2.17.2017

Dulu Biarkan Ruhut Maki-Maki Orang, Kini SBY Balik Dimaki Ruhut

Mahfud M.D. selaku Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) tidak mempersoalkan statement Presiden RI Keenam Susilo Bambang Yudhoyono di Twitter. Sedangkan bagi sejumlah kalangan, cuitan SBY tersebut dianggap berlebihan.
“Bagus juga Pak SBY pakai Twitter sehingga kita mendengar apa yang dirasakan dan dikeluhkan,” ungkap Mahfud dari kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kamis (09/02/2017).
Meski begitu, Mahfud juga menandaskan bahwa kejadian tersebut memberikan pelajaran sehubungan dengan apa yang dulu dilakukan seorang presiden terhadap orang lain, kini balik menimpanya juga. Demikian seperti yang dilansir dari laman JPNN.
Sebagai contoh, menurut Mahfud dulu SBY sering membiarkan Ruhut Sitompul—sebagai kader Partai Demokrat yang terdahulu—memaki-memaki orang.
“Dan dia [SBY] nampaknya menikmati itu. Sekarang, dia [SBY] dimaki-maki oleh Ruhut Sitompul,” jelas Mahfud membandingkan.
Mahfud yang merupakan mantan anggota DPR dan menteri pertahanan itu mengatakan, hal ini menunjukkan bahwa roda kehidupan selalu berputar. Oleh sebab itu, Mahfud memberikan himbauan, bahwa siapa pun yang berkuasa baik dulu atau sekarang atau yang berikutnya harus berhati-hati.
“Karena roda akan tetap berputar,” tandasnya.
Mahfud juga mengutip suatu saat dalil yang dikemukakan Mpu Gandring sebagai tambahan. Hukum karma, atau golden rules “Apa yang Anda ingin orang lain perbuat kepada Anda, perbuatlah terlebih dahulu hal tersebut kepada orang lain” akan berlaku di dalam kehidupan.
Menurut Mahfud dan seperti yang kita ketahui dalam tututan kisah historial, Mpu Gandring mati ditusuk dengan keris buatannya sendiri, oleh Ken Arok.
“Ketika ditusuk, dia [Mpu Gandring] mengatakan “Kamu juga akan mati oleh keris ini,” Kemudian, kutukan tersebut menjadi kenyataan. Berselang waktu, “Ken Arok mati oleh keris itu ditikam oleh Anusapati,” ringkasnya.
Efek domino dari ketidakbaikan tersebut masih beruntun karena kemudian Anusapati juga mati oleh keris itu, ditusuk Tohjaya. Belakangan, keris itulah yang juga yang menyebabkan kematian Tohjaya.
“Kan itu hukum dalam kehidupan,” tuturnya.
Hal tersebut disampaikan Mahfud menyusul makin kerapnya SBY menggunakan media sosial untuk mengkritik dan mengeluhkan kondisi politik Indonesia saat ini. SBY bahkan mengatakan ada pihak-pihak yang menghalanginya bertemu dengan Presiden Jokowi hingga cuitannya soal massa mahasiswa yang unjuk rasa di depan kediaman pribadinya di Kawasan Kuningan.
Memang belakangan ini Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga merupakan Ketua Umum Partau Demokrat kembali menjadi bahan pembicaraan, terutama karena kicauannya di media sosial Twitter.
Senin (06/02/2017), contohnya, dia meminta “keadilan” menyusul adanya aksi sejumlah massa di depan rumahnya.
Saya bertanya kepada Bapak Presiden & Kapolri, apakah saya tidak memiliki hak untuk tinggal di negeri sendiri, dengan hak asasi yang saya miliki?” demikian isi salah satu kicauan SBY.
Saya hanya meminta keadilan. Soal keselamatan jiwa saya, sepenuhnya saya serahkan kepada Allah SWT,” cuitnya.

2.15.2017

PILKADA DKI JAKARTA HITUNG CEPAT KOMPAS 15 Feb 2017

Ahok, Agus, Anis- TRIO Pilkada DKI Jakarta 2017

Cttn, Kukuh 15feb 2017

Persen % Total Suara Masuk
Agus Silvi
Ahok Jarot
Anis Sandi
Jam
2,25%
13,68
46,57
39,75
14;18 wib
 2,50%
14,18
44,32
41,50
14;26 wib
2,75%
14,18
42,82
41,07
14;27 wib
3,25%
14,76
42,96
42,29
14;33 wib
3,50
14,76
42,96
41,93
14;44 wib
3,75%
14,97
43,10
41,93
14;35 wib
4,00%
14,70
42,49
42,81
14;36 wib
4,75%
15,63
45,30
39,07
14;40 wib
8,75%
16,67
45,32
38,01
14;53 wib
10,50%
16,90
43,16
40,15
14;56 wib
12,00%
16,26
44,04
39,62
14;58 wib
13,00%
16,84
43,48
39,67
14;59 wib
26,25%
18,20
41,67
40,14
15;17 wib
35,25%
17,91
42,89
39,20
15;31 wib
42,25%
17,53
43,07
39,35
15;45 wib
50,75%
17,40
43,22
39,38
16;03 wib
99,25%
17,41
42,81
39,78
18:38 wib
99,50%
17,39
42,88
39,73
18;42 wib
99,75%
17,38
42,88
39,74
18;47 wib
100,00%
17,37
42,87
39,76
18;55 wib





2.14.2017

Bikin geger, tiga orang dekat SBY ikut diseret Antasari

Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar buka-bukaan mengenai kasus dugaan kriminalisasi terhadapnya. Antasari menyebut ada peran keluarga Presiden Keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam kasus yang membelitnya selama menjabat sebagai Ketua KPK.

Bukan tanpa alasan Antasari meyakini SBY mengetahui jelas kasus dirinya. Sebab, sebelum kasus yang menyeretnya muncul, SBY mengirim utusan khusus menemuinya.

Mantan Kejati Jaksel ini mengungkap utusan SBY yang menemuinya ada pengusahaHary Tanoesoedibjo (HT). Antasari mengaku HT menemuinya pada bulan Mei 2007 di rumahnya tengah malam.

"Ada orang malam-malam ke rumah saya. Orang itu, Hary Tanoesoedibjo. Dia diutus Cikeas, siapa orang Cikeas? Dia diminta untuk bilang ke saya tak menahan Aulia Pohan," beber Antasari di Bareskrim Polri, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (14/2).
Saat itu, Antasari masih menjabat sebagai ketua KPK. Kebetulan, saat itu KPK baru saja menetapkan Aulia Pohan sebagai tersangka kasus penarikan dana Rp 100 miliar dari Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia.

Namun, pesan yang disampaikan HT itu ditolak Antasari. Bahkan, kepada Antasari, HT mengaku dