nomor surat-surat yang datang untuk beliau setiap hari dari seluruh penjuru dunia. Jumlah terkecil yang datang sekitar tigaratus surat. Jumlah biasanya sekitar seribu surat.

            Pertama-tama ada laporan resmi dari para Amir dan Mubaligh serta Komite- komite dan organisasi-organisasi pendukung. Mereka melaporkan apa yang sedang berlangsung diwilayah mereka, dengan menambahkan sebagai latar belakang  rincian tentang peristiwa- peristiwa politik, situasi ekomomi, masalah –masalah yang dihadapi Jemaat sehingga Khalifah dapat menilai sebab-sebab mengapa  mereka mengambil keputusan-keputusan tertentu  atau sampai pada kesimpulan –kesimpulan tertentu.

            Namun setiap hari terdapat ratusan surat  pribadi yang memohon bantuan beliau baik dalam bentuk doa, nasehat, atau resep obat homeopathic. Sekretaris-sekretaris beliau mempersiapkan ringkasan yang ditempelkan pada surat agar beliau dapat bertidak berdasarkan ringkasan itu atau, jika perlu,  beliau dapat membaca keseluruhan surat dan memutuskan suatu tindakan yang lebih seksama atau berbeda.

            Beliau segera menggunakan investasi besar dalam mengkomputerisasi catatan-catatan mereka untuk mempercepat administrasi, serta lebih jauh dalam unit perekaman audio tape sehingga rekaman-rekaman Khutbah Jum’at beliau dapat dikirimkan kesetiap misi Ahmadiyah dalam waktu 24 jam. Beliau sendiri tidak menggunakan tape recorder dan bahkan mendiktekan surat-surat kepada seorang sekretaris.

            Sebaliknya beliau memberikan catatan tentang bagaimana sebuah surat harus dijawab. Proses ini memakan waktu lama dan melelahkan, namun dengan cara inilah beliau bekerja dan mengenal orang-orang yang pekerjaan atau keluarganya  dapat mereka ingat bertahun-tahun dan membuat mereka tercengang.

            Kepada seorang pria , seorang dokter, beliau mengatakan lima belas tahun kemudian  bahwa mereka telah bertemu dijalan yang demikian ketika orang ini bersama saudaranya. Dokter itu dengan heran lalu bertanya kepada orang-orang tentang bagaimana Khalifah, yang mungkin bertemu enampuluh orang setiap hari , dapat mengingat nama dan wajahnya  serta lebih jauh dimana mereka telah bertemu. Pertemuan mereka limabelas tahun sebelumnya , ia berkata,  adalah pertemuan yang sangat singkat dan tidak penting.

            Staf beliau menggelengkan kepala. Mereka tidak tahu bagaimana Khalifah dapat mengingatnya. Tentu saja, mereka memberi beliau ringkasan-ringkasan bila mana mungkin, namun ingatan beliau secara pribadi dan langsung akan wajah seseorang  serta keadaan dimana  mereka telah bertemu serta rincian tentang keluarga orang tersebut yang mengherankan.

            Ketika beliau ditanya tentang ini Khalifah termenung sejenak dan kemudian mengakui bahwa beliau tidak tahu.  Beliau tidak menggunakan suatu metode khusus secara sadar untuk mengingat wajah-wajah dan nama-nama – beliau langsung ingat saja.

            Dalam kebanyakan keluarga Muslim Al Qur’an dibaca setelah shalat Subuh , tetapi Khalifah mengatakan bahwa sekarang beliau biasanya membaca Al Qur’an  setelah Shalat Tahajud pukul tiga pagi.

            “Itu adalah saat yang sangat damai, tidak ada gangguan, tidak ada suara, sunyi senyap. Jadi saat itulah  saya biasanya membaca Al Qur’an. Saya membacanya dengan konsentrasi penuh.       

            “Biasanya saya menyediakan setengah jam atau satu jam untuk belajar biasa, namun jika saya sedang memikirkan suatu masalah saya merasa harus mempelajari bab-bab lain serta ayat-ayat yang berkaitan. Dan jika saya mempunyai suatu waktu luang pada siang hari saya akan membaca Quran mengenai pokok yang sedang saya selidiki dan dengan demikian memperluas pengetahuan saya melalui cahaya Al Quran.”

            Pokok-pokok yang dipilih beliau untuk Khutbah Jumat beliau bisanya diilhami oleh bacaan beliau. Kadang-kadang ada ayat-ayat yang sangat tepat untuk pikiran yang mulai membayang dibenak saya sehingga apa yang harus saya ucapkan langsung hadir dalam pikiran saya. Tiba-tiba semuanya menjadi sangat jelas.

            “Jadi itulah sebabnya dalam kebanyakan khutbah saya, saya memberi runutan kepada ayat-ayat tersebut dan orang kadang-kadang bertanya bagaimana saya dapat memilih ayat yang begitu tepat. Sebenarnya yang terjadi adalah sebaliknya. Ayat itulah yang memilih saya sebagai alat untuk mengemukakan kebenaran yang dikandungnya.

            “Kadang-kadang ada peristiwa yang memaksa saya berbicara tentang suatu pokok tertentu – sesuatu yang penting terjadi didunia, baik kabar buruk atau kabar baik. Kalau tidak, saya mempunyai rencana umum tentang apa-apa yang ingin saya katakan dimasa depan. Saya ingin memberitahu orang-orang Ahmadi apa yang saya sukai dan apa yang tidak saya sukai serta bagaimana saya harapkan seorang Ahmadi harus bersikap dalam situasi-situasi tertentu. Kadang-kadang, tapi tidak sering, saya menerima surat yang isinya mengilhami suatu pokok. Pada saat itulah saya akan memikirkannya dan mempelajari Al Quran.”

            Setiap hari beliau bekerja keras mengahadapi pekerjaan yang menggunung, dengan menyegarkan diri hanya pada saat-saat sembahyang pribadi sebelum beliau berjalan ke mesjid untuk shalat-shalat lima waktu. Ketika para staf beliau sudah pulang, Khalifah terus bekerja sampai saat makan malam hampir disiapkan. Kemudian beliau mengisi suatu kotak dengan surat-surat yang belum beliau baca dan membawanya pulang.

            Setelah makan malam selesai beliau masuk keruang kerja dirumah dimana beliau tadi meninggalkan kotak surat-surat dan mulai bekerja lagi. Setelah shalat Isya beliau kadang-kadang menonton warta berita televisi sebelum pergi tidur. Beliau enggan membicarakan berapa jam beliau tidur setiap malam.

            Suatu kali, di London, ketika beliau ditanyai oleh beberapa anak perempuan Ahmadi tentang jam berapa beliau bangun untuk bekerja, seorang anak laki-laki mengintip, “Saya tahu. Beliau bangun pukul tiga pagi karena pada waktu itulah lampu mulai hidup dirumah beliau. Saya sudah melihatnya waktu saya bersama paman saya jaga malam.”

            Khalifah menjawab, demikian kata orang yang menceritakan kisah ini, “Saya lihat saya harus berbicara kepada pamanmu jika engkau ingin membukakan rahasia-rahasia saya.”

            Sekarang biasanya dimengerti bahwa beliau tidur hanya tiga atau empat jam setiap malam. Beliau tidur siang dua kali selama setengah jam – sekali pada sore hari dan sekali antara pukul 6.30 sampai 7.00. “Saya mempunyai system weker dalam diri saya yang membangunkan saya kapan saya ingin bangun.”

            Jadi isi kotak surat-surat beliau selalu kembali ke meja sekretaris beliau ketika mereka datang pada pagi harinya. Rutinitas yang sama berlanjut hari demi hari, kecuali hari jumat, setelah beliau selesai mempersiapkan khutbah beliau.

            Rutinitas itu tetap berlanjut meskipun beliau sedang mengunjungi misi-misi dinegara-negara lain. Salah seorang pengawal beliau menceritakan ketika mereka sedang di Scandinavia Khalifah tetap bekerja di mobil sementara mereka bepergian. Sekali waktu mereka ketinggalan feri dan tampaknya mereka tak akan dapat menemukan makanan atau tempat bermalam. Khalifah meminta mereka melakukan apa yang dapat mereka usahakan dan beliau tetap bekerja tanpa merasa terganggu sampai mereka menemukan sebuah hotel yang dapat menerima mereka.

            Beliau juga tidak terlalu cerewet tentang makan direstoran yang sesuai dengan kedudukan beliau. Satu kali, dalam tur keliling Inggris, beliau berada dikota Aberdeen. Rombongan beliau sedang berdebat tentang restoran mana yang harus didatangi mereka ketika mereka menyadari bahwa beliau telah lanyap. Dua pintu dari sana ada toko ikan goreng biasa dan mereka menemukan Khalifah didalam. “Saya sudah memesan ikan goreng untuk semua,” kata beliau.

            Sifat merendah beliau kepada para pengikut, kurangnya rasa angkuh atau merasa diri beliau tidak penting, menjadi pembicaraan. Pada usia seratus tahun, Muhammad Hussen, satu-satunya sahabat Masih Mauud yang masih hidup, datang menghadiri pertemuan tahunan di Inggris atas permintaan khusus Khalifah. Orang tua ini dijemput dilapangan terbang London, diantar ke London Mosque, dan dipapah hati-hati keruang tunggu diluar kantor Khalifah.

            Mr.AM.Rashid, Imam, mengangkat intercom telepon dan memberitahu Khalifah bahwa Muhammad Hussen sudah datang, Khalifah hanya berkata, “Terima kasih”.

            Saya agak heran, ”kata Mr. Rashid, “karena saya sudah mengira beliau akan meminta saya untuk langsung membawa masuk tuan Hussen. Tetapi ketika saya sedang meletakan telepon pintu Khalifah terbuka dan khalifah melangkah cepat menuju orang tua itu.

            “Sayalah yang harus datang kepada anda, tuan. Bukan anda yang harus datang kepada saya,` kata beliau.”

            Beberapa minggu setelah menjadi Khalifah beliau juga meninggalkan tongkat yang menjadi lambang kedudukan Khalifah. “Saya tak dapat repot-repot membawa tongkat kemana-mana setiap waktu,” kata beliau.

            Kecepatan m            embaca Khalifah amat, sangat cepat. “Saya tidak tahu kecepatan apa itu karena saya tidak pernah mengukurnya, tapi saya sudah sangat banyak membaca sehingga sekarang saya membaca dengan cepat.”

            Namun walaupun demikian beliau menemukan bahwa beliau tidak mempunyai waktu untuk membaca seluruh buku yang ingin beliau baca serta semua informasi yang beliau rasa harus dibaca. Jalan keluarnya adalah menyerahkan buku-buku dan majalah-majalah itu kepada orang-orang yang pendapatnya beliau cari dan meminta mereka membaca buku itu untuk beliau serta menandai halaman-halaman yang mereka anggap mempunyai sesuatu yang menarik secara khusus bagi beliau.

            Apakah beliau kadang-kadang merasa bahwa beliau sudah bekerja terlalu keras ?

            Beliau menjawab, “saya kira, dengan Rahmat Allah, saya mempunyai kapasitas untuk bekerja  keras karena saya terlatih untuk bekerja keras.”

           

………………………………***

           

            Setiap seorang pemimpin baru agama dipilih ada beberapa perubahan kebijaksanaan. Penasehat-penasehat, dari semua jenis pendapat, melihat kesempatan untuk menekankan suatu pandangan yang mereka anggap agak terabaikan oleh pemimpin sebelumnya.

            Kadang-kadang, orang yang sudah mereka pilih muncul menjadi orang yang pendapatnya tidak sama dengan yang mereka perkirakan semula. Kadang-kadang mereka menemukan bahwa pemimpin yang baru sangat mandiri dan ia mewakili suatu wajah baru dan pandangan baru, yang mungkin mengganggu tetapi berlandasan kokoh. Mereka dapat mensyukuri diri sendiri karena sudah memilih orang yang demikian.

            Apakah seseorang itu terpilih karena nasib baik dan menjadi beruntung karena nasib kebetulan ?

            Ataukah ia menguasai situasi dan membuat situasi selaras dengan keinginannya ?

            Apakah ia berada disana karena kebetulan … atau karena rencana Tuhan ?

            Khilafat dari Khalifah Kedua sangat murni. Beberapa penasehat dari Khalifah baru, yang dulu tumbuh dibawah regim Khalifah Kedua, mengusulkan sudah masanya sekarang untuk kembali kepada kehidupan yang lebih ketat dan mungkin lebih sederhana itu. Sekarang terdapat terlalu banyak kebebasan didalam Jemaat, menurut mereka sekarang orang-orang menggunakan terlalu banyak waktu dan uang untuk kesenangan. Kata mereka, televisi dan film adalah sebagian contoh dimana orang-orang Ahmadi dari segala golongan usia, tidak hanya anak-anak, dibimbing sesat.

            Zafrullah Khan, seorang murni sejati, menyatakan ketidak sukaannya ketika beliau sekali berkunjung ke rumah Tahir untuk makan malam sebelum Tahir menjadi Khalifah dan beliau menemukan bahwa Tahir mempunyai pesawat televisi.

            “Apa yang saya lihat ini ?” seru beliau. “Apakah engkau juga sudah membiarkan diri hanyut dalam impian-impian kosong ini ?”

            Khalifah mengenang jawabannya sebagai berikut, “Saya tidak membiarkan diri terhanyut, tapi saya mempunyai pandangan berbeda dengan anda. Sikap saya sangat lain. Saya tidak menganggap televisi seluruhnya buruk meskipun ada acara-acara yang harus dilarang.

            “Tapi jika seorang bicara `Tidak` secara mutlak dan mendorong orang-orang Ahmadi lain agar juga bersikap disiplin apa yang akan terjadi ?

            “Apakah kita tidak akan berperang melawan kecenderungan umum para remaja ? Jika saya melarang anak-anak saya menonton televisi dirumah mungkin mereka akan pergi ke rumah tetangga. Mereka akan mengizinkan diri mereka sendiri untuk bersikap munafik, menyembunyikan apa-apa dari saya dan menikmati apa-apa secara rahasia. Itu jalan yang sangat berbahaya karena dapat membimbing menuju hal-hal lain.

            “Saya lebih suka mereka menonton televisi dirumah saya agar saya dapat membimbing mereka jika perlu dan saya ada didekat mereka dan jika mereka memerlukan saya. Jadi saya duduk bersama mereka dan menton drama dan film-film ini – beberapa diantaranya saya akui biasanya tidak ingin saya lihat.

            “Saya mengomentari tontonan itu. Setelah beberapa waktu mereka memahami sikap saya dan mengerti tentang kehampaan hal-hal tertentu. Akhirnya mereka jadi tidak tertarik dan tak sedikit pun menolak apa-apa yang mungkin dianggap segi kolot dari kepercayaan saya.”

            Khalifah berkata bahwa Zafrullah Khan kemudian mengerti cara beliau mendidik keluarga beliau.

            Jadi apakah beliau menolak kepercayaan Khalifah Kedua ?

            Beliau menjawab, “Sebagai Imam Jemaat seseorang harus berusaha keras untuk meningkatkan kwalitas hidup orang-orang Ahmadi baik secara rohani, moral, maupun dalam bidang-bidang lain. Pada suatu masa tertentu, dan dalam kaitan tertentu, suatu kebijaksanaan yang ketat dapat menciptakan atau mencapai maksud-maksud tadi. Pada saat kemudian, ketika hal-hal lain sudah berubah, kita harus mengubah kebijaksanaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama.

            “Jadi saya tidak bertentangan dengan ayah saya atau menolak pendekatan-pendekatan beliau untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih  mulia itu. Hanya saya lihat jika saya mengikuti beliau dengan ketat maka saya akan gagal mencapai tujuan-tujuan mulia tadi dan hal itu akan merusak Jemaat. Jadi perbedaannya adalah dalam metodanya dan bukan dalam arah ataupun dalam prinsipnya.”

            Beliau kemudian kembali kepada masalah keleluasaan atas nama kebebasan perorangan dan apakah dosa mungkin hanya terdapat dalam pandangan yang percaya.

            “Pertengahan jalan dalam pendekatan mungkin membosankan, tapi pada akhirnya itulah satu-satunya jalan yang menciptakan keseimbangan dalam masyarakat-masyarakat dan menyelamatkan mereka dari bahaya.

            “Saya kira kebebasan pribadi telah melangkah terlampau jauh dalam arti jika keburukan, sebagaimana yang kami pahami, dikejar dengan bebas maka tak seorangpun menaikan suara memprotesnya. Jadi penting sekali mereka yang menolak keburukan ini, keburukan yang berkedok kebebasan pribadi, harus melatih kebebasan bersuara mereka menentang kecenderungan-kecenderungan ini.

            “Orang-orang harus didorong untuk mengangkat suara melawan korupsi kebebasan ini – mereka harus berbicara dengan bijaksana, dengan ilmu pengetahuan, dengan ajakan, dengan logika – kehancuran hidup berkeluarga dan nilai-nilai moral, dari tersebarnya AIDS sampai ditinggalkannya orang-orang tua dirumah-rumah jompo dengan hanya sesekali dikunjungi anak-anak mereka.

            “Orang-orang sedang menjauhi sopan-santun bermasyarakat, membelakangi nilai-nilai yang telah kita pelajari dalam ribuan tahun perkembangan – dan mereka melakukan ini atas nama kebebasan dan emansipasi. Kebahagiaan yang ingin kita raih dari hidup ini disalah pahami sebagai tak terbatas.

            “Tetapi ini memang tak terbatas karena pada saat anda menganggapnya demikian maka anda akan mulai menginjak hak-hak orang lain untuk berbahagia serta hak-hak mereka lainnya. Jadi harus ada latihan untuk berdamai diri dan pengetahuan bahwa kesenangan tidak terbatas. Masalah batas ini langsung dimengerti dalam hal cinta dan kebencian.”

            Banyak orang Ahmadi mempunyai sticker dimobil-mobil mereka yang menyatakan “Cinta untuk semua dan tiada benci pada siapapun” – slogan yang dimulai dari Khalifah Ketiga. Khalifah mengatakan setiap orang Ahmadi biasanya setuju dengan kepercayaan itu sejak awal – pertama-tama tidak ada sikap lain selain cinta dan tiadanya kebencian.

            Tetapi belakangnya,” kata Khalifah, “jika orang-orang bertahan dalam leburukan, maka mustahil dapat mencintai mereka karena pada akhirnya seseorang tidak dapat memisahkan keburukan dari pelaku keburukan itu. Namun seseorang harus selalu berdoa agar Tuhan mengubah si pelaku keburukan dan memisahkannya dari sikap-sikap buruknya.

            “Tetapi jika si pelaku keburukan tetap melanjutkan cara-cara buruknya maka Tuhan akan menghukumnya.”

            Dalam sikap beliau dan dalam Khutbah-khutbah beliau, dalam reaksi-reaksi beliau serta cara beliau memperlakukan orang-orang segera terbukti bahwa Khalifah Keempat akan memperhitungkan cara bagaimana dunia sudah berubah. Beliau tidak akan menjadi sandera masa lalu, dan tidak juga, sebagai seorang penonton pasif, menjadi sandera dari nasib untung.

………………………………***

           

-Bab Enambelas-

Zia Mengambil-alih Kekuasaan

            Bulan Juli 1977, Partai Rakyat Pakistan (PPP) - Partainya Bhutto. Yang telah kembali berkuasa dengan jumlah mayoritas yang mencengangkan, mencapai persetujuan dengan sembilan Partai oposisi. PPP akan relinquishe jumlah kursi di Dewan Perwakilan Rakyat sehingga mengakhiri keluhan bahwa pemilihan umum telah dicurangi. Persetujuan itu akan diumumkan sebagai pernyataan bersama yang saat itu sedang dipersiapkan.

            Suatu hari pukul enam pagi Jendral Zia-ul-Haq, Panglima Angkatan Bersenjata Pakistan, menangkap Bhutto bersama Mentrinya bersama kesembilan pemimpin partai oposisi. Jendral Zia dan Jendral-Jendral yang mengepalai kelima wilayah Pakistan mengumumkan Hukum Darurat  Perang. Pemilihan Umum yang baru akan diadakan dalam 90 hari.

            Orang-orang mulanya berharap ia mengatakan hal yang sebenarnya – bahwa ia ingin menghapuskan korupsi dan,  sesegera mungkin mengembalikan negeri kepada  pemerintahan demokrasi.

            Tentara-tentara, misalnya, menjalani hidup mereka dengan aturan-aturan yang sederhana- mereka mematuhi perintah-perintah, mereka melindungi Negara,  mereka tidak mencari keuntungan karena kekuasaan ada ditangan mereka. Agak mengherankan jika mereka membenci sepak-terjang ahli politik yang tidak cermat dan percaya mereka dapat berbuat lebih baik.

            Kekuasaan mutlak disebut korup* sepenuhnya dan dictum ini terbukti pada Zia. 90 hari berlalu dan tidak ada Pemilihan Umum. Ada lebih banyak janji-janji. Satu persatu Jendral yang membantu Zia menjauh. Kata mereka, Zia telah menipu mereka.

            Dengan kutukan dunia akan perbuatanya menggulingkan pemerintahan demokrasi – meskipun pemerintahan tersebut tidak efesien dan korup—Zia berjuang untuk mendapatkan legitimasi bagi pemerintahannya yang tidak legal. Ia memperolehnya dengan memaksakan di Pakistan apa yang dianggap  hukum- hukum fundamental Islam.

            Dengan hukum-hukum  ini ia berhasil mendapatkan dukungan ulama sehingga pada awalnya menampilkan pada dunia bahwa ia muncul didukung pemimpin-pemimpin agama yang menjadi mayoritas Negara. Hukuman cambuk didepan umum dan hukuman-hukuman bar-bar  lainnya diberlakukan.

            Hal ini membuat puas golongan fundamentalis dan mendiamkan sisa masyarakat dengan ketakutan. Zia telah menjadi dictator. Ia telah korup sepenuhnya.

            Untuk membelokan perhatian penduduk dari kesedihan mereka yang sesungguhnya salah satu jurus para dictator adalah menunjuk  suatu minoritas agama atau suku sebagai kambing hitam lalu memanas –manasi massa.

            Itulah yang dilakukan Zia. Penganiayaan atas Jemaat Ahmadiyah meningkat, toko-toko mereka dirampok dan dibakar, juga massa mengamuk diluar masjid-masjid Ahmadiyah. Beberapa diantara mesjid-mesjid itu dimasuki dan dihancurkan. Diskriminasi yang diterapkan Bhutto terhadap orang-orang Ahmadi  disetiap bidang pelayanan pemerintah ditingkatkan. Orang-orang Ahmadi yang tak bersalah baik terhadap masyarakat maupun dalam hal moral pribadi, hanya karena kepercayaan mereka dikeroyok massa dan dipukul secara perorangan. Orang-orang Ahmadi lainnya dibunuh. Sementara itu polisi tidak berbuat banyak untuk mencegah atau menyelidiki kriminalitas ini.

            Sesuatu yang setara dengan penganiayaan karena agama dalam sejarah yang baru ini serta akibat yang harus dibayar dunia karena tetap berdiam diri segera tampak.

            Khalifah memerintah para pengikut beliau  agar menahan diri. Jangan membalas profokasi ini. Lindungi dirimu , tapi jangan serang penganiayamu baik secara fisik maupun lisan. Beliau mengingatkan mereka bahwa Masih Mau’ud telah mengabarkan bahwa mereka akan dianiaya dan dihina. Namun beliau juga sudah mengabarkan bahwa Jemaat Ahmadiyah akan menang pada akhirnya.

            Tapi meskipun beliau menyuruh para pengikut  beliau untuk tabah , beliau sendiri tidak menahan diri.  Beliau mengutuk penganiayaan oleh Zia. Beliau memaparkan dalam Khutbah-khutbah ketidak adilan yang dipaksakan Zia bukan hanya terhadap Jemaat Ahmadiyah tetapi juga terhadap segenap rakyat Pakistan. Zia menindas seluruh negeri. Zia menciptakan persaingan , permusuhan, memecah keluarga-keluarga, menghancurkan perniagaan, membuat Negara kehilangan warganegara- warganegara yang baik serta merendahkan dan mencemarkan kata `damai` yang merupakan nama Islam.

            Tuhan akan menghukum Zia jika ia tetap bertahan dalam cara jahatnya, kata Khalifah. Kutukan Tuhan akan dahsyat.

            Sebuah puisi yang ditulis beliau mengisahkan sepak terjang Zia dan dicetak berulang-ulang untuk dibagi-bagikan dalam Jemaat. Anak-anak Ahmadi menghafalnya luar kepala. Seorang Ahmadi  mengatakan, “Ada masa-masa dalam sejarah dimana sebuah pidato, atau puisi, atau sebuah lagu tampak mengilhami suatu bangsa. Mereka kelihatannya kalah, disekitar mereka ada kekacauan dan penderitaan, namun tiba-tiba pidato atau puisi ini akan menggerakan bangsa itu. Tiba-tiba ada harapan.

            “Pidato Winston Churchill ketika Inggris tampaknya kalah, ketika ia menjanjikan `darah, keringat, dan air mata` tetapi juga kemenangan akhir adalah salah satu contohnya. Pidato itu memberi Inggris hati baru.

            “Puisi Khalifah sejenis dengan itu. Puisi ini memberi kita hati baru. Hal ini meliput sedih dan lara. Puisi ini memahami duka kita, namun memberi kita harapan. Juga puisi ini menjanjikan kemenangan akhir bagi kita – serta keruntuhan tirani Zia.”

            Sukar untuk menterjemahkan puisi, diperlukan seorang penyair tapi tetap saja ada rasa yang hilang. Puisi yang dihasilkan akan menjadi puisi baru dan bukan sebuah terjemehan.

            Dalam puisi beliau Khalifah mendorong para pengikut beliau untuk bersabar. Badai gelap penganiayaan yang sedang mengganas akan bertemu dengan doa-doa yang mereka panjatkan dan kemudian badai akan sirna, seakan-akan tak pernah ada. Kegelapan dan kepedihan akibat penganiayaan mereka akan berlalu dan ketenangan akan menerangi pagi hari.

            Teruslah berdoa dengan rendah hati, ajak Khalifah. Doa telah menghancurkan Nimrod sang tiran, doa Musa telah mengalahkan Fira’un-fira’un agung. Pedang doa lebih ampuh daripada senjata duniawi manapun. Bahkan jika kehancuran tampak sedang memasuki ruangan, jangan pernah berhenti berharap. Berdoalah lebih giat. Tuhan akan mengutuk dan menjungkirkan sang tiran.

            Zia adalah tentara yang banyak membaca. Ia sangat marah ketika dilapori bahwa ia dibandingkan dengan Nimrod.

            Para sesepuh Jemaat meminta beliau untuk tidak terlalu bicara terus terang. Zia dikenal atas kekejamannya yang dingin dan yang tak terpadamkan terhadap mereka yang menentangnya. Bicaralah dengan bahasa yang lebih moderat demi Jemaat, kata mereka. Mereka memerlukan beliau. Mereka tak kan berarti apa-apa tanpa Khalifah.

            Khalifah menolak. Adalah tugasnya untuk menentang Zia, beliau menyatakan. Tuhan akan menolong mereka. Tuhan tidak akan pernah meninggalkan mereka.

           

………………………………***

 

            Pada bulan Maret 1984 markas besar Jemaat Ahmadiyah di Rabwah menerima pesan telepon. Telepon itu dari kedutaan besar Amerika Serikat. Seorang utusan Amerika Serikat akan segera melewati Rabwah dan ingin mendapat kesempatan bertemu Khalifah.

            Khalifah merasa tak terlalu banyak alasan untuk bertemu, tetapi beliau memberikan persetujuan beliau dan orang Amerika serta beberapa pejabat Kedutaan Besar Amerika Serikat di Islamabad akan segera muncul. Ketika beliau mendengar darimana mereka sebelumnya Khalifah melihat bahwa mereka tidak kebetulan lewat, melainkan khusus datang untuk menemui beliau. Dan ketika diskusi berlangsung tampak oleh Khalifah bahwa mereka mengetahui sesuatu hal yang mungkin mempengaruhi masa depan Jemaat.

            Mereka berbicara selama satu setengah jam. “Apa yang membuat saya hati-hati adalah keingintahuanya yang terus menerus mengenai reaksi saya jika Pemerintah melakukan ini atau itu.

            “Jadi saya katakan, `Apa maksud anda dengan ini dan itu ?`

            “Ia menjawab, `Ya, anda tahu bahwa setiap orang sangat ingin mambunuh anda. Dan Pemerintah dapat menyerah pada desakan dan mengambil tindakan-tindakan tertentu. Dalam kasus demikian akan bagaimana reaksi Jemaat Ahmadiyah ?`

            “Saya menjawab bahwa kami adalah sebuah Jemaat yang damai. Kami akan bersikap menurut teladan kami yang sebaik-baiknya sesuai dengan pengalaman kami yang lalu. Namun tampak jelas bahwa ia mengetahui sesuatu dan mencoba mengukur reaksi saya sebelum melapor ke Washington. Jadi saya putuskan untuk pergi ke Islamabad dan mencoba mengetahui apa yang sedang terjadi.”

            Khalifah mempunyai banyak teman diantara masyarakat politik, beberapa bermula sejak beliau mewakili Khalifah Ketiga, lainnya sejak beliau dipilih menjadi Khalifah.

            Beliau menetapkan akan berada disana selama dua minggu. Beliau berbincang-bincang dengan banyak orang. “Saya menghubungi Kedutaan Besar Inggris, Prancis, Canada, China, dan banyak lagi.”

            Semua gembira bertemu beliau. Beberapa ditemui beliau dikantor mereka. Yang lain beliau temui secara tersendiri karena beliau tidak ingin mengganggu hubungan mereka dengan pemerintah Zia. Beliau menyimpulkan bahwa sesuatu pasti akan terjadi. Tapi tak seorangpun tahu pasti apa bentuknya.

            Penentang-penentang Jemaat diberi transport ke Islamabad dari Propinsi Barat Laut dengan bis-bis dan lori. Massa sudah mulai berkumpul diluar rumah dimana Khalifah tinggal.

            “Kemudian saya menerima pesan Jendral Zia melalui petugas Biro Intelejen. Katanya ulama sedang ribut-ribut tapi saya tak usah cemas. Begitu beliau berhubungan dengan seorang tokoh politik tertentu maka ulama akan kembali ketempat masing-masing. Jadi beliau tak perlu cemas.

            “Ini adalah pesan yang sangat aneh – itulah satu-satunya pesan yang pernah saya terima dari Zia – meskipun ia mengutus seseorang untuk menemui saya kemudian. Pesan itu seperti mengatakan bahwa saya dapat tinggal di Islamabad dan tak ada bahaya.

            “Pada saat yang sama dengan menerima pesan Zia, saya menerima pesan dari seorang petugas Biro Intelijen. Ia memberi saya nasehat pribadi untuk langsung meninggalkan Islamabad.

            “Sekarang kedua pesan itu saling bertolak belakang, namun petugas itu jelas mengetahui apa yang direncanakan dan ia sebagai seorang baik-baik tidak ingin saya terlibat dalam tipuan.”

             Khalifah kemudian menerima telepon pribadi lebih lanjut dari seorang teman dipolisi intelijen. Pokok pesannya adalah :

                                    Tinggalkan Islamabad saat itu juga.

            Tapi ada seorang lain yang tampaknya tahu sedikit lebih banyak daripada orang-orang lainnya yaitu seorang pejabat di Kedutaan Prancis. Khalifah menemuinya dirumahnya. Prancis masih merupakan bahasa diplomasi dan orang-orang Prancis adalah ahli-ahli seni cara mengucapkan sesuatu secara diplomatis meskipun mereka menggunakan bahasa Inggris – karena Khalifah tidak bisa berbahasa Prancis.

            Percakapan nampaknya datar saja. “Berapa lama anda akan tinggal disini ?” Tanya konsul Prancis itu.

            “Dua minggu,” jawab Khalifah.

            “Saya kira udaranya tak begitu enak disini pada musim ini,” Kata konsul Prancis itu. “Saya tak ragu bahwa anda akan ingin pergi sesegera mungkin.”

            Kunjungan itu hanya berlangsung limabelas menit dan Khalifah segera kembali kerumah tempat beliau menginap. Dalam jam itu juga beliau berangkat ke Rabwah.

 

-Bab Tujuhbelas-

Undang-Undang Yang Kejam

Pada hari Kamis tanggal 26 April  1984 Surat Kabar The Gazette of Pakistan memuat Pendahuluan Undang-Undang Duapuluh yang dibuat dibawah hukum darurat perang oleh Presiden Pakistan, Jendral Zia-ul-Haq. Disebutkan, Undang-Undang itu disusun agar memperbaiki hukum untuk melarang kelompok Qadiani, kelompok Lahore, dan para Ahmadi terlibat dalam kegiatan-kegiatan Anti -Islam.

            Bermula: “Karena penting sekali memperbaiki hukum untuk melarang kelompok Qadiani, Kelompok Lahori, dan orang-orang Ahmadi dalam aktivitas-aktivitas anti –Islam: dan karena Presiden yakin bahwa keadaan saat ini membuat perlu untuk mengambil tindakan segera: jadi sekarang, berdasarkan Proklamasi hari ketujuh bulan July,1977, dan menerapkan seluruh kekuasaan yang mengijinkan  dalam urusan itu, Presiden berkenan  membuat dan memberlakukan Undang-Undang berikut.”

            Judul Undang-Undang adalah ‘Undang-Undang atas aktivitas-aktivitas oleh kelompok Qadiani, Kelompok Lahori, dan orang-orang Ahmadi (Larangan dan Hukuman), 1984. Undang-Undang itu berlaku langsung dan akan membatalkan setiap aturan atau keputusan pengadilan.

            Bagian-bagian berikut ditambahkan kedalam Hukum Pakistan dibawah bab 298B:

            “Penyalahgunaan cirri-ciri,uraian ,penamaan, dan lain-lain khusus untuk tokoh-tokoh dan tempat-tempat suci tertentu.

            “1 Siapapun dari kelompok Qadiani  atau kelompok Lahori (yang menyebut diri mereka ‘Ahmadi’ atau dengan nama lain) yang dengan kata-kata, baik lisan maupun tulisan, atau dengan suatu sarana yang terlihat.

            “(a) menyebut, atau memanggil, siapapun kecuali seorang Khalifah dari antara para Sahabat Rasullullah Muhammad (damai atas namanya), sebagai ‘Amir-ul-Mukminin’, ‘Khalifatul Mu’minin’,  ‘Khalifatul Muslimin’, ‘Sahaabi’, atau ‘Radi Allah Anhu’ ; (lihat daftar kata bahasa Arab dan Urdu)

            “(b) menyebut,memanggil, siapapun, kecuali seorang istri Rasullullah Muhammad (damai atas namanya), sebagai ‘Umul Mu’minin’.

            “(c) menyebut,memanggil,siapapun, kecuali seorang anggota keluarga Rasullullah Muhammad (damai atasnya) sebagai Ahli- bait; atau

            “(d) menyebut , atau menamakan, atau memanggil, tempat ibadahnya  sebagai ‘Mesjid’ :

            “akan dihukum penjara untuk suatu jangka waktu  yang dapat diperpanjang sampai tiga tahun, serta dikenakan hukuman denda.

            “2 Siapapun dari kelompok Qadiani atau kelompok Lahori (yang menyebut diri mereka ‘Ahmadi’ atau dengan nama lain) yang dengan kata-kata, baik lisan maupun tulisan, atau dengan suatu alat yang terlihat , menyebut atau menyuarakan bentuk panggilan untuk sembahyang dalam agamanya sebagai ‘Azan’ atau menuliskan ‘Azan’ sebagaimana yang digunakan golongan Muslim, akan dihukum penjara untuk jangka waktu yang dapat diperpanjang sampai   tiga tahun, serta dikenakan denda.

            Bagian akhir Undang-Undang menyebutkan: siapapun dari kelompok Qadiani atau kelompok Lahori (yang menyebut diri mereka ‘Ahmadi’ atau dengan nama lain) yang, langsung atau tak langsung, mengaku seorang Muslim, atau menyebut agamanya sebagai Islam, atau mengajarkan dan menyebarkan agamanya, dengan kata-kata, baik lisan maupun tulisan, atau dengan sarana yang terlihat, atau dengan cara apapun yang bagaimanapun  menyinggung perasaan orang-orang Muslim, akan dapat dihukum penjara yang dapat diperpanjang sampai tiga tahun dan dikenakan denda.”

            Reaksi Dunia atas Undang-undang itu adalah tercengang. Diantara Pakar Hukum Pakistan, guru-guru, diplomat-diplomat, dan pengusaha-pengusaha terasa kesedihan- sedih karena Negara mereka tenggelam  kedalam ketiadaan total tenggang-rasa agama, sedih karena nama Negara mereka menjadi sejajar dengan rejim-rejim kejam yang menganiaya para warganya karena warna kulit atau agama.

            Juga ada pertimbangan militer dan niaga. Pakistan dipandang oleh Amerika Serikat dan Negara-negara Barat lainnya sebagai benteng terhadap komunisme. Bagaimana bisa pemerintah mereka memberikan persenjataan atas nama kemerdekaan sementara kelompok-kelompok  minoritas di Pakistan dianiaya ?

            Ketidak logisan yang aneh dari Undang-undang itu membuat pakar-pakar Hukum dan Hakim-Hakim Pakistan tertekan. Mereka telah mencoba, sedapatnya,  berpegang pada pikiran-pikiran keadilan dan kemerdekaan.

            Bagaimana bisa, Tanya mereka, sebuah Negara memberi hak kepada dirinya sendiri untuk mendifinisikan apa yang Islam, dan apa yang tidak?

            Bagaimana bisa sejumlah tertentu tokoh-tokoh Islam, meskipun mereka merupakan mayoritas, memandang bahwa mereka, dan hanya mereka,  yang dapat menafsirkan kata-kata Ilahi sebagimana yang diwahyukan dalam Al Qur’an ?

            Bagaimana mungkin sebuah Negara mensyahkan penindasan atas hal-hal sekelompok orang untuk mengungkapkan namanya atau kepercayaannya meskipun kelompok ini tidak pernah melakukan tindakan anti sosial atau criminal ?

            Dan yang paling penting,  bagaimana seorang hakim juri memutuskan bahwa seseorang  merupakan penjahat suatu agama jika yang dilakukan hanyalah bersembahyang  dan melaksanakan ibadah agama itu ?

            Imam-Imam Sunni, Shufi, Hanafi, Wahhabi, dan Ahmadi semuanya mayoritas azan atau panggilan shalat. Mengapa hanya Imam Ahmadi yang dianggap menentang sebagai seorang Muslim ?

            Tentunya ada perbedaan dasar antara Jemaat Ahmadiyah dengan semua sekte dalam Islam. Tapi ada tujuhpuluh tiga sekte dalam Islam dan dalam berbagai waktu orang-orang suci  mereka telah mengeluarkan dekrit-dekrit  atau fatwa-fatwa yang menyatakan bahwa sekte yang begini atau yang begitu adalah sesat.

            Bagaimana dapat sebuah Negara menetapkan siapa yang menentang sebagai Muslim dan siapa tidak ?

            Ini berprasangka bahwa sejenis control  pikiran dimensi Orwell dengan polisi pikiran  yang dapat melihat kedalam pikiran orang-orang dan memutuskan siapa dari antara mereka  yang menunaikan shalat lima waktu adalah orang Islam sejati dan mana yang pura-pura Islam ?

            Sebenarnyalah para hakim yang mengambil keputusan dalam perkara demikian sebetulnya melakukan syirik, memandang diri mereka setara dengan Tuhan.

            Seorang wartawan Amerika, yang menemui Zia untuk sesuatu wawancara menuduhnya melanggar konstitusi Pakistan dan Deklarasi Hak-Hak Azazi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

            Zia hanya mengangkat bahu tak peduli. “Lalu mau apa,” katanya.

…………………………….***

 

Di Rabwah Khalifah telah memanggil rapat penasehat-penasehat beliau  yang paling senior. Mengenang rapat itu Khalifah berkata, “Saya tidak pernah takut pada Jendral Zia dalam hal apapun. Saya telah mencelanya dengan sangat terbuka dalam khutbah-khutbah saya. Saya telah mengatakan kepadanya. Perbaikilah cara-cara dan sikap anda . Hentikan penganiayan ini atau anda akan menghadapi kemurkaan Tuhan.

            “Tetapi dengan adanya Undang-undang ini terdapat situasi yang berbeda. Bukanlah keselamatan saya yang terancam , tetapi kemampuan saya untuk berbicara. Dengan Undang-Undang ini Zia dapat mendiamkan saya sebagai pemimpin efektif Jemaat. Saya dapat tinggal di Pakistan dan berbicara lalu dimasukkan ke penjara. Ketika saya keluar saya dapat berbicara lagi dan ditangkap lagi untuk tiga tahun lagi.

            “Dalam Ahmadiyah anda tidak dapat memilih pemimpin yang lain  selama pemimpin yang semula masih hidup, meskipun jika ia dipenjarakan dan sama sekali tak dapat dihubungi. Jadi itu berarti sebuah Jemaat tanpa pemimpin.

            “Khalifah dibimbing Tuhan dalam keputusan-keputusannya  jadi ia tidak dapat mewakilkan  keputusan-keputusannya kepada suatu komite.  Beberapa keputusan harus diambil Khalifah  dan keputusan itu merupakan kata akhir.  Jika ia tidak mampu mengambil suatu keputusan maka hal itu benar-benar situasi yang berbahaya.”

            Usul para penasehat beliau semua sepakat- beliau harus langsung meninggalkan Pakistan.

 

-Bab Delapanbelas-

Kekeliruan Zia

            Khalifah menyetujui usul para Amir serta penasehat-penasehat beliau yang lain bahwa beliau harus meninggalkan Pakistan tetapi dengan suatu syarat – pada saat beliau berangkat tidak ada surat penangkapan atas beliau dan tidak ada permintaan resmi agar beliau tampil didepan suatu komisi atas tuduhan kejahatan apapun.

            Jika suatu surat perintah yang demikian dikeluarkan maka beliau tidak akan meninggalkan negeri itu, kata beliau. Harga yang akan dibayar Jemaat untuk keselamatan beliau akan terlalu tinggi.

            “Kepergian saya jika keadaan seperti itu akan memungkinkan orang-orang untuk mencela Khilafat,  mungkin tidak langsung tetapi pasti akan ada desas-desus. Akan dikatakan bahwa saya bersalah atas suatu kejahatan dan itulah sebabnya saya melarikan diri. Itulah ketakutan saya dan saya tidak siap untuk membiarkan hal ini terjadi.”

            Dengan berat hati para Amir menerima keputusan beliau. Persiapan-persiapan untuk kepergian beliau disiapkan oleh seorang pensiunan  militer senior. Ia memutuskan bahwa Khalifah harus meninggalkan Pakistan dengan KLM , penerbangan Belanda yang biasanya digunakan beliau untuk  bepergian. Mereka bukannya memesan tempat duduk melalui telepon melainkan seorang utusan dikirim ke Karachi untuk memesan tempat karena mereka tahu jalur-jalur telepon mereka disadap dan semua pembicaraan direkam.

            Ada dua penerbangan KLM  ke Eropa dari Karachi Minggu itu, yang satu berangkat subuh-subuh hari Senin tanggal 30 April , dan yang lainnya hari Rabu tanggal 3 Mei. Khalifah sudah mengusulkan agar beliau mengambil penerbangan hari Rabu karena hal itu memberi beliau lebih banyak waktu untuk mempersiapkan keberangkatan beliau,  tetapi ketika utusan tadi kembali ia melapor bahwa manajer KLM ingin agar beliau mengambil penerbangan Hari senin pagi.

            Ada banyak tempat duduk tersedia untuk penerbangan hari Rabu tetapi tidak ada satupun  untuk penerbangan hari Senin. Namun manajer KLM mengatakan bahwa ia akan memastikan sedikitnya enam tempat duduk  akan kosong pada penerbangan Senin. Ia tidak memberitahu,  alasan-alasannya,  tetapi nasehatnya disetujui. Belakangan hari dijelaskannya bahwa penerbangan  hari Rabu berhenti disebuah Negara Teluk  sementara penerbangan Senen langsung menuju Amsterdam.

            Jika pemerintah Pakistan mengeluarkan pengumuman bahwa Khalifah adalah buronan criminal maka dapat saja beliau ditangkap dan ditahan dinegera Teluk.

…………………………………….****

            Pada saat itu Markas besar Jemaat  di Rabwah berada dibawah pengawasan ketat lima kelompok agen rahasia berbeda  dari Jendral Zia. Mereka menutupi semua jalan ke dan dari Rabwah.

            Tidak terlalu sulit untuk mengenali mereka. Satu kelompok dari militer, berpakaian seperti pengemis, tetapi mereka mungkin merupakan satu-satunya kelompok pengemis  dalam sejarah yang memakai sepatu bot tentara !

            Khalifah memaksa agar tidak ada tipuan atau duplikat menyangkut keberangkatan beliau. Beliau tidak mau menyamar atau menggunakan paspor palsu. Tetapi jika kemudian age-agen intelejen Zia mengambil kesimpulan yang  salah maka itu adalah urusan mereka.   

            Jadi pada subuh hari, segera setelah sembahyang yang pertama, mobil Khalifah terlihat meninggalkan Rabwah. Seseorang berjubah putih dengan sorban putih atau sorban Punjabi , dengan hiasan tutup sorban keemasan yang merupakan pakaian biasa Khalifah, duduk dibangku belakang.

            Mobil Khalifah disertai pengawal yang biasa – satu mobil didepan dan dua mobil dibelakang. Staf pengawal pribadi beliau,yang dikenal baik agen-agen intelejen dan terlihat jelas oleh mereka, duduk dalam mobil-mobil ini.

            Para Ahmadi di jalan-jalan menyangka bahwa Khalifah  sedang menuju ke Islamabad, sekitar duaratus mil jauhnya. Dugaan empat dari lima agen intelejen yang mengawasi Rabwah.

            Mereka melaporkan bahwa Khalifah sedang menuju Islamabad, dan sebagaimana biasa, konvoi beliau dibayang-bayangi.  Beberapa saat kemudian mobil-mobil yang mengikuti konvoi itu melaporkan bahwa Khalifah tidak pergi langsung ke Islamabad lewat Pindi. Nampaknya beliau menuju Jehlan dimana sepupu beliau, Mirza Munir Ahmad mempunyai pabrik kayu lapis.  

            Jehlan terletak 30 mil ditimur Islamabad dan diperkirakan beliau akan menginap ditempat sepupu beliau – seperti yang dahulu kadang-kadang dilakukan beliau-  lalu melanjutkan perjalanan ke Islamabad keesokan harinya.

            Jika beliau langsung pergi ke Pindi atau Islamabad Pemerintah akan mengutus seorang Pejabat untuk menemui beliau.

            Tetapi bukan Khalifah yang duduk dibelakang Mercedes, melainkan kakak laki-laki beliau yang ketiga , Mirza Mubarak Ahmad.

            Tiga jam sebelumnya, pada pukul dua pagi, ketika malam masih sangat gelap , dua mobil lain sudah meninggalkan Rabwah. Mereka mengambil sebuah jalan kecil , yang menuju kekota kecil Lalian dan kemudian ke Jhang hingga akhirnya kejalan utama menuju Karachi yang jaraknya 750 mil. Dalam mobil pertama duduk anggota-anggota staf pengawal Khalifah. Di Mobil kedua duduk Khalifah.

            Pensiunan militer tadi memaksa agar  hanya mereka yang mutlak tahu diberitahu tentang keputusan akhir Khalifah untuk berangkat dan agar jumlah yang tahu tentang rincian keberangkatan beliau lebih sedikit lagi.

            Bahkan mereka yang sudah dimintai nasehat tentang kepergian beliau dan kebanyakan anggota keluarga tidak mengetahui keputusan beliau untuk pergi.

            Itu bukanlah masalah kepercayaan, sang pensiunan militer berkeras, hanya masalah keselamatan yang normal. Jika orang-orang tidak tahu maka mereka tidak dapat membiarkan apapun lepas secara kebetulan.

            Tuhan telah memberitahu dua orang, kata Khalifah kemudian.

            Segera setelah keputusan tentang bagaimana dan kapan beliau akan berangkat- yang diambil dalam dua hari – diterima sebuah surat dari seorang sesepuh Ahmadi yang bernama Usman Chou. Tuan Chou melihat mimpi yang tidak dipahaminya, tetapi ia yakin mengandung suatu pesan untuk Khalifah.

            Ia menulis bahwa dalam mimpinya ia melihat bahwa mobil Khalifah akan segera berangkat  ke Islamabad. Ia telah mendekat untuk menyampaikan hormat , tetapi ketika ia melihat dari kaca jendela samping ternyata mobil itu kosong.

            “Saya terkejut dan berseru, Khalifah akan berangkat dan mobilnya akan berangkat, tetapi beliau tidak didalam mobil.”

            “Kemudian sebuah suara memberitahu saya bahwa Khalifah sudah berangkat melalui rute lain dan beliau sudah pergi keluar Negeri. Jadi saya ikut menyertai mobil  dan kami bukannya pergi langsung ke Islamabad  melainkan pergi ke Jehlam dimana mobil itu tinggal satu malam.”

            Itulah mimpi yang diceritakan dalam surat Usman Chou. Mimpi itu mengandung rencana rahasia yang baru saja diputuskan beberapa jam sebelumnya !

            “Saat itu saya tahu, “ kata Khalifah kemudian , “bahwa rencana ini akan berhasil. Tuhan merestuinya. Jadi saya samasekali tidak kuatir akan kesuksesannya.”

            Orang kedua yang menerima pesan mengenai keberangkatan beliau, meskipun ia maupun beliau tidak menyadarinya saat itu,kata Khalifah,adalah putri kedua beliau Faizah. Saat itu ia berumur 23 tahun. Tak seorangpun anggota keluarga beliau mengetahui kepergian beliau  yang mendadak tetapi sehari sebelumnya Faizah dengan heran menceritakan mimpi yang dilihatnya pada malam sebelumnya.

            Faizah melihat dua mobil disebuah jalan sepi dan meskipun itu bukan mobil Khalifah yang biasa ia tahu bahwa Khalifah ada didalamnya dan beliau sedang berangkat untuk suatu perjalanan, kedua mobil melambat ketika mendekati suatu tempat  dimana tampaknya jalan sedang diperbaiki . Tetapi tidak ada pekerjaan yang berlangsung disana dan tidak terlihat seorang pekerjapun,  hanya tumpukan kerikil yang memaksa mobil-mobil itu berjalan pelan.

            Ketika mobil sedang pelan itu tiba-tiba muncul beberapa pengemis. Faizah tidak suka melihat mereka dan menjadi sangat panic. Tiba-tiba ia melihat sebuah tangan keluar dari mobil didepan dan menerbangkan uang kertas satu rupi. Pengemis-pengemis itu mengejar uang tadi dan mobil kembali bergerak  maju, melewati tumpukan batu, dan kembali kejalan utama menuju Karachi.

            Apa yang sesungguhnya terjadi, kata Khalifah, diantara Lalian dan Jhang ada wilayah   yang jalannya sudah terkikis banjir. Jalan itu sedang diperbaiki, tapi sangat lambat. Kelompok intelejen tentara mengambil keuntungan atas jalan buruk ini dan menempatkan kelompok  pengintai mereka ,  yang berpakaian pengemis ditempat itu.

            Kedua mobil yang ditumpangi  Khalifah dan kelompok pengawal telah melambat dan menjumpai para pengemis itu,  beberapa berpakaian compang-camping dan hanya memakai jubah. Tapi semua terlihat sehat dan semua memakai sepatu tentara !

            Para pengemis itu mendekati mobil kedua dan hampir saja  menemukan Khalifah, yang duduk disamping pengemudi,  ketika salah sorang staf pengawal beliau membuka jendelanya  dan melemparkan segenggam uang kertas  satu rupi, pengemis- pengemis itu berlari memungutnya dan mobil Khalifah bergerak maju, melewati tumpukan kerikil, menaikkan kecepatan dan melanjutkan perjalanan.

            Beberapa pengemis tidak mau repot-repot memungut uang yang dilemparkan ke jalan , tetapi mengamati penumpang-penumpang mobil.

            Kemudian satuan intelejen tentara melapor bahwa Khalifah diperkirakan berada dalam mobil yang menuju Jhang sehingga mungkin sedang menuju Karachi. Tetapi laporan itu tidak diperdulikan karena empat kelompok agen intelejen melaporkan bahwa Khalifah beserta staf pengawal beliau sedang menuju Islamabad dan bermalam dirumah sepupu beliau di Jehlam.

            Penerbangan KLM ke Amsterdam berangkat pukul dua tengah malam dan perjalanan Khalifah sejauh 750 mil ke airport disudahi tanpa kesulitan, tapi staf pengawal beliau tetap dibayangi kecemasan.

            Dijalan mereka berhenti ditempat perhentian mobil-mobil dimana mereka dapat membeli  teh dan makanan. Pengemudi mobil beliau memarkir mobil  dibagian paling ujung dan berkata bahwa ia akan membawakan teh karena beliau terlalu mudah dikenali.

            Khalifah tidak memperdulikan hal itu. Beliau mengenal baik pemilik kafe. Sebelum terpilih menjadi Khalifah beliau sering berhenti disana. Jadi beliau keluar dari mobil dan saling bertukar kenangan dengan  pemilik kafe  sambil minum teh. Kemudian mereka meneruskan perjalanan.

            Dilapangan terbang beliau diantar ke suatu ruangan pribadi dan satu jam sebelum keberangkatan beliau melalui pemeriksaan passport. Kemudian beliau menunggu panggilan untuk masuk ke pesawat.

            Tidak ada panggilan.

            Sebaliknya ada pengumuman  bahwa keberangkatan diundur. Dalam ruang pribadi beliau  Khalifah duduk menunggu. Menit-menit itu merayap begitu lambat.

            Manajer KLM telah meyakinkan beliau bahwa pesawat akan berangkat tepat waktu. Sekarang ia datang untuk mengatakan bahwa keterlambatan itu disebabkan oleh pejabat lapangan terbang . Mereka tidak memberi izin pesawat untuk tinggal landas.

            Khalifah duduk menunggu. Istri beliau dan para pengawal beliau mencoba menyembunyikan kecemasan mereka. Kedua putri beliau yang bungsu , terlalu kanak-kanak untuk mengerti apa yang berlangsung, jatuh tertidur.

            Menit-menit itu merangkak perlahan.

            Satu jam setelah jadwal keberangkatan seharusnya  diumumkan bahwa pesawat akan berangkat. Khalifah, istri beliau dan kedua putri beliau, Choudry Hamid Nasrullah Khan, Amir Lahore dan sang pensiunan militer duduk untuk delapan jam penerbangan langsung ke Amsterdam.

            Tidak ada keraguan bahwa keterlambatan itu disebabkan kehadiran Khalifah, tapi baru beberapa bulan kemudian diketahui bahwa Khalifah hampir saja ditangkap.

            Dihadapan para petugas passport  ada surat yang langsung dikeluarkan oleh Jendral Zia. Surat itu telah disebarkan keseluruh lapangan terbang, pelabuhan kapal laut, dan pos-pos perbatasan. Dinyatakan bahwa “Mirza Nasir Ahmad yang menyebut dirinya sendiri Khalifah Jemaat Ahmadiyah” tidak dibolehkan meninggalkan Pakistan.

            Tidak heran kalau ada keterlambatan. Jendral Zia telah sangat sering berurusan dengan Khalifah Ketiga sehinga nama beliaulah , Mirza Nasir Ahmad , yang telah ditulisnya secara keliru diperintah penangkapan, bukan nama Khalifah keempat. !

            IA TELAH MELARANG KHALIFAH KETIGA YANG SUDAH WAFAT DUA TAHUN SEBELUMNYA, UNTUK MENINGGALKAN NEGARA ITU !

            Pasport Khalifah Keempat dengan jelas menyatakan bahwa beliau adalah Mirza Taher Ahmad dan bahwa beliau adalah Pemimpin Jemaat Ahmadiyah.

            Selama jam ketika mereka menunggu , pemeriksa passport telah mencoba menghubungi seseorang di Islamabad  untuk meluruskan kekacauan itu, tetapi pada jam dua tengah malam tak seorangpun  dapat dihubungi untuk dapat memecahkan persoalan. Tentunya itu suatu perintah yang sudah kadaluarsa , mereka mengira. Bagaimanapun ada informasi resmi bahwa Khalifah sedang menuju Islamabad.

            Akhirnya izin tinggal landas diberikan untuk pesawat.

            ………………………………….***

            Pada pukul tiga pagi telepon berdering di Apartemen Imam Mesjid London, Ataul Mujib  Rashid.

            Mr. Rashid mengangkatnya.

            “Bersiaplah,” kata suara ditelepon.

            “Saya siap. Tapi untuk apa?” Tanya Mr.Rashid. Beliau mengenali suara di telepon adalah suara Masud Ahmad, Direktur Misi Luar Negeri di Rabwah.

            Mr.Ahmad memberitahu beliau bahwa Khalifah telah meninggalkan Pakistan empat jam yang lalu. Mereka ingin memastikan bahwa pesawat sedang mendekati Eropa sebelum menelepon London.

            Mr.Rashid ingat bahwa beliau jadi sangat dipengaruhi emosi. Istri beliau bertanya apa yang salah , tetapi sebelum menjawab beliau berlutut untuk bersyukur kepada Tuhan atas penyelamatan Khalifah.  Kemudian ia keluar menyiapkan penyambutan . Pengurus-pengurus senior Jemaat di London  ditelepon dan rapat darurat dipersiapkan jam 4.30 pagi di Mesjid.

            Sementara itu istri Mr.Rashid telah mulai mengosongkan apartement  untuk kedatangan Khalifah. Kedalam sprei  dimasukkan  seluruh pakaian dan harta milik mereka  yang kemudian diikat menjadi bundle . Hal yang sama berlangsung dikantor Mr.Rashid.

            Para angota Jemaat dinegara Belanda ditelepon dan diberitahu tentang kedatangan mendadak Khalifah. Kemudian datang kabar bahwa beliau telah mendarat dan kabar bahwa penerbangan  lanjutan yang beliau ambil ke London.

            Beliau sampai di London Mosque hampir jam 12.30 disana sekitar 300 orang Ahmadi, yang diberitahu dari mulut kemulut telah berkumpul untuk menemui beliau. Pakaian beliau kusut, mata beliau berlingkaran merah, dan wajah beliau menunjukkan kelelahan. Namun beliau langsung pergi ke Mesjid untuk memimpin shalat Zuhur. Suara beliau serak, kata beliau kemudian. Di Rabwah di Mesjid beliau telah terbiasa berbicara dengan suara keras karena penggunaan pengeras suara dilarang.

            Sementara itu di Rabwah adik ipar Mr.Kahlon tercengang menerima teleks yang dikirim langsung setelah pesawat Khalifah mendarat di Amsterdam. Bunyinya, “Paket berharga yang dikirim ke Amsterdam sampai dengan selamat.  Akan tiba di London segera.”

            Adik ipar Kahlon tidak mengerti pesan itu setelah bertanya diseputar kantor ia menelepon istrinya. “Saya tidak tahu apa yang dikatakan kakakmu. Ia mengirim saya teleks  bahwa suatu paket berharga telah sampai.  Tapi tak seorangpun tahu tentang hal itu.  Apakah engkau ada mengiriminya sesuatu ?”

            Istri beliau mengucapkan ”Tidak”, tapi kemudian termenung dan berkata bahwa ada desas-desus bahwa Khalifah sudah meninggalkan Pakistan. Ia harus membawa teleks itu kepada Amir , kata istrinya.

            Itulah kabar yang sudah ditunggu tunggu oleh sedikit orang secara rahasia. Dan segera berita itu tersebar di seluruh Rabwah dan kepada setiap Ahmadi di Pakistan.

            Kabar bahwa Khalifah telah meninggalkan Pakistan membuat Zia sangat marah. Pejabat-pejabat senior di departemen imigrasi Karachi dipecat ! Pemeriksaan dilancarkan kesemua arah. Pasti ada kerjasama rahasia , tuntut Zia. Orang-orang yang terlibat akan membayar mahal.              

            Pejabat polisi senior di distrik yang sedang duduk dikantornya bersama seorang teman pada pagi hari pelarian Khalifah ketika sebuah telepon langsung datang dari Islamabad dan ia diberitahu berbicara dengan Presiden Pakistan. Suara Zia terdengar jelas oleh tamunya.

            Dimana Mirza Tahir Ahmad ? Zia menuntut. Ia harus dihadirkan langsung.

            Tamu pejabat itu menceritakan kemudian bahwa sang pejabat polisi terlihat gemetar ketika menjawab, “Tuan, saya tidak tahu.”

            Zia meledak. “Apa maksudmu kau tidak tahu ? kamu bertanggung jawab. Ia berada dalam distrikmu. Mengapa ia pergi ke suatu tempat tanpa kau ketahui ? saya menganggapmu bertanggung jawab. Ia harus di hadirkan saat ini juga.”

            Pejabat polisi senior itu menjawab sehalus mungkin bahwa ia akan melancarkan pemeriksaan langsung untuk mencari dimana Khalifah.

            Jawaban Zia adalah serentetan ancaman dan makian yang berlangsung beberapa menit.

            Di London Kepala Keamanan Kedutaan Besar Pakistan menelepon seorang bekas duta besar dan bertanya apakah ia tahu dimana Pemimpin Jemaat.

            Bekas duta besar itu membalas bertanya. “Mengapa engkau  bertanya pada saya tentang hal ini ?”

            Keamanan Kedutaan Besar berkata bahwa ia mendapat laporan dari Pakistan bahwa Khalifah telah meninggalkan Pakistan diam-diam menuju Swiss tetapi orang-orang yang dihubungi di Swiss mengatakan tak ada jejak beliau.

            Bekas Duta Besar itu kemudian menjawab bahwa Khalifah telah meninggalkan Pakistan sebagai penumpang biasa pada sebuah penerbangan biasa dan sekarang berada di London.

            Kabar lolosnya beliau menjadi berita halaman pertama di seluruh dunia. Di Pakistan dan India para Ahmadi mendengar rincian keberangkatan beliau serta rencana-rencana beliau selanjutnya melalui kata-kata beliau sendiri karena BBC World Service dalam siaran Bahasa Inggris dan Urdu mewawancarai beliau selama dua belas menit.

            Zia telah berharap untuk mendiamkan Jemaat Ahmadiyah. Sebaliknya ia malah menampilkannya dengan kesempatan terbesar. London adalah persimpangan dunia. Dari London Khalifah mempunyai kesempatan untuk memimpin Jemaat Ahmadiyah dalam misinya untuk mengubah dunia kedalam Islam.

            “Cara-cara Tuhan sangat indah,” kata Khalifah kemudian.

            Diperkirakan lolosnya Khalifah berbeda 12 jam dengan rencana penangkapan beliau. Sebelum berita lolosnya beliau diketahui, Gubernur Punjab menelepon dan meninggalkan pesan bahwa Khalifah harus melapor kekantornya di Lahore saat itu juga. Seandainya beliau melapor maka beliau akan ditangkap.

           

-BAB SEBILAN BELAS-

Kesempatan Baru

 

            Kedatangan Khalifah di London memberikan beban yang luar bisa pada Mesjid London. Sebelumnya Mesjid ini telah menjadi markas besar untuk Inggris dan, karena jumlah orang-orang Ahmadi bertambah, selalu perlu mencari tempat yang lebih luas untuk ruangan kantor. Tiba-tiba Mesjid ini juga menjadi kantor Khalifah.

            Dalam beberapa hal London merupakan perbaikan dari Rabwah. London, selain menjadi persimpangan dunia dalam penerbangan udara, juga merupakan pusat komunitas dunia. Khalifah dapat menelepon langsung ke hampir seluruh Negara didunia tanpa harus melalui operator. Pengiriman faksimil menjadikan pengiriman dokumen-dokumen sangat mudah dan langsung dapat diterima.

            Kantor Imam Mesjid London lebih bersifat praktis daripada indah. Ukurannya 10 kaki kali 10 kaki. Tempat ini memuat sebuah meja besar, tiga deret kursi didepannya, dan berbagai rak buku. Tidak ada pemandangan – cahaya masuk dari jendela-jendela panjang yang sempit. Jendela-jendela ini memasukan cahaya yang memadai, tetapi menurut pendapat beberapa tamu mencerminkan wawasan arsitek-arsitek paska perang yang kurang baik.

            Khalifah, yang kehilangan udara serta sinar matahari Rabwah, meminta sedapat mungkin ada bunga-bunga dan tanaman didalam kantor beliau. Belakangan ada juga beberapa barang pribadi – foto-foto dari tur luar negeri dan, yang paling penting, secarik kertas dengan tulisan tangan Masih Mauud yang dikirimkan kepada beliau oleh seorang Ahmadi.

            Dalam sebuah kotak didekat meja beliau, tidak terlihat oleh tamu, terdapat sekotak permen. Ini disediakan untuk anak-anak Ahmadi yang berkunjung untuk pembicaraan pribadi.

            “Mereka sudah diberitahu dengan sangat tegas untuk bersikap sebaik-baiknya sehingga mereka agak takut ketika masuk. Namun mereka adalah salah satu kebahagiaan besar dalam kantor saya. Saya sangat suka berbicara dengan anak-anak. Saya sangat suka dengan kepolosan mereka. Berbicara dengan mereka membuat kita sangat rileks.”

            Prioritas pertama, sekarang setelah Khalifah selamat ditempat, adalah menyediakan suatu tempat bekerja untuk orang-orang yang termasuk staf beliau. Akomodasi kantor sementara, seperti yang terlihat digedung-gedung perkantoran, berdatangan – tak diperlukan izin perencanaan karena dapat berpindah-pindah tempat. Didalam ruang rapat dibuat kantor-kantor mini pada sisi-sisinya seperti bentuk galeri sementara sebuah tenda besar dari Kanvas dijadikan tempat dimana setiap orang bisa mendapat makan siang yang hangat.

            Seluruh staf adalah sukarelawan dalam waktu luang mereka. Guru-guru datang setelah sekolah usai. Para pekerja yang bergilir datang lebih awal atau lebih lambat tergantung jam kerja mereka. Dan sekarang penekanan Jemaat atas pendidikan bagi anak-anak laki-laki dan perempuan terbukti sangat berharga. Lebih banyak wanita dari para pria yang langsung bisa membantu Khalifah.

            Di London para anggota organisasi wanita – Lajnah Imaillah – mengambil tugas menyediakan sekretaris-sekretaris Khalifah, atau keperluan kantor lainnya. Jika mereka punya waktu satu atau dua jam pada pagi hari ketika anak-anak mereka sedang ke sekolah mereka akan datang ke Mesjid, mengambil surat-surat, laporan, serta data lain, dan mengerjakannya dirumah pada sore hari. Banyak yang bekerja terus sampai pukul satu siang, dan kembali keesokan harinya untuk mengerjakan surat menyurat yang lain.

            Suatu system komputer yang meliputi Jemaat Ahmadiyah di seluruh dunia diadakan dan sepenuhnya dikelola para wanita. Hal ini memungkinkan Jemaat mengatur organisasinya dengan lebih efisien. Komputerisasi mengelompokan nama-nama dan alamat-alamat, menjelaskan agama seseorang, pendidikannya, latar belakang ilmu pengetahuannya, dan jenis literature yang mungkin menarik bagi mereka.

            Di Rabwah ada segala jenis akomodasi untuk tamu-tamu sampai 250.000 orang yang datang pada pertemuan tahunan bulan Desember. Di London hal itu diserahkan pada para anggota organisasi wanita untuk menyediakan akomodasi dan makanan-makanan di rumah-rumah mereka sendiri untuk hampir semua tamu Khalifah.

            Sekarang jugalah system kerja Khalifah sendiri muncul. Sampai 1000 surat sehari datang untuk beliau di Rabwah. Sekarang surat-surat itu datang ke London. Seperti dahulu Sekretaris-sekretaris beliau mengelompokan dan memberi nomor mereka. Kebanyakan adalah permohonan doa Khalifah bagi mereka untuk sesuatu hal tertentu. Meskipun sampai suatu tingkat ada jawaban standard, Khalifah secara pribadi menandatangani setiap surat. Dan jika surat-surat itu memuat suatu hal khusus akan diberitahu kepada beliau.

            Namun setiap hari beliau selalu secara pribadi memeriksa surat-surat.

            “Selama tur saya bertemu dengan banyak orang dan kemudian mereka menulis kepada saya. Biasanya saya bisa mengingat wajah sebuah nama disurat jika mereka menyebutkan pertemuan itu. Dalam surat-surat ini sering disebutkan rujukan singkat suatu peristiwa. Tentunya staf saya tidak dapat memahami rujukan ini jadi itulah sebabnya saya selalu membaca cepat segalanya. Saya sudah melatih mata saya untuk tidak mengabaikan hal-hal ini.”

            Surat-surat lain dibagikan kepada kepala berbagai departemen sehingga mereka dapat melampirkan suatu rekomendasi atau ringkasan suatu surat sebelum diserahkan kepada Khalifah untuk keputusan.

            Dari seluruh Ahmadi di seluruh dunia juga datang permohonan agar beliau menulis untuk mereka secara pribadi walaupun hanya satu kalimat. Mereka ingin mengabadikan tulisan tangan beliau. Beliau juga menjawab surat-surat ini.

            Yang paling sukar – dan yang paling memakan waktu – adalah permohonan-permohonan untuk pertolongan pribadi.

            “Sebagian surat-surat ini begitu penuh  perasaan sehingga saya tidak dapat mendiktekan sebuah jawaban. Saya menjadi terbaru. Saya harus duduk sendiri di sebuah ruangan dimana tak seorangpun dapat melihat saya dan saya menjawab dengan tulisan tangan. Mereka mengajukan permohonan yang sangat pribadi kepada saya sehingga saya harus menjawabnya secara pribadi.”

            Beliau pernah mencoba menggunakan tape recorder untuk mempercepat pekerjaan, tapi segera saja cara itu ditinggalkan.

            “Sebuah mikrofon adalah sebuah benda mati sehingga saya tidak dapat bercerita kepadanya. Saya tak merasa memberikan jawaban kepada seorang manusia yang riil. Sekarang saya hanya menggunakannya sekali-sekali jika saya bepergian dengan mobil dan tak dapat menulis. Pada saat demikian saya menggunakannya untuk memberi perintah tentang bagaimana suatu masalah tertentu harus ditangani. Saya tidak pernah mendiktekan surat yang sebenarnya.”

            Kecepatan membaca beliau, beliau yakin, sudah menjadi makin cepat. Dalam hal biasa dapat disebut “sangat, sangat cepat”. Mata beliau bukan membaca kalimat atau paragraf melainkan membaca sebuah halaman secara keseluruhan dan bukan membaca kata-kata. Jika mata beliau menangkap sesuatu yang menarik beliau melambat.

            “Harus seperti jika anda menutupi banyak benda,” kata beliau.

            Beliau juga mengembangkan kemampuan mengerjakan tiga hal sekaligus. “Yang terjadi yaitu saya membawa seluruh surat yang ditanda tangani ke ruangan saya dan disana saya menggunakan waktu saya tidak hanya untuk dua hal tetapi tiga hal. Banyak orang Ahmadi yang mengirimi saya kaset sebagaimana surat. Dalam kaset itu mereka merekam pikiran mereka dan juga puisi. Jadi kalau seseorang sudah repot-repot mengerjakannya saya tentu saja ingin mendengarkannya. Jadi sementara saya membaca dan menandatangani surat-surat – yang memerlukan waktu sekitar tiga jam – saya juga memutar kaset-kaset. Jika ada acara penting di televisi yang ingin saya lihat maka saya juga menyalakannya.

            “Jika sesuatu menangkap perhatian saya di televisi yang harus saya dengarkan hati-hati maka saya mematikan kaset. Tetapi saya tidak pernah berhenti menandatangani surat-surat. Saya mengerjakannya terus menerus. Saya melihat kertas dan saya seperti membaca seluruh halaman sekaligus. Kemudian saya menandatanganinya. Jadi demikianlah saya menghemat waktu dan memanfaatkannya sampai penggunaan terbaik.”

            Orang-orang Ahmadi dari seluruh dunia juga mengirimi beliau buku-buku.

            “Buku-buku ini bukan hanya buku-buku mengenai agama, tetapi juga buku-buku yang menarik bagi mereka dan mereka pikir akan menarik bagi saya. Kadang-kadang buku itu tentang peristiwa-peristiwa dunia, politik, atau situasi lokal. Seperti di Rabwah saya membentuk suatu team pembaca yang terdiri dari ahli-ahli berbagai bidang yang pendapatnya saya percayai. Orang-orang ini membaca buku-buku itu untuk saya dan menandai apa yang mereka anggap merupakan bagian-bagian penting. Dengan cara ini saya dapat meneliti banyak buku setiap minggu dan banyak meningkatkan pengetahuan saya tentang berbagai Negara.”

            “Jika saya mempunyai pengetahuan pribadi tentang suatu situasi saya suka menguji pengetahuan si penulis. Jika pandangannya tentang suatu situasi atau seseorang ternyata sama dengan pengetahuan pribadi saya mengenai apa yang terjadi maka biasanya saya merasa dapat mempercayai penilaian serta versinya tentang peristiwa-peristiwa lain.”

            Dengan bekerjanya kantor Khalifah secara efisien, maka perhatian beliau mulai dialihkan ke Eropa dan Afrika.

            Beliau memutuskan untuk kunjungan pertama beliau akan ke Belanda.

            Para Amir dan penasehat beliau memperingatkan – beliau masih belum mempunyai izin menetap di Inggris. Selama beliau berada di Inggris tampaknya tak mungkin beliau akan diusir. Tapi jika beliau pergi maka tak ada jaminan bahwa beliau akan dibolehkan masuk kembali. Di ketahui orang-orang Jendral Zia sedang mencoba mencegah pemberian visa menetap permanen di Inggris untuk beliau. Jika beliau dapat dikurung di Swiss misalnya, pengaruh beliau akan dapat dikurangi secara drastis.

            Sudah diperkirakan visa hanya akan menjadi formalitas – tak ada keraguan bahwa beliau telah menderita penganiayaan di Pakistan hanya karena agama beliau dan hampir tak diragukan beliau akan ditangkap jika dikembalikan kesana. Setelah lima bulan masih belum ada visa.

            “Saya akan ke Belanda baik dengan atau tanpa visa,” Khalifah menegaskan dan bersiap-siap.

            Beberapa hari sebelum jadwal keberangkatan beliau datanglah visa untuk menetap permanen.

           

-Bab Duapuluh-

Permohonan Kepada Tuhan

            Undang-undang keji  Nomor Duapuluh yang dekeluarkan Jendral Zia melarang golongan Ahmadi menjalankan hak mereka untuk beribadah serta memberi izin resmi untuk terjadinya kebencian  serta kecemburuan antar agama. Undang-undang ini memanas-manasi percekcokan agama menjadi amukan masa.

            Orang-orang menyerbu dan menghancurkan mesjid-mesjid Ahmadiyah. Mereka mencopot dan membuang tulisan-tulisan pada batu nisan yang melukai hati mereka seperti tulisan “ Semoga Allah meridhoinya” dan “Damai besertanya.”

            Mereka menutupi dengan cat kata-kata “mesjid”  dimana saja mereka dapat menemuinya pada setiap bangunan Ahmadiyah. Mereka bahkan menggali mayat-mayat dari pekuburan-pekuburan dengan alasan bahwa hadirnya orang Ahmadiyah mengganggu ketenteraman orang-orang Islam  yang dikuburkan disana !

            Penganiayaan resmi tersebar luas tetapi ditutup-tutupi karena banyak polisi dan ahli-ahli hukum merasa malu akan sikap bangsa mereka  atas penganiayaan ini.  Dalam empat tahun berikutnya lebih dari 3000 orang Ahmadi dituduh mengadakan pelanggaran  atas undang-undang ini, enam orang dihukum 25 tahun penjara, dan empat dihukum mati.

            Komisi hak-hak azasi PBB menyatakan Undang-Undang Nomor Duapuluh melanggar Hak Kebebasan  dan keamanan orang-orang,  hak kebebasan dari penangkapan dan penghukuman sembarangan, hak kebebasan berpikir, mengemukakan pendapat, hati nurani dan agama, hak kelompok minoritas  agama untuk menganut dan mengamalkan agama mereka.”

            Komite tersebut mengingatkan pada kata-kata  Konferensi  Internasional Hak-Hak Azasi Manusia yang menyatakan “pengingkaran utama atas hak-hak azasi manusia  yang timbul dari diskriminasi  agama menindas hati nurani manusia dan membahayakan dasar-dasar kebebasan, keadilan, dan kedamaian dunia.”

            Oleh sebab itu Komite ini  menghimbau Pemerintah Pakistan untuk membatalkan Undang-Undang Nonor Duapuluh dan mengembalikan hak-hak azasi manusia  serta kebebasan-kebebasan dasar semua orang dalam peradilannya”.

            Organisasi –Organisasi Internasional lainnya seperti Amnesti International dan  Komisi Hakim Internasional menyatakan “keprihatinan yang dalam”  atas ketidak adilan Undang-Undang itu  yang melanggar Hak-hak kebebasan dasar  hati nurani dan beragama. Mereka menghimbau pembatalan langsung  Undang-Undang tersebut.

            Orang-orang Ahmadi dipenjarakan karena memberi salam Islam “Damai besertamu” Assalamualaikum . Lainnya dipenjarakan karena mengenakan lencana-lencana  bertuliskan Kalimat Syahadat tanda menganut Agama Islam (Hanya Satu Tuhan Yang Esa dan Muhammad adalah RasulNYA), sementara anak-anak sekolah berumur 12 tahun ditarik ke pengadilan karena menulis formulir pendaftaran yang menyatakan mereka orang Islam.

            Di ketentaraan, angkatan udara, dan pelayanan-pelayanan umun diadakan diskriminasi besar-besaran. Hanya sedikit orang Ahmadiyah yang diterima bekerja. Mereka yang sudah menjadi pegawai hanya dapat mengharapkan kenaikan pangkat yang paling kecil.

            Contoh yang paling nyata adalah Dr.Abdus Salam yang menerima hadiah Nobel Fisika tahun 1979. Putra Kepala Administrasi Departemen Pindidikan ini sudah terlihat kecerdasannya yang luar biasa  sejak awal masuk sekolah. Bantuan Keuangan dari Jemaat telah membantunya untuk sekolah lanjutan dan kemudian ke Universitas. Pada perguruan Tinggi Pemerintah di Lahore ia memperoleh nilai-nilai tertinggi yang pernah diterima seorang mahasiswa. Ia meneruskan ke Universitas Cambridge  di Inggris atas  suatu beasiswa Yayasan.

            Disertasinya dalam fisika sangat menonjol sehingga para Profesornya memutuskan bahwa satu-satunya yang dapat menilainya dengan benar hanyalah  Profesor Albert Einstein, penemu teori relativitas, yang bekerja di Amerika Serikat. Einstein merekomendasi agar Abdus Salam diberi dua Penghargaan Kelas Satu dalam Matematika dan Fisika  serta hadiah khusus Universitas atas sumbangannya yang luar biasa untuk Fisika. Einstein juga meminta agar Abdus Slam bekerja setahun bersamanya dalam penelitian di Amerika Serikat.

            Abdus Salam diberi gelar Doktor dalam fisika teoritis atas karyanya di Laboratorium Conendish pada Universitas Cambridge. Tahun 1951 ia pulang ke Pakistan  dimana ia dijadikan dosen di Perguruan Tinggi Pemerintah Lahore.

            Tugasnya adalah mengajar para lulusan SMA. Salah satu tanggung jawabnya adalah mengawasi olahraga !

            Ia menetap disana tiga tahun dan kemudian pindah untuk menjadi dosen di Universitas Cambridge. Tak lama kemudian ia diangkat menjadi Profesor Fisika Teoritis  di Universitas London. Disinilah ia membuat penelitian yang membuatnya memenangkan hadiah Nobel untuk Fisika. Pujian mengalir untuknya dari seluruh dunia.

            Tak satupun pujian tersebut atas jasanya  dalam bidang olahraga!

            Ketika ia kembali ke Pakistan dalam kunjungan-kunjungan pribadi  Dr. Abdus Salam disambut Jendral Zia  sebagai warga Negara terkemuka  yang telah mengangkat kehormatan Pakistan diseluruh dunia. Zia menawarkan Dr.Abdus Salam untuk menggunakan limosine resmi serta pengawalan polisi untuk melindunginya  dari serangan kelompok ekstrim Muslim. Ia juga ditawari Pasport yang didalamnya disebutkan bahwa ia seorang Muslim sehingga bertentangan dengan peraturan passport yang telah dikeluarkan Zia sendiri.

            Dr.Abdus Salam menerima passport itu tetapi  menolak tawaran limosine serta kawalan polisi. Ia tidak dalam bahaya apapun, katanya.    

            Pasport pada kebanyakan Negara tidak memuat keterangan tentang agama si pemegang passport, tetapi Zia memperkenalkan peraturan-peraturan baru  untuk menekan Jemaat Ahmadiyah lebih lanjut sehingga memperlemah mereka yang tak tahan dianiaya. Peraturan ini juga memberi kesempatan untuk membuat daftar yang tepat para Ahmadi terkemuka.

            Peraturan-peraturan baru tersebut mencakup  suatu pernyataan tambahan  yang harus diisi oleh setiap orang yang mendaftar untuk pembuatan passport  serta mengaku beragama Islam.

            Bunyinya:

            “Saya………..bin………….umur… tahun, seorang

            Muslim dewasa, penduduk……….dengan ini   menegaskan bahwa:

1.      Saya seorang Islam dan beriman pada kemutlakan serta keakhiran yang tiada tara dari      Kenabian Muhammad saw. Sebagai Nabi         Terakhir.

2.      Saya tidak mengenal siapapun yang mengaku sebagai Nabi dalam arti kata apapun atau penjelasan apapun setelah Muhammad SAW. Atau saya tidak mengakui seorang pendakwa nabi atau pembaharu Agama yang demikian sebagai seorang Islam.

3.      Saya menganggap Mirza Ghulam Ahmad Qadiani sebagai nabi palsu dan juga menganggap pengikutnya baik yang termasuk kelompok Lahori atau Qadiani  sebagai bukan Islam.

Tanggal……..Tanda tangan atau cap jari……”

Ini berarti setiap orang Ahmadi yang ingin bepergian keluar negeri  harus mengingkari keimannya  atau membatalkan pendaftaran passportnya.  

 

  

            Penganiayaan selalu ada . Penggunaan pengeras suara dilarang di mesjid-mesjid Ahmadiyah sehingga para Imam harus menempatkan seorang pengeras suara pada jarak-jarak tertentu dalam deretan Jamaah  sehingga khutbah-khutbah dapat diteruskan kalimat demi kalimat kepada orang dibagian belakang mesjid.

            Bilamana ada kesempatan untuk berbuat jahat, Jendral Zia tidak melewatkannya. Ketika ada kerusuhan di Karachi ia menuduh tanpa bukti bahwa orang-orang Ahmadi bertanggung jawab dengan mengatakan Pemerintah “sedang menyelidiki seberapa jauh golongan Qadiani terlibat.”

            Orang awam biasanya mengikuti teladan Zia dan menganiaya tetangga-tetangga mereka orang Ahmadi – dibeberapa desa ternak mereka dilumpuhkan – namun Zia tidak pernah berhasil membangkitkan seluruh rakyat menentang Jemaat. Terdapat pemboikotan terhadap toko-toko Ahmadi, tetapi mereka biasanya gagal karena orang-orang Ahmadi terkenal jujur berdagang.

            Dalam bekerja orang lebih cenderung melihat kemampuan seseorang daripada kepercayaan-kepercayaan agamanya.

            Hal ini berlaku pada Jendral Zia. Ketika ia mengalami gangguan mata ia memaksa agar Dr. Nasim Ahmad, seorang Brigadier dalam Dinas Kesehatan Militer dan seorang Ahmadi terkemuka, harus merawatnya !

            Dan ketika ia membutuhkan operasi ia memaksa agar ahli bedahnya haruslah Jendral Mahmudul Hassan, juga seorang Ahmadi terkenal.

            “Anda satu-satunya ahli bedah yang saya percayai dalam situasi seperti ini,” ia dilaporkan berkata.

            Orang-orang Ahmadi yang lebih muda berkelakar bahwa seandainya pisau bedah Jendral Hassan meleset sedikit maka banyak permasalahan mereka akan terselesaikan.

            Namun didepan umum Zia terus menindas Jemaat Ahmadiyah.

            Kepada sebuah konferensi internasional di London ia mengirim pesan berikut. “Khususnya dalam beberapa tahun terakhir ini, Pemerintah Pakistan telah mengambil beberapa tindakan administratif serta tindakan-tindakan resmi untuk mencegah (orang-orang Ahmadi) berpura-pura sebagai Muslim dan menjalankan berbagai (ibadah Islam). Kami akan…tabah dalam usaha-usaha kami untuk memastikan bahwa penyakit kanker (Ahmadiyah) ini dilenyapkan.”

            Dalam segala jenis cara yang berbeda-beda Zia menyebarkan api permusuhan. Orang-orang Ahmadi pantang menyerah. Dilarang menggunakan kata`mesjid` mereka menggunakan kata `rumah`. Ketika mesjid-mesjid mereka dibakar mereka bertemu dirumah-rumah.

            Bersabarlah, dorong Khalifah. Zia sedang membangun api yang pada akhinya akan membakar dirinya sendiri, kata Khalifah kepada mereka.

            Pendapat dunia seluruhnya menentang Zia. Di Pakistan ia sudah lama kehilangan kepercayaan orang. Mereka ingin ia pergi, tetapi mereka tak tahu bagaimana harus menggesernya karena hubungan Amerika Serikat dan Rusia yang memburuk makin memperkuat Zia. Rusia telah menginvasi Afghanistan dan melalui Pakistan-lah bantuan pihak Barat untuk para gerilyawan mujahidin disalurkan.

            Maka penganiayaan terhadap golongan Ahmadi terus berlanjut dan rakyat Pakistan yang menderita dibawah rejim brutal dipaksa diam.

            Saya tahu bahwa saya harus memperingatkan Zia akan kutukan Tuhan yang akan datang jika ia terus menganiaya Jemaat kami. Saya berbicara menentang semua ketidak adilan yang ia paksakan atas orang-orang tak berdosa. Saya memberitahunya dalam khutbah-khutbah saya bahwa Tuhan penuh cinta dan pengampun dan jika ia menghentikan penganiayaan-penganiayaan ini maka meski apapun yang telah diperbuatnya, Tuhan akan mengampuninya.”

            Namun pengainayaan-penganiayaan oleh Zia terus berlanjut. Peringatan-peringatan Khalifah makin keras. Malam demi malam, bulan demi bulan, Khalifah berdoa kepada Tuhan memohon bantuan untuk kaum beliau yang terlindas. Hari demi hari beliau membaca Al Quran mencari bimbingan.

            Akhirnya diwahyukan kepada beliau apa yang harus dilakukan beliau. Orang banyak yang menanti beliau untuk keluar dari apartemen Imam diatas perkantoran dan aula Mesjid London dan mengambil 50 langkah ke pintu mesjid nampaknya seakan-akan tahu bahwa sesuatu yang bersejarah hampir terjadi.

            Hari itu hari Jumat, tanggal 3 Juni 1988.

            Mesjid London adalah Mesjid yang relatif kecil berukuran hanya 43 kali 26 kaki. Tempat ini dapat memuat 200 Jemaah. Letaknya disebidang tanah seluas satu hektar di Gressenhal Road dipinggiran Southfields. Wilayah ini tak bisa dimasukan kedalam kelompok miskin atau kaya, kelas menengah atau kelas pekerja. Semuanya ada.

            Diseberang jalan terdapat rumah-rumah dengan taman-taman yang terawat baik. Pada sisi yang sama dengan Mesjid terdapat blok-blok menara dewan. Beberapa jalan dari sana ada jalan-jalan raya besar Putney tiga jalur dengan rumah-rumah orang kaya. Tak jauh, dalam arah sebaliknya, ada rumah-rumah bersahaja.

            Ketika Mesjid ini didirikan tahun 1924 ada ruangan yang luas untuk sedikit orang Ahmadi yang masa itu hidup di London. Setelah perang tahun 1939-1945 kadang-kadang hanya ada lima sampai sepuluh orang yang bersembayang Jumat.

            Sekarang Mesjid itu penuh sesak. Mereka berhimpitan bahu ke bahu kecuali sedikit jalan yang dibatasi para pengawal keamanan Khalifah. Ruang akomodasi kantor sementara serta ruang rapat juga penuh. Orang berdesak-desak sampai ke halaman depan mesjid.

            Pukul 1.30 siang Khalifah yang mempunyai langkah-langkah panjang dan sigap berjalan cepat ke Mesjid. Beliau membacakan Surah Fatihah, bab pembukaan Al Quran. Kemudian beliau mengutip ayat 62 dari bab ketiga Al Quran. Bunyinya : “Sekarang siapa yang bertengkar dengan engkau mengenai Dia, setelah datang pengetahuan kepadamu, katakan padanya, `Marilah, kita panggil anak-anak kami dan anak-anakmu, dan kaum perempuan kami dan kaum perempuanmu, dan golongan kami serta golonganmu ; kemudian kita berdoa sungguh-sungguh dan memohon laknat Allah atas siapa yang berdusta.”

            Beliau menjelaskan latar belakang ayat tersebut. Muhammad, Rasullullah, bertemu dengan suatu delegasi Kristen  dari Najran, yang sekarang menjadi Niger di Afrika Tengah, dan kemudian terjadi debat tentang ketuhanan Kristus dan Tuhan. Diskusi itu berlanjut terus menerus dan delegasi Kristen tersebut mengulangi argument mereka terus menerus.

            Akhirnya Muhammad bangkit menyatakan bahwa dalil-dalil akal telah gagal sehingga tak ada gunanya meneruskan debat. Tuhan akan menunjukan lewat mubahalah  siapa yang berdusta. Hukuman yang diberikan Tuhan dapat berupa kematian.

            Beliau menekankan bahwa mubahalah, tantangan doa atau lomba doa, bukanlah untuk mereka yang menganut kepercayaan-kepercayaan berbeda atau salah. Hak-hak orang Kristen dihormati sebagaimana hak-hak orang Yahudi dan para pengikut agama lain. Mubahalah adalah untuk mereka yang tahu bahwa mereka berkata dusta tapi terus mempertahankannya.

            Suatu mubahalah selalu terdiri atas dua fihak, satu yang mengaku berasal dari Tuhan dan pihak lain yang menolak pendakwaanya. Setiap pihak harus siap mengorbankan segalanya.

            Khalifah menerangkan bahwa Zia telah terus menerus menyerang kenabian Masih Mau’ud dan menganiaya pengikutnya.

            Saya telah mencoba memperingatkan para penganiaya kami tentang kekeliruan cara-cara mereka, lanjut Khalifah. Beliau telah mengingatkan mereka akan ayat tentang Nabi Musa dalam Al Qur’an yang mengatakan Tuhan akan menghukum seorang pendusta.

            Namun jika ia bukan seorang pendusta melainkan seorang yang benar dan anda dengan sadar telah menganiayanya maka Tuhan akan menghukum anda.

            Jendral Zia bertanggung jawab atas penganiayaan  yang dilakukan dengan suka hati  yang berlangsung di Pakistan. Ada gambar-gambar kartun yang busuk di surat-surat kabar tentang Masih Mau’ud serta dusta-dusta mengerikan tentang Jemaat.

            Beliau menyebutkan beberapa tuduhan – bahwa orang-orang Ahmadi ikut berperang  dalam tentara Israel, bahwa orang-orang Ahmadi merencanakan kejatuhan Pakistan, bahwa mereka adalah mata-mata untuk India, bahwa Jemaat Ahmadiyah telah didirikan Inggris untuk memecah belah Islam dan sekarang didanai oleh organisasi –organisasi Kristen Internasional, bahwa Masih Mau’ud adalah seorang pencuri dan pecandu narkotik, bahwa Masih Mau’ud telah mendakwakan sebagai anak Tuhan dan Tuhan sendiri serta bahwa Kristus adalah seorang yang sangat pemabuk. Daftar dusta tersebut sangat panjang.

            Jawaban beliau untuk semua tuduhan ini, kata Khalifah,adalah, ‘Laknat Allah atas siapa yang berdusta’.       

            “Jika anda mempunyai keberanian untuk menerima tantangan ini maka hati-hatilah terhadap langkah yang akan diputuskan Tuhan atas nasibmu.”

            Beliau meneruskan, “Tetapi saya ingin orang-orang ini yang melakukan hal-hal ini agar memperbaiki cara-cara mereka dan jangan menerima tantangan ini. Namun kami sudah mengeluarkan tantangan ini dan mengumumkannya ke seluruh dunia. Saya menasehati mereka agar bertaqwa kepada Allah dan tidak menerima tantangan ini. Bersikaplah bijaksana seperti orang-orang Kristen dari Najran yang tidak menerima tantangan Rsullullah. Tetapi jika mereka menerima tantangan maka janganlah mereka ragu –kehendak Allah akan terwujud.”

            Meskipun beliau mengatakan akan langsung mengeluarkan mubahalah, beliau kemudian memutuskan untuk mengundurkannya seminggu lagi.

            Jum’at berikutnya, tanggal 10 Juni, orang banyak di mesjid bertambah ramai,. Penganiayaan-penganiayaan belum berhenti , kata beliau. Setiap hari datang berita tentang kekejaman dan serangan lebih lanjut. Dalam penderitaan mereka orang-orang Ahmadiyah telah merunut kepada kata-kata Masih Mau’ud ketika beliau pun dianiaya dan berseru, “Semua cara sudah habis; satu-satunya jalan adalah Tuhan Yang Maha Kuasa.”

            Beliau mendaftarkan lebih banyak dusta-dusta tentang orang-orang Ahmadi yang disebarkan oleh Zia dan para pendukungnya – bahwa mereka telah mencuri rahasia Nuklir Pakistan  dan menjualnya ke Israel, bahwa agen-agen Rusia sedang melatih orang-orang  Ahmadi sebagai ahli-ahli sabotase di Rabwah dan bahwa 70 kopor senjata api kecil disimpan disana, bahwa mereka merencanakan untuk membunuh 500 pemimpin agama dan bahwa mereka bertanggung jawab  atas meledaknya gudang militer di Rawalpindi.

            Akhirnya beliau berkata, “kita tidak diberi pilihan  kecuali mengundang mereka bermubahalah dan membawa perselisihan ini ke Pengadilan Allah  Yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui , dan Maha Perkasa, sesuai dengan ajaran-ajaran Al Qur’an.”

            Kemudian beliau mengulangi ayat 62 bab ketiga.

            “Marilah, kita panggil anak-anak kami dan anak-anakmu, dan kaum perempuan kami, dan kaum perempuanmu, dan golongan kami serta golonganmu; kemudian kita berdua sungguh-sungguh dan memohon laknat Allah  atas siapa yang berdusta.” (Al-Imran :62)

            Khalifah kemudian mengulangi doa mubahalah memohon agar Tuhan melimpahkan banyak berkat dan kedamaian serta ketenteraman hati bagi mereka yang benar agar dunia tidak ragu mengenai siapa yang benar.

            Doa itu berlanjut, “Siapa diantara kami yang dalam pandangan Engkau adalah pendusta  dan mengada-ada, turunkanlah kutukanMU atasnya dalam waktu satu tahun. Berikanlah kehinaan, derita dan hukuman atas mereka agar semua orang dapat menyaksikan kejatuhan dan kehancuran total mereka.

            “Biarkanlah laknatMU turun atas mereka dalam berbagai cara dan biarkanlah orang-orang jahat dihukum dan dipertontonkan dalam cara yang memberi teladan  agar seluruh dunia menjadi saksi akan kenyataan bahwa mereka adalah para penerima laknatMU.

            “Ya Tuhan Yang  Maha Kuasa, lakukanlah ini agar BENAR dapat dibedakan dari SALAH dan perbedaan antara Kebenaran dan Kepalsuan menjadi Nyata.”

            Mubahalah sudah dikeluarkan.

 

-Bab Duapuluh Satu-

Tindakan Tuhan

            Khutbah Khalifah direkam dengan kaset  dan dalam 24 jam berikutnya rekamannya sudah dikirimkan kesetiap kelompok Ahmadiyah di dunia. Khutbah ini diterjemahkan kedalam bahasa local kemudian direkam dan disebarkan lagi. Terjemahan-terjemahan dan salinan-salinanya kembali disebar-luaskan.

            Bahkan setelah mubahalah dikeluarkan Khalifah kembali menghimbau Zia untuk bertobat dan menghentikan penganiayaannya terhadap Jemaat Ahmadiyah.

            “Jika anda takut pada Tuhan,  tetapi mereka tak dapat mengakui kesalahan-kesalahan anda karena kedudukan anda didunia, maka cukuplah anda menarik tangan anda dari tirani dan penindasan atas orang-orang Ahmadi lalu berdiam diri, kami akan menganggap anda tidak menerima tantangan mubahalah dan kami akan berdoa kepada Tuhan untuk  menyelamatkan anda dari laknatNYA.”

            Namun penganiayaan berlanjut. Kembali Khalifah minta waktu lebih lama. ‘Saya tidak ingin Kepala Negara dimana kami mempunyai hubungan menjadi sasaran  terwujudnya kemurkaan Tuhan. Jika hal itu terjadi, maka akan terjadi perwujudan-perwujutan laknat Tuhan berikutnya.”

            Dikatakan mubahalah tidak dapat terjadi karena Zia tidak menerima tantangan tersebut didepan umum dan mubahalah tidak dapat dilaksanakan dengan cara-cara modern seperti lewat kaset dan buku cetakan, namun Khalifah  mengesampingkan ide-ide tersebut.

            “Tidak perlu untuk orang yang demikian menerima tantangan didepan umum. Sikapnya yang bertahan dalam tirani dan penindasan sudah cukup untuk menunjukkan bahwa ia telah menerima tantangan. Jadi hanya waktu yang akan memperlihatkan betapa angkuhnya ia dalam tantangan kepada Tuhan.”

            Tuhan mengetahui apa arti diamnya suatu pihak, kata beliau.

            Mubahalah tidak hanya terhadap Zia tetapi juga terhadap mereka yang secara aktip  membantu Zia dalam menganiaya Jemaat. Ketika selebaran-selebaran berisi mubahalah disebarkan dikota kecil Syahkote pada Distrik Syeukupura di Pakistan seorang pandai Emas bernama Asyid Hussein,  yang telah selalu mengatur massa untuk melempari  orang-orang Ahmadi dengan batu, menyelenggarakan suatu demonstrasi raksasa.

            Kali ini tidak hanya batu ,katanya, tapi suatu keputusan mubahalah bagi para Ahmadi. Dengan hancur dan terbakarnya toko-toko milik para Ahmadi, matinya ternak-ternak mereka, dan setiap orang dari orang Ahmadi dalam Distrik itu tewas atau melarikan diri, maka akan mudah dilihat pada sisi siapa Tuhan berdiri.

            Setelah mengatur massa Asyid Hussein si pandai emas masuk ke tokonya untuk mengambil beberapa pisau. Ia menghidupkan kipas listrik yang biasa ia gunakan setiap hari—dan ia jatuh tewas.

            Ia telah kena strum listrik.

            Itulah akhir dari rencana huru-hara besar. Orang banyak yang telah dibentuk untuk menganiaya orang-orang Ahmadi berubah menjadi iring-iringan jenazah bagi pemimpin penganiayaan.

            Di Inggris Raya seorang penentang terkenal Jemaat Ahmadiyah menyambut tantangan. Ia tewas dalam suatu kecelakaan mobil  tak lama setelah itu. Ketika para pelayat berkumpul di rumahnya, lantai ambruk kegudang bawah tanah. Banyak dari pelayat itu terluka.

            Seorang ulama Muslim mengatakan ia akan menerima tantangan mubahalah namun  selama pidatonya yang panjang tak sekalipun  ia menyebut kata mubahalah. Sebaliknya ia menyebut kata munazarah yang berarti debat, bukan tantangan dan permohonan kepada Tuhan untuk mengutuk orang yang berdusta.

            Ulama-ulama Muslim lainnya mengusulkan kontes-kontes aneh seperti melompat ke sungai. Ke api,  atau dari bangunan yang tinggi. Semua mereka menuntut Khalifah Keempat harus hadir secara pribadi pada waktu yang telah mereka tetapkan atau mereka akan mengumumkan menang. Lainnya mengeluarkan tantangan tetapi tidak mengirimkannya ke Jemaat Ahmadiyah, sementara yang lain lagi mengeluarkan tantangan tetapi tidak meminta Tuhan untuk menghukum barang siapa yang berdusta melainkan hanya untuk menghukum orang-orang Ahmadi.

            Tetapi Zia tetap diam.

            Dalam khutbah Jum’at tanggal 12 Agustus Khalifah menyatakan bahwa Zia belum menunjukkan tanda –tanda bertobat dengan kata-kata maupun perbuatan. Beliau memperingatkan bahwa sekarang Tuhan akan bertindak.

            “Anda tidak akan dapat lepas dari hukumanNYA,” beliau menyatakan.

            Sekarang tak ada jalan balik.

            Lima hari kemudian, pada pagi hari tanggal 17 Agustus, Tuan B.A.Rafiq bekas Imam Mesjid London , meninggalkan pesan untuk Khalifah. Didalamnya ia menceritakan mimpi yang dilihatnya malam sebelumnya. Dalam mimpi itu ia bertemu dengan Jendral Zia dan memberitahunya bahwa Khalifah tidak menginginkan  kesusahan bagi Zia. Zia mengulurkan tangan dan memegang dagu Tuan Rafiq,  kemudian mendorong wajahnya dengan kasar.

            Ia mengangkat satu jari pada tuan Rafiq lalu marah. Jarinya bergetar.”Saya akan memberinya pelajaran,” kata Zia.

            Khalifah membalas surat Rafiq, itu artinya Zia tidak mau memperbaiki tindak-tanduknya. Kebencianya akan bertambah.

            “Semoga Tuhan menggagalkan  rencana-rencana musuh Ahmadiyah,” beliau menambahkan.

            Beberapa jam kemudian pesawat penumpang C-130 Hercules yang membawa Jendral Zia –ul- Haq, dictator Pakistan dan penganiaya Jemaat Ahmadiyah, meledak di udara.

            Pukul 3.46 sore pesawat Presiden meninggalkan lapangan terbang militer diluar Bahawalpur di tenggara Pakistan. Pesawat itu telah terbang kesana diam-diam pagi harinya atas permintaan Mayor Jendral Mahmud Durani, bekas Sekretaris Militernya yang sekarang menjadi Komandan Pasukaan Bersenjata. Hampir seluruh Komandan Militer akan berada disana pada  percobaan sebuah tank baru Amerika Serikat, kata Durani,  dan jika Zia tak datang maka  dapat dianggap tak pantas.

            Percobaan itu gagal karena tank tersebut tak mengenai sasaran, namun Zia masih dalam suasana hati gembira ketika dia makan siang di mess para petugas. Setelah makan siang ia berjalan menuju landasan  dimana pesawat Presiden,Pak One,  dikawal ketat. Zia berlutut kearah Mekah dan memeluk para Jendral yang tinggal dibelakang lalu memanjat naik ke pesawat.

            Suatu “kapsul” penumpang ber AC khusus telah dimasukkan kedalam tubuh C-130 dan didepan bagian VIP Zia duduk  bersama Jendral Akhatar Abdul Rahman, pemimpin Kepala Gabungan Staf dan orang paling berkuasa kedua di Pakistan. Disebelah mereka duduk duta Besar Amerika Arnold L.Raphael, serta kepala misi Militer Amerika Serikat untuk Pakistan Jendral Herbert M.Wassom. Di belakang mereka duduk delapan orang Jendral Pakistan lainnya.

            Sebuah pesawat keamanan Cessna  selesai memeriksa daerah – tindakan berjaga-jaga yang biasa karena ada usaha untuk menembak jatuh  pesawatnya dengan peluru kendali bersensor panas  sekitar enam tahun sebelumnya – dan menara pengawas memberi izin ‘Pak One’ untuk tinggal landas.

            Setelah pesawat mengudara menara pengawas  bertanya pada pilot  dimana posisinya, dan pilot menjawab melalui radio “Pak One, siap”.

            Tetapi tidak ada kontak lebih lanjut dari pesawat presiden. Hanya beberapa menit setelah tinggal landas pesawat itu hilang.

            Sekitar enam mil jauhnya para penduduk desa yang bekerja di ladang-ladang mereka dekat sungai melihat sebuah pesawat membalik-balik dilangit seakan-akan sejenis ‘roller-coaster’ yang tak terlihat. Setelah putaran ketiga pesawat itu menghunjam tegak lurus,  mengubur dirinya sendiri di tanah berpasir. Pesawat itu meledak menjadi api. Keseluruhan 31 orang didalamnya tewas—seketika atau sebulumnya.

            Saat itu pukul 3.51. Hanya lima menit sejak tinggal landas.

            Tuhan telah memberikan keputusanNYA, kata Khalifah dalam Khutbah Jum’at keesokan harinya.

            Beliau telah memperingatkan Zia akan kemurkaan Tuhan, tetapi ia tidak memperdulikan. Jadi Tuhan memusnahkannya sama sekali. Tuhan juga sudah memusnahkan para Jendral  yang telah membantunya dala kecongkakan kekuasaannya.

            Tidak benar untuk bergembira atas kematian musuh seseorang, lanjut Khalifah. Oleh sebab itu ia mengirimkan pesan belasungkawa kepada keluarga Zia.

            Beliau meneruskan “Kami tak dapat mengingkari bahwa orang-orang Ahmadi diseluruh dunia bergembira  dan ceria.  Tetapi ini bukan karena seseorang mati. Mereka bergembira karena telah menyaksikan kemenangan Tuhan.

            “Hal itu merupakan tanda langit yang besar yang disampaikan Tuhan kepada kita. Dimasa depan generasi-generasi mendatang  akan ingat dengan bangga bagaimana Tuhan telah datang membantu nenek moyang mereka.”

            Banyak orang yang bukan Ahmadi setuju  dengan pendapat Khalifah. Salah satunya adalah Benasir Bhutto, Putri Zulfikar Ali Bhutto perdana Mentri yang telah digulingkan  dan digantung Zia.

            “Kematian Zia pastilah tindakan Tuhan, “ kata Benasir Bhutto.

            Wartawan Christian Lamb yang meliput penguburan Zia untu Financial Times, London, menulis, “Orang banyak yang memenuhi Islamabad di sore hari dengan mudah dapat disalah-kira sebagai orang-orang yang merayakan suatu hari besar… sementara orang-orang yang nampak menikmati bertamasya sehari dinegeri yang kurang hiburan…  ketika peti jenazah yang hanya berisi giginya (tak ada bagian yang lain dapat ditemukan) diturunkan kedalam kuburan, terdengar penghormatan 21 dentuman meriam.”

            Giginya yang pernah mentertawakan mubahalah sekarang terkubur sedalam enam kaki, kata seorang Ahmadi.

            Team peneliti kecelakaan dengan analisa teknis menghapus satu persatu berbagai alasan  yang mungkin untuk kecelakaan itu.

            Tidak ada bom di pesawat karena runtuhan pesawat tidak bertebaran diwilayah yang luas.

            Pesawat itu tidak dikenai peluru kendali bersensor panas  karena panas tentunya akan berbekas pada panel-panel alumunium badan pesawat.    

              Tidak ada api dalam pesawat karena otopsi atas Jendral Massom,Kepala Missi Militer Amerika Serikat, memperlihatkan bahwa ia tewas sebelum , bukan sesudah, timbulnya api akibat hempasan.

            Tidak ada kegagalan mesin karena penyelidikan menunjukkan  mesin-mesin masih bekerja  dengan kecepatan penuh ketika pesawat menghantam tanah.

            Bahan bakar pun tak tercampur zat asing sama sekali.

            Juga control-kontrol pengendali tidak disabotase. Hercules ‘Pak One’ mempunyai tiga set control dan para peneliti membuktikan bahwa semuanya bekerja baik.

            Satu satunya kemungkinan yang tinggal adalah bahwa para pilot, dan barangkali semua penumpang, tiba-tiba kehilangan kesadaran.

            Bagaimana ini terjadi tak dapat dikatakan para penyelidik.

            Mengapa ini terjadi seluruh dunia tahu.

 

-Bab Duapuluh dua-

Homoeopati

            Dalam ruangan dibelakang kantor Sekretaris Khalifah di Mesjid London terdapat lemari panjang berukuran dua kaki  kedalam dan tingginya delapan kaki. Lemari ini dulunya berisi alat-alat tulis dan perlengkapan kantor lainnya. Sekarang isinya ratusan botol  kecil berisi cairan aneka warna. Dari sinilah obat-obat  homoeopati yang dituliskan resep-resepnya oleh Khalifah diramu untuk orang-orang diseluruh dunia.

            Khalifah menerima seratus surat atau lebih setiap harinya dari orang-orang yang menguraikan penyakit mereka dan meminta beliau memberi mereka  resep obat  homoeopati. Kebanyakan permintaan biasanya dari orang-orang  Ahmadiyah, tetapi banyak juga dari orang-orang lain yang telah mendengar keberhasilan pengobatan  beliau dan memohon resep beliau untuk mereka.

            Beliau memberikannya tanpa bayaran dan beliau yakin akan kemanjuran homoeopati  serta suka menarik perhatian orang sebanyak mungkin akan hal ini. Dokumen-dokumen kantor  penuh dengan surat orang-orang yang mengatakan telah sembuh atau terlepas dari sakit mereka.

            Dahulu beliau tidak selalu percaya pada keampuhan homoeopati meskipun selama banyak generasi keluarga Mirza telah berhubungan dengan pengobatan. Kakek buyut Khalifah, Mirza Ghulam Murtaza, biasa mengobati penduduk desa Qadian  jika mereka sakit. Tidak ada dokter dalam jarak dekat  dan sebagai kepala desa beliau dimintai pertolongan dalam krisis apapun.

            Beliau menurunkan pengetahuannya tentang obat-obatan kepada putra beliau Ahmad yang kemudian sebagai Masih Mau’ud dan terkenal atas keberhasilannya dalam pengobatan. Putra beliau, Khalifah kedua, menjadi sangat tertarik pada obat-obatan  dan mempelajari pengobatan-pengobatan  allopati, obat-obatan local dan dari tumbuhan, serta ketika homoeopati masuk ke India beliau menjadi salah seorang yang pertama mempraktikannya.

            Tetapi sampai beliau berusia empat  belas tahun Khalifah Keempat menganggap homoeopati “hanya suatu yang tak berarti.”

            “Saya tahu dari pelajaran sains di sekolah  dilusi cairan dalam resep obat homoeopati adalah menit. Bagi saya nampaknya mustahil obat-obat itu ada efeknya. Misalnya, potensi 30 berarti satu dilusi satu dengan  60 nol  di belakangnya.

            “Dilusi yang demikian bersifat astronomis. Bagi saya mustahil obat berdilusi sampai sedemikian tinggi dan ada nilainya. Jadi saya menyepelekan saja.

            “Ayah saya menuliskan baik resep allopati maupun homoeopati  jika kami sakit. Jadi ketika kami sembuh kami tak pernah tahu betul obat mana yang bekerja.

            Saya biasa menderita migraine yang berat. Sakit ini tak tersembuhkan oleh aspirin biasa. Saya kadang-kang minum lima sampai enam tablet aspirin tapi masih belum mempan. Satu-satunya yang menyembuhkan adalah sejenis obal analgesic khusus yang sangat ampuh. Ayah saya biasa memesannya dari Calcutta.

            “Sekali saya menderita migraine berat dan berbaring ditempat tidur serta merasa sangat sakit. Ibu saya bersama saya dan beliau  menjumpai seseorang agar menjumpai ayah saya untuk minta dua tablet analgesic tersebut. Mereka datang dan mengatakan tablet itu habis, tapi ayah saya memberinya bubuk homoeopati untuk saya. Saya kira itu tak ada gunanya, tapi saya merasa sangat sakit dan tidak protes. Ibu saya meletakannya di sendok dan saya menelannya.

            “Ibu saya tinggal disamping saya sebagaimana dilakukan para ibu  dan beliau menanyakan apa yang sedang saya rasakan ketika tiba-tiba saya menyadari saya tidak sakit kepala lagi. Tadinya saya sakit kepala namun saat itu tidak lagi.

            “Ketika saya sembuh saya mulai memikirkannya. Sekarang teori harus sesuai dengan pengamatan. Kita tidak bisa membelokkan pengamatan agar sesuai dengan teori. Teori saya mengatakan: Mustahil. Pengamatan saya mengatakan: Terbukti.

            “Jadi kita harus mengikuti fakta yang kita ketahui. Jangan belokkan fakta-fakta kita menurut teori. Inilah prinsip saya dan saya masih menganut prinsip ini. Jadi saya katakan: Tentunya ada sesuatu didalamnya.

            “Belakangan saya menderita pilek berat. Penyakit ini tak sembuh oleh pengobatan apapun. Jadi saya minta ayah saya untuk memberi saya obat pilek tersebut. Beliau menanyakan berbagai pertanyaan pada saya dan kemudian mengirimi saya berbagai bubuk. Saya sembuh dalam sehari.

            “Ayah saya sangat sakit pada saat itu dan beliau tidak dapat mengajari saya, tapi tentu saja sudah banyak percakapan pada masa sebelumnya. Saya mulai belajar. Saya masuk keperpustakaan beliau  dan saya mulai membaca semua buku yang dipunyai beliau tentang homoeopati. Saya kira saya mulai membuat perpustakaan saya atas biaya beliau. Saya tak pernah mengembalikan buku-buku  yang saya pinjam. Tak ada orang lain yang tertarik pada buku-buku ini.

            “Secara bertahap saya  membangun pengetahuan saya dan akhirnya memutuskan ; ‘Tidak lagi Allopati’. Pada saat itu saya juga sering terserang malaria. Ini sangat parah dan obat-obatan allopati yang biasa mengobatinya akan menimbulkan akibat sampingan yang sangat pedih bagi saya. Saya akan sangat menderita selama tiga atau empat hari – tangan-tangan saya bengkak dan saya merasa gatal. Ini membuat saya ingin merobek-robek diri sendiri. Saya tak tahu mana yang lebih buruk – menderita malaria atau efek sampingan obat-obat yang saya minum untuk melawannya.

            “Jadi saya putuskan untuk mencoba  obat-obatan homoeopati. Saya gagal berulang-ulang dan ketika saya merasa yakin apa yang saya lakukan sia-sia saya akan minum obat-obatan allopati meskipun ini sangat menakutkan. Hal ini berlanjut selama dua tahun sampai saya akhirnya mampu membuat untuk diri saya sendiri resep obat homoeopati yang mujarab. Sejak itu, bilamana saya terserang malaria, saya membuat obat ini untuk diri sendiri. Obat ini selalu menyembuhkan saya.

            “Setelah itu saya mulai mengobati anak-anak saya dan orang lain. Ini tanggung jawab yang besar. Saya belajar dengan sangat sungguh-sungguh. Kadang-kadang saya akan duduk sepanjang malam mengerjakan apa yang harus saya berikan  kepada seorang pasien yang telah saya lihat  dan akan kembali keesokan harinya.

            “Belajar dan praktek yang terus-menerus ini akhirnya memberi saya pengetahuan  yang saya butuhkan. Sebagai hasilnya sekarang saya dapat dengan cepat memutuskan obat mana yang diperlukan setiap pasien.  Kadang-kadang saya dapat melihat seorang pasien  dan ketika mengamati wajahnya   saya langsung tahu obat apa yang harus saya berikan.

            “Tetapi ini adalah hasil bekerja dan belajar selama lebih dari 40 tahun. Saya sudah mempunyai pengalaman yang benar-benar banyak.

            “Tentunya halnya tak sama jika seorang pasien menulis kepada saya dan menguraikan penyakit mereka  -- dan saya menerima surat dari seluruh dunia  -- namun banyak dokter sudah menulis kepada saya secara pribadi tentang pasien-pasien yang mereka sudah kehilangan harapan. Mereka datang kepada saya karena mereka dengar saya dahulu berhasil.

            “Inilah kasus-kasus yang dianggap sudah berakhir tetapi mereka masih hidup sampai sekarang. Saya kira orang harus mengesampingkan prasangka  dan melihat fakta-fakta. Dan ada sangat banyak fakta tentang homoeopati. Kami menyimpan semua catatan tentang resep apa yang telah diberika. Kami juga menyimpan  catatan-catatan apa yang dikatakan dokter–dokter  mereka dan apa yang dikatakan para pasien.”

            Salah seorang yang ragu tentang keampuhan homoeopati dahulu adalah Tuan B.A.Rafiq. Ia menderita diabetes dan akibatnya selalu membawa persediaan insulin bersamanya. Insulin ini tak selalu mudah diperoleh  di Pakistan dan ketika ia berada di tempat yang terkurung dimana aliran listrik sulit  -- atau kadang-kadang tidak ada – ia menyadari sukarnya menyimpan insulin  dalam kondisi baik. Oleh sebab itu suatu kali sebelum ia meninggalkan Pakistan ia mendapat sebuah resep dari Khalifah.

            “Cobalah”, kata Khalifah. “Jika tidak ampuh maka jangan gunakan lagi.”

            Menantu Tuan Rafiq, seorang Dokter di Amerika Serikat, sepenuhnya skeptis terhadap homoeopati. “Mustahil ada manfaatnya”, katanya.

            Tetapi dalam kunjungan Khusus ke Pakistan itu sangat sukar memperoleh insulin dan Tuan Rafiq memutuskan untuk mencoba resep Khalifah.

            Obat itu bekerja !

            “Saya tidak tahu apa-apa tentang obat”, kata Tuan Rafiq. “Menantu saya masih tetap skeptis,. Saya hanya dapat berkata obat itu ampuh untuk saya.”

            Sebagai hasilnya ia menyebutkanya kepada Zafrullah Khan yang juga penmderita diabetes. Beliau bahkan lebih skeptis . Saya sudah menderita diabetes selama empatpuluh tahun jadi saya kira tak ada obat homoeopati yang dapat membantu saya.”

            Tetapi dua bulan kemudian beliau menulis kepada Tuan Rafiq. Obat itu berhasil,katanya. Zafrullah Khan menggunakannya selama sepuluh tahun terakhir hidupnya sampai beliau wafat  dalam usia 93 tahun.

            Khalifah tidak memaksakan keyakinan beliau tentang homoeopati. Terserah kepada setiap orang Ahmadi untuk percaya atau tidak.

 

 

 

-Bab Duapuluh tiga-

Masalah-Masalah bagi Khalifah

            Pengasingan Khalifah di London mengintensifkan perjalanan-perjalanan misi  keseluruh dunia. Sejak saat itu beliau mengadakan perjalanan tiga bulan setiap tahun. Dalam enam tahun usaha misi pribadi beliau  membawa tiga ratus ribu orang masuk Jemaat Ahmadiyah. Banyak pengikut beliau mengatakan bahwa adalah kehendak Allah beliau ditempatkan di London pada awal abad kedua Ahmadiyah.

            Khalifah sendiri mengomentari, “Saya tahu bahwa Masih Mau’ud telah menerima sebuah wahyu dari Tuhan. Tuhan memberi tahu beliau, ‘Saya akan sampaikan tabligh engkau kepelosok-pelosok dunia’.

            “Saya merasa Masih Mau’ud  dan saya tahu bahwa yang dijanjikan Tuhan selalu terlaksana.”

            Untuk abad kedua Ahmadiyah, Khalifah menghimbau orang-orang Ahmadi diseluruh dunia untuk meningkatkan tabligh mereka. Beliau katakan perlu memperbanyak segalanya – diperlukan lebih banyak misi dan misionaris , lebih banyak rumah sakit dan dokter, lebih banyak sekolah dan guru, lebih banyak ahli-ahli pertanian. Dan meskipun orang-orang Ahmadi dermawan pada masa lalu, masih  dibutuhkan lebih banyak uang.

            Jemaat menyambut. Orang-orang Ahmadi muda memohon agar dapat bekerja sebagai ahli di Negara-negara yang belum berkembang di Afrika dan Negara-Negara Timur. Pada beberapa Negara Afrika pendidikan dasar gratis , tetapi jumlah sekolah tidak cukup. Jadi Jemaat membangun sekolah-sekolah dan pemerintah menggaji guru-guru.

            Di Negara-negara lain Jemaat  membangun rumah sakit-rumah sakit, serta menyediakan peralatan-peralatan,  sedangkan pemerintah menggaji para dokter. Tenaga ahli dalam segala bidang disediakan pemerintah tanpa bayaran, ahli-ahli itu hanya menerima biaya hidup minimal dari Jemaat sementara mereka jauh dari pekerjaan mereka yang biasa.

            Untuk pemuda-pemuda yang berbakat Jemaat menyediakan beasiswa sehingga mereka dapat melanjutkan ke sekolah menengah atau bahkan sampai sekolah tinggi teknik maupun universitas.

            Khalifah mendorong setiap orang untuk berusaha lebih giat. Beliau diterima oleh kepala-kepala Negara,disambut dengan jamuan-jamuan resmi, dikalungi bunga dan dihadiahi jubah-jubah resmi. Beliau berpidato dalam pertemuan-pertemuan para professor,doktor , dan mahasiswa di Negeria,Ghana, Leberia, Sierra Leone dan Negara-Negara lain di Afrika barat. Beliau menjalani Afrika Timur.

            Beliau pergi ke Mauritius dan Fiji. Beliau berkunjung keJerman, Perancis,Italia dan Belanda, tur di Scandinavia. Beliau mendatangi Amerika Selatan. Beliau diwawancarai Radio , muncul diacara berita TV dan memberikan wawancara pers yang panjang. Beliau dapat diterima oleh siapa saja.

            Seorang Katholik, pastor dari Edmonton, Canada, menulis tentang pertemuannya dengan Khalifah, “sebagai seorang pengurus yang dipilih saya ditempatkan disebelah beliau  dan berkesempatan berbicara dengan beliau… Kita berhadapan dengan wajah yang benar-benar indah dan mata yang bersinar dengan cinta, kebijaksanaan ,pengertian dan kasih. Dengan segera kita merasakan kekuatan kehadiran beliau dan menyadari bahwa kita berada  didekat seorang suci. Kita merasa tertarik dengan kuat , dan yakin bahwa ini  benar-benar manusia dari Tuhan dan bahwa ia tidak akan melakukan apa-apa kecuali menambah kecintaan kita sendiri kepada Tuhan serta ilmu pengetahuan kita  mengenai agama tak peduli apapun agama kita pribadi.”

            Ia menambahkan, “Mengenal beliau berarti mencintai beliau dan timbul keinginan untuk mengenal beliau  lebih jauh lagi. Berbicara dengan beliau berarti mengetahui lebih banyak tentang hidup dan kehidupan. Saya belum pernah bertemu siapapun yang memberi pengaruh sebesar itu pada saya sebagai seorang manusia.”

            Tetapi beliau selalu pergi untuk menemui orang- orang –mereka yang bekerja dilapangan ,yang bekerja dijalan- jalan dan dipabrik-pabrik. Dan selalu ada lebih banyak orang Ahmadi ketika beliau pulang daripada ketika beliau berangkat.

            Ketika Zia masih hidup, kepada beberapa Negara Afrika barat datang tawaran uang dari Pakistan untuk membangun sekolah –sekolah dan rumah sakit-rumah sakit. Tetapi mereka datang seiring dengan permintaan-permintaan bahwa seluruh mubaligh Ahmadi harus dikeluarkan dari Negara-negara tersebut. Semua tawaran itu ditolak.

            Seorang kepala Negara memberitahu Khalifah, “Saya katakan kepada mereka bahwa saya akan senang menerima uang mereka, tetapi kami tidak akan mulai menganiaya orang-orang karena Agama mereka. Tanpa itupun kami sudah cukup masalah. Dan saya memberitahu mereka bahwa orang-orang Ahmadi tidak mengajukan syarat apapun ketika mereka datang—mereka hanya menawarkan untuk membangun sekolah-sekolah serta rumah sakit serta menyediakan guru guru serta Dokter.

            Di Nigeria Khalifah membahas masalah – masalah Negara itu secara mendalam. Ketika beliau pergi Presiden Nigeria memegang tangan seorang pengantar Beliau kelahiran Nigeria. Bagaimana Beliau mengetahuai masalah-masalah kita sedemikian banyak ? Tanyanya. Beliau baru berada disini selama lima hari.

            Orang Ahmadi Nigeria itu menjawab bahwa para mubaligh beliau selalu memberi beliau informasi tentang apa yang berlangsung dan beliau selalu memastikan bahwa beliau sudah diberi informasi penuh lama sebelum tur dimulai.

 

            Sangat sedikit kemewahan dalam tur- tur Khalifah – mulanya Beliau mengambil kelas ekonomi pada semua penerbangan.

            Pengurus- pengurus keuangan beliau mengusulkan agar beliau mengambil kelas satu. Hal itu tidak hanya sesuai dengan kedudukan beliau ,tetapi juga penting agar beliau mendapat istirahat cukup sebelum memulai tur.

            Khalifah menolak. Beliau bahkan menolak mengambil kelas dua. Uang yang digunakan untuk ongkos mereka adalah sumbangan dari orang- orang Ahmadi yang kebanyakan orang miskin. Jadi uang itu adalah amanat. Uang itu tidak boleh digunakan kalau tidak perlu.

            Tetepi setelah staf keuangan beliau gagal staf keamanan beliau berhasil. Mereka tidak dapat melindungi beliau dengan baik dikelas ekonomi yang penuh sesak dari suatu penerbangan.

            Beliau memberikan jawaban yang sama ketika diusulkan apartemen dimesjid London terlalu kecil untuk beliau dan keluarga beliau dan pengurus-pengurus Mesjid harus mencari tempat tinggal lain yang lebih besar.

            Kesenangan–kesenangan beliau tetap sederhana .Beliau mencoba memulai atau mengakiri seluruh perjalanan beliau dari negeri Belanda. Dari mesjid Nunspeet beliau beserta  kedua putri beliau  yang termuda dapat naik sepeda dengan damai di sepanjang jalan- jalan yang sepi. “Saya sangat menyukai daerah ini – tempat ini penuh bunga. Terdapat bunga dimana- mana. Dan semua rumah – rumah sangat indah. Tidak ada rumah yang jelek.”

            Tidak semua kesenangan beliau aman. Sekali ketika mereka merencanakan ke Inggris utara ,Mayor Mahmud Ahmad kepala keamanan beliau mengusulkan agar mereka  berhenti di danau Windermere dan pergi bersampan sekitar satu jam. Khalifah setuju dengan penuh antusias, sehingga Mayor Ahmad mengepak sampan–sampan yang dapat dikempeskan dibelakang mobil mereka.

            Hari ketika mereka sampai di Danau Windermere hujan turun seakan hujan hanya dapat turun di Inggris. Meskipun musim panas langit kelabu, hujan turun dan angin menderu kencang. Udara dingin dan menyedihkan dan bahkan orang-orang Inggris yang berlibur meninggalkan danau.

            Ketika sampan-sampan sudah ditiup Khalifah  meminta Mayor Ahmad kembali ke mobil dan memberitahu istri beliau bahwa sampan sudah siap, ia dapat datang sekarang. Mayor, dengan baju basah kuyup, menyampaikan pesan Khalifah kepada istri beliau.

            Istri beliau memandangnya dengan seram. “Apakah anda gila?”, katanya. Tak ada orang yang dapat keluar dalam cuaca begini.”

            Tetapi Khalifah dan Mayor Ahmad tetap pergi.

            Istri Khalifah sekarang tersenyum bila ia menceritakan ini.               

            Beliau terus bermain squash sampai beliau berumur 58 tahun. “Kemudian saya diperingatkan oleh beberapa anggota Jemaat. Mereka sangat khawatir akan bahaya yang saya hadapi – terpukul oleh raket lawan, atau kepala saya terbentur dinding. Sebagian juga khawatir akan jantung saya. Dokter spesialis yang saya hubungi menyatakan hal itu sepenuhnya oke tetapi saya harus berhenti ketika nafas saya habis. Saya harap saya belum berhenti untuk selamanya.”

            Beliau memutuskan untuk menjaga mata beliau dengan menembak merpati buatan dan latihan target dengan panahan.

            Khalifah ditanyai berbagai masalah tentang segala hal dalam perjalanan-perjalanan beliau. Beliau ditanya tentang moral, tentang keyakinan beliau pada homoeopati , tentang tersebarnya AIDS. Di Universitas Oxford beliau ditanya mahasiswa-mahasiswa tentang hal-hal berarti yang baik dalam Al Qur’an.

            Salah satu pertanyaan yang paling sering adalah pardah (kerudung) dan penggunaan cadar untuk menyembunyikan wajah wanita. Apakah beliau berharap wanita-wanita Eropa dan Afrika akan menutupi kepala dan wajah mereka dengan cara yang sama ?

            “Itu adalah hal yang kecil, prinsip fundamental yang disebutkan dalam Al Qur’an hanyalah agar wanita berpakaian karena takut akan Tuhan. Ini berarti wanita harus berpakaian sederhana –mereka tidak boleh berpakaian dalam cara yang menarik pikiran lelaki dan mengganggu mereka  dari pikiran baik ke pikiran buruk. Pakaian demikian bukanlah pakaian dengan rasa takut kepada Tuhan.

            “Apapun sifat atau bentuk pakaian  jika berada dalam batas rasa takut pada Allah maka pakaian itu baik. Selain itu bagaimana seorang wanita berpakaian tidak masalah.”

            Beliau juga ditanya mengapa tidak ada suatu penemuan tunggalpun dalam seratus tahun terakhir dibidang medis yang bermanfaat bagi umat manusia datang dari suatu Negara Muslim sementara dahulu Islam berada di garis depan pada penemuan-penemuan medis sementara Eropa berada dalam Abad Gelap.

            Sayang sekali hal itu memang benar, jawab beliau. Sarjana-sarjana telah berpaling dari arti sesungguhnya Al Qur’an dan suatu konsep yang terpecah telah lahir.

            Beliau menekankan bahwa Al Qur’an tidak pernah dapat menentang suatu ciptaan Tuhan. Tidak ada suatu pertentangan  apapun sama sekali antara kalam Tuhan dengan Karya Tuhan.                

            Apapun yang baik dapat diterima, kata Al Qur’an. Islam tidak bertentangan dengan sains meskipun pada masa lalu karena pendapat-pendapat yang berbeda, terlihat demikian.

            Karena bertambahnya militansi sebagian orang Muslim beliau menulis sebuah buku berjudul Murder in The Name of Allah (Penumpahan Darah Atas Nama Agama) yang sangat laris.

            Mengapa Jemaat Ahmadiyah tumbuh sangat cepat ?

            “Sejauh kaitanya dengan saya,” kata Khalifah “kami tidak pernah dapat tumbuh  cukup cepat. Saya selalu sadar bahwa kami  harus mengejar kehilangan beberapa tahun  dimasa lalu dimana,  dalam beberapa hal,  orang mulai menerima apa-apa dan tidak pernah  bangkit pada tanggung jawab mereka.

            “Kekhawatiran saya yang berhubungan dengan bergerak cepat adalah bahaya didalam karena tidak mampu mendidik orang-orang yang baru mengikuti kami  lebih dalam dan lebih terpadu. Jadi saya harus berpikir agar seimbang. Saya berdo’a kepada Tuhan: cepat, cepat, tapi tidak terlalu cepat. Jangan terlalu cepat sehingga kami gagal  dalam kewajiban kami mendidik orang-orang.”

            Mengenai kenyataan bahwa beliau sendiri sebagai Khalifah mempunyai kewajiban mengambil keputusan  yang berpengaruh atas jutaan orang, beliau mengomentari, “ Hal itu adalah tanggung jawab yang berat, tetapi kami mempunyai keuntungan dibandingkan dengan pemimpin-pemimpin yang lain didunia.  Kami selalu sadar bagaimana Tuhan ingin kami mengambil keputusan.    

            “Runutan kami tidak pernah kepada orang-orang disekitar ataupun Jemaat – melainkan kepada Tuhan. Jadi bahkan jika saya kira Jemaat tidak akan menyukai keputusan tersebut saya akan mengambil keputusan itu atas runutan kepada Tuhan.

            “Saya akan berusaha untuk menempatkan pikiran saya dalam pikiran Tuhan. Bagaimana DIA ingin saya mengambil keputusan ?

            “Dalam hal-hal dimana terdapat banyak kekosongan , dimana fakta-fakta terlalu sedikit  untuk membimbing saya dengan seksama, saya merasa sangat sulit. Saya harus berdo’a terus menerus sebelum mengambil keputusan. Saya berdo’a dan memohon petunjuk dari Tuhan. “Petunjuk itu kadang-kadang datang  dalam bentuk suatu mimpi – yang memberikan pesan  sangat jelas. Kadang-kadang saya menjadi lebih yakin  ketika sembahyang dan mulai melihat hal-hal yang lebih jelas dan kemudian saya tahu bahwa keputusan yang saya ambil adalah benar.

            “Makin penting keputusan yang akan saya ambil itu makin takut saya berbuat kesalahan. Dalam cara hidup yang biasa ini tidak terjadi karena keputusan-keputusan yang saya ambil didasarkan pada prinsip-prinsip yang baik serta pengalaman yang lama. Dalam keadaan itu saya mengambil keputusan sangat cepat  dan tanpa takut berbuat salah.

            “Tetapi jika saya menemukan bahwa saya telah melakukan kesalahan saya tidak pernah ragu untuk membetulkan keputusan dan mengubah proses. Namun saya kira hal itu jarang terjadi karena keputusan telah diambil dengan runutan kepada Tuhan.

            “Jika saya memang mengambil keputusan yang salah sebagai Khalifah pada akhirnya Tuhan akan membuatnya menjadi keputusan yang benar.”

 

-Bab Duapuluh empat-

Masa Depan Islam

            Pada pukul 8.34 malam hari Kamis tanggal 27 Maret 1989 diruang pesta sebuah Hotel Mewah di Park Lanne, London, Khalifah berdiri untuk menyampaikan pidato seabad beliau. Didepan beliau duduk banyak pria dan wanita dari seluruh dunia.

            Ada mentri-Mentri Pemerintahan dan anggota-anggota parlemen dari banyak Negara. Ada penulis-penulis dan professor-profesor, dokter-dokter dan ahli-ahli hukum , ahli-ahli theology serta orang-orang bisnis. Sebagaian memakai jas makan malam, sebagian jubah berbagai warna dari Negara-negara Afrika Timur dan Barat , dan orang Skot memakai Kilt.

            Pertemuan itu sangat penting.

            Seratus tahun sebelumnya , Ahmad, Masih Mau’ud, telah mengambil sumpah baiat pertama dari pengikut beliau dalam suatu ruangan yang digunakan untuk membakar roti disebuah rumah yang sangat sederhana di Ludhiana, India. Beliau telah menubuatkan masuknya dunia kedalam Islam dalam tiga abad berikutnya.

            Khalifah tidak menyebutkan angka-angka dalam pidato beliau tetapi hadiah-hadiah seabad yang dipamerkan memperlihatkan keberhasilan mereka. Sekarang terdapat lebih dari sepuluh juta orang Muslim Golongan Ahmadi. Sekitar lima juta berada di Pakistan, tapi sisanya dihampir setiap Negara di dunia, dari Kanada sampai Cina, dari Burundi sampai Birma, dari Rusia sampai Rwanda.

            Seluruhnya mereka tahu ada orang-orang Ahmadi di 120 Negara. Di kebanyakan Negara mereka telah membangun mesjid-mesjid atau misi. Di Negara-negara lain  karena dibatasi, mereka bertemu di rumah-rumah pribadi.

            Semua itu dicapai dengan pengorbanan-pengorbanan dan kerja keras. Hasil-hasil ini sangat mengagumkan ,  Namun kata Khalifah itu belum cukup  yang paling penting mulai sekarang semua Ahmadi harus menjadi Mubaligh secara pribadi.

            Standar minimum yang diharapkan yaitu setiap Ahmadi harus memasukan sedikitnya 2 orang kedalam Islam. Adalah tugas setiap Mubaligh untuk melatih dan mempersiapkan yang lain menjadi mubaligh.” Kata Khalifah.

            Sebagai hasilnya diselenggarakan konferensi untuk memutuskan cara terbaik dalam menyampaikan ajaran Islam kepada Dunia. Mubaligh-mubaligh yang sukses menceritakan bagaimana mereka berhasil dan orang-orang yang baru masuk bersedia menjelaskan mengapa mereka telah menjadi orang Ahmadi.

            Rencana tabligh dimulai dengan 5 orang di setiap kelompok agar mereka dapat memberi dukungan serta memberi usul kepada satu sama lain dalam kampanye untuk menarik anggota baru. Setiap kelompok diberi target jumlah anggota baru yang harus dicapai dalam enam bulan berikutnya.

            Khalifah menegaskan bahwa mula-mula  menangkanlah hati mereka dan kemudianm anda dapat memenangkan pikiran mereka.

            Di seluruh dunia orang-orang Ahmadi melaksanakan pikiran beliau. Di Afrika organisasi wanita membuat pakaian  dan tempat tidur bagi orang miskin. Mereka mengunjungi orang-orang sakit di rumah-rumah sakit dan orang-orang di penjara. Di seluruh dunia mereka beribu-ribu orang menjadi donor darah  dan ginjal , kebanyakan memakai rencana dan menyatakan orang-orang Muslim Ahmadi.

            Di Ertopa dan Amerika utara mereka  menyelenggarakan lomba sepeda dan lari marathon bersponsor untuk memperoleh uang penolong orang jompo serta anak-anak terbelakang.

            Mereka harus menarik anggota baru dengan contoh diri mereka sendiri maka jadilah tetangga-tetangga yang baik. Jangan membuang sampah sembarangan. Jangan menghidupkan radio terlalu keras.

            Berkenalanlah dengan tetanggamu, dorong beliau. Karena itu diadakan pesta taman pada hari-hari raya Id untuk para tetangga mesjid-mesjid mereka serta ada kunjungan-kunjungan dari sekolah-sekolah berdekatan  maupun dari sekolah-sekolah guru.

            Keberhasilan abad kedua Ahmadiyah tergantung pada kaum muda, kata beliau. Oleh sebab itu para mubaligh menyelenggarakan kelompok-kelompok belajar pada hari libur sekolah dengan pelajaran Al Qur’an pada pagi harinya sementara sore harinya diisi dengan olah raga,P3K, dan latihan pidato.

            Khalifah menekankan bahwa beliau ingan para wanita menjadi Dokter, arsitek, ahli-ahli hukum, guru, dan insinyur sebagaimana halnya para pria.  Wanita tidak hanya mempunyai hak yang sama didalam Islam, malahan mempunyai hak-hak istimewa.

            Beliau mendorong kelompok-kelompok wanita untuk menyelenggarakan tennis,renang serta olahraga lainnya.

            Jangan lalaikan anggota-anggota baru kita, kata Khalifah. Islam tidak hanya milik timur. Islam adalah milik dunia.

            Beliau memperluas pernyataan ini: “Saya ingin menumbuhkan sikap universal antara semua Ahmadi. Harus ada suatu perasaan kesatuan –bahwa kita semua adalah manusia  dan tak diijinkan adanya suatu batas geografis maupun batas-batas ras.

            “Hal tersebut cocok sebagai moto yang indah, tetapi sangat sukar ditanamkan pada orang-orang. Kesukaran yang telah saya temukan bukanlah dalam arti rasa unggul  melainkan rasa rendah diri yang kadang-kadang mengakar dalam diri bangsa-bangsa.”

            Jadi beliau menekankan agar anggota-anggota baru harus langsung menjadi anggota-anggota aktif. Lihatlah mereka dalam organisasi mereka sehingga mereka tahu bagaimana Jemaat bekerja dan mereka dapat lebih mudah membantu kita. Jangan biarkan mereka merasa asing karena perbedaan sosial ataupun bahasa.

            Bukanlah terserah pada anggota-anggota baru itu untuk belajar Urdu, kata beliau. Kitalah yang harus belajar bahasa Inggris, Jerman , Belanda, Denmark, atau bahasa local manapun agar kita dapat mudah berbicara dengan mereka.

            Pada saat ini kebanyakan Ahmadi berasal dari orang Indo-Pakistan, namun hal itu tidak akan berlangsung terus. Pada waktunya nanti anggota-anggota baru akan jauh melebihi seluruh penduduk Pakistan dan India pada saat ini.

            Hal ini sudah mulai benar dalam skala kecil. Di beberapa kota di Inggris Utara terdapat banyak orang-orang Ahmadi yang merupakan anggota baru dibandingkan dengan yang terlahir didalam Ahmadiyah.

            Khalifah juga meminta mubaligjh-mubaligh baru. Dalam dua decade pertama abad kedua Ahmadiyah beliau akan membutuhkan 5000 mubaligh  baru, kata beliau.

            Wakafkanlah anak-anakmu yang belum lahir  untuk mengkhidmati Allah, tegas beliau. Pada tahun 1990 lima ribu anak –sebagian sudah lahir, sebagian masih dalam kandungan – telah diwakafkan untuk Jemaat Ahmadiyah sebagai calon mubaligh potensial dimasa depan.

            Ini tak berarti para orangtua menerima suatu bantuan khusus dari Jemaat, hanya anak-anak tersebut tumbuh dengan mengetahui bahwa setelah kelahiran mereka orangtua mereka telah menginginkan  agar mereka menjadi mubaligh. Jika mereka tidak berkehendak menjalani hidup sebagai seorang mubaligh maka tak ada paksaan bagi mereka untuk melakukannya.

            Bagi setiap orang tua ada tugas-tugas khusus. Beliau memberitahu mereka, “Karena kemenangan Islam adalah pasti maka sekarang anda hanya memastikan  bahwa nilai-nilai rohani dan ahlak Islam ditanamkan dalam hidup anda. Kemenangan dalam segi jumlah tak akan ada artinya jika kita kalah dalam pertempuran rohani yang harus dimenangkan didalam rumah kita.

            “Kita harus meneliti rumah kita serta perilaku kita dan menciptakan kesalehan dalam hidup kita serta dalam hidup anak-anak kita. Di rumah-rumah dimana doa dipanjatkan anak-anak dengan cepat belajar bagaimana harus bersikap sebagai Muslim sehingga mereka akan tetap mengkhimati Tuhan sepanjang hidup mereka.

            “Kehidupan anak-anak kita akan memperlihatkan kecintaan Allah dan mencerminkan nilai-nilai Islam dan Ahmadiyah. Ciptakan suasana kesucian dan kebenaran didalam rumah anda agar anak-anak anda menjadi hamba-hamba Allah yang sejati.”

            Beliau mengajukan suatu permohonan khusus kepada kelima–ribu keluarga yang telah mewakafkan anak bungsu mereka kepada Tuhan. Sedapat mungkin mereka harus diajar berbahasa Cina, Rusia, dan Spanyol.

            “Pada abad kedua Ahmadiyah kebutuhan pertama kita akan terletak di Cina, Rusia , dan Amerika Selatan,” kata beliau.

            “Di Afrika kita mempunyai banyak orang Afrika yang berbahasa Inggris dan Perancis , kita sudah berdiri tegak dan berkembang baik. Tetapi di Cina,Rusia dan Amerika Selatan kita baru saja mulai.”

            …………………………………..***

            Khalifah tidak membicarakan hal-hal khusus ini ketika beliau berpidato pada acara makan malam Perayaan Seabad. Sebaliknya beliau berbicara tentang masa depan Jemaat Ahmadiyah.

            Jalannya mungkin kadang-kadang gelap dan berbahaya ,kata beliau, tetapi masa depan akan cerah.

            Beliau mengutip sebuah puisi, tentang seorang kurir yang menulis kepada rajanya bahwa ia bukannya takut kepada ketinggian tetapi takut jatuh.

            Jawaban yang diperoleh kurir itu adalah “Jika hatimu menggagalkanmu, maka jangan panjat sama sekali.”

            Para  aanggota Jemaat Ahmadiyah tidak mempunyai rasa takut jatuh, kata Khalifah.

            Dan beliau mengenang kata-kata Masih Mau’ud:

            “Kelahiran kembali Islam menuntut suatu pengorbanan besar dari kita. Apakah pengorbanan itu?  Hidup kita. Dalam pengorbanan ini tergantung hidup Islam , hidup orang-orang Muslim serta manifestasi Tuhan pada zaman kita. Pengorbanan adalah intisari Islam. Inilah Islam yang ingin dipulihkan Tuhan.”

            Khalifah meneruskan, Saya menghimbau Tuhan sebagai saksi bahwa ajaran Ahmadiyah tidak lain adalah Kebenaran. Inilah Islam dalam bentuknya yang paling murni.

            “Penyelamatan manusia tergantung pada penerimaan  agama damai ini. Islam adalah agama yang menghilangkan segala perbedaan antara sesama manusia dan menghancurkan segala rintangan  ras, warna kulit , dan kebangsaan yang memecah belah umat manusia.

            “Islam membebaskan manusia dari belenggu dosa dan menguatkan hubungan manusia dengan Pencipta-nya. Ini adalah agama yang demikian sederhananya namun sangat terorganisasi sehingga memenuhi tuntutan-tuntutan serta tantangan-tantangan dunia yang terus berubah.

            “Islam tidak mengizinkan pemerasan manusia --  baik dalam bidang sosial, politik, ekonomi, maupun keagamaan. Filsafat politik Islam tidak memberi peluang kepada diplomasi palsu atau tipudaya. Islam menjunjung tinggi nilai ahlak luhur serta menggalakkan keadilan hukum dan kejujuran baik terhadap sahabat-sahabat maupun terhadap musuh-musuh  dalam setiap ruang lingkup kepentingan manusia.

            “Islam juga tidak mengizinkan kekerasan guna menyebarkan ajarannya sendiri  serta tidak membolehkan agama-abgama lain untuk berbuat serupa. Keterlibatan dalam terorisme, sekalipun demi tujuan yang paling mulia,  sama sekali tak sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.

            “Islam adalah obat penyembuh bagi segala penyakit dan penderitaan manusia sengsara dewasa ini. Islam mengajar kita bahwa jika manusia tidak hidup berdamai dengan dirinya sendiri serta sesamanya, maka ia tidak akan dapat hidup dalam damai dengan Tuhan.

            “Kepada Islam yang demikianlah saya menghimbau semua umat manusia.”

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

            Beberapa hari kemudian Khalifah menerima surat dari kepala suatu organisasi Sikh di Inggris yang telah menjadi salah seorang tamu. Surat itu membicarakan suasana meriah namun tegas pada perjamuan.  “Acara itu telah diwarnai dengan ketenangan dan kedamaian”, katanya.

            Kemudian ia menambahkan, “Suatu kekuatan Ilahi tentu berada di belakangnya”.

            Itu hanyalah salah satu dari sekian banyak surat yang diterima  Khalifah dari para pria dan wanita  dari berbagai agama yang hadir pada makan malam tersebut.

 

-----------ok,ns.uh.hns.11102005----------

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Kata Arab atau Urdu

Asalamu’alaikum

- Damai besertamu

Azan

-Panggilan untuk sembahyang

Amir-ul-Mukminin

- Pemimpin orang-orang yang taat

Ahli bait

-Keturunan Nabi

Id-ul-Fitri

-Perayaan setelah Puasa

Kalimah

-Pernyataan Iman orang Islam—tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusanNYA

Khalifatul Muslimin

-Khalifah orang-orang Muslim

Khalifatul Mukminin

-Khalifah orang-orang yang taat

Mubahalah

Lomba doa-doa kepada Tuhan untuk menentukan siapa yang benar dengan menghukum yang berdusta

Munazarah

-Debat

Nikab

-Kerudung

Pardah

-Secara harfiah, kerudung

Radhi Allah Anhu

-Semoga Tuhan meridhoinya

Sahabi

-Sahabat Nabi

Salat

-Sembahyang

Syirik

-Dosa menyekutukan seseorang atau sesuatu dengan Tuhan

Ummul Mukminin

-Ibu orang-orang yang ta’at

 

              

                     

Daftar Pustaka

Ahmad, Mirza Basyirudin Mahmud (1980), Invitation to Ahmadiyyat. London : Roudledge & Kegen paul

 

Ahmad, Mirza Ghulam (1952), The Will. Rabwah Oriental and Religious  Publishing Corporation.  

 

Ahmad, Mirza Tahir (1989), Murder in The Name of Allah. Cambridge: Lutterworth Press. 

 

Bailey, John R. (1987), Religious Leaders and Places of Pilgrinage. Huddersfield : Scofield & Sims

 

Berna, Kurt (1962), Jesus nicht an Kreuz gesturben. Zurich : International Foundation for The Holy Shroud.

 

Brush, Stanley E. (1987), Ahmadiyya, artikel dalam Encyclopedia of Religion. New York: Macmillan Publishing Company. 

 

Gualtieri, Antonio R. (1989), Conscience and Coercion. Montreal: Guernica.

 

International Commision  of Jurists (1987), Pakistan: Human Rights After Martial Law. Geneva: International Commision of Jurists.

 

Khan, Muhammad Zafrullah (1974), The Agony of Pakistan. London: Kent Publications.

 

Khan, Muhammad Zafrulla (1987), Ahmadiyyat: The Renaissance of Islam. London: Tabshir Publications.

 

Khan Muhammad Zafrulla (1936), The Head of The Ahmadiyya Movement. London: The London Mosque.

 

Mughal, A.R. (1980) , A Call to Islam in the U.S.S.R. Athens (U.S.A.) :Cecore Bokks.

 

Smith, Wilfred Cantwell (1960), Ahmadiyya article dalam The Encyclopedia of Islam. Leiden: E.J. Brill.

 

Ullah, Muhammad Zia (1977), Allah, Our Creator. London:Saffron Books.

 

Review of Religions –berbagai terbitan. London: The Review of Religions.

……………………………….***

Catatan:

            Puisi-puisi Urdu oleh Khalifatul Masih IV tidak diterjemahakan.

………………………………………..

………………………………………. ***

 

 

 

 

 

Mengenai Penulis

            Iain Adamson adalah seorang penulis sejumlah biografi,sejarah, dan buku-buku lain. Ia lahir di Westerton, Strathclyde, Scotlandia dan menuntut ilmu di Akademi Glasgow. Pada masa sekolah ia mewakili Glasgow  dalam permainan Rugby. Ia bertugas di Malaysia pada Seaforth Highlanders, Regimen Malaysia, dan Ghurka. Setelah cedera dalam latihan komando ia meneruskan ke Universitas Paris dan mengambil diploma dalam bidang Ilmu Politik. Mewakili Perancis ia memenangkan beasiswa perjalanan terbuka dari sebuah Unioversitas Amerika dan meneruskan pelajarannya di Jerman dan Austria. Ia kemudian menjadi koresponden asing untuk sejumlah surat kabar Nasional Inggris  dan banyak mengadakan perjalanan di Eropa, Afrika Utara, Amerika Serikat , dan Mexico. Ia pernah bekerja sebagai konsultan Dewan Konsumen yang di sponsori Pemerintah serta menjadi juru bicara mereka di TV. Ia kemudian mendirikan sebuah agen urusan umum dan menjadi Direktur pengelolaan sebuah Institut pendidikan pribadi. Ia merupakan anak terbungsu seorang wartawan dan penulis Scotlandia.

            Dibaptis dan menikah digereja Protestan Scotlandia , ia telah selalu sangat tertarik pada nilai-nilai Protestan dan Katholik dari agama Kristen.

……………………………………………………….***  

           

 

           

           

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar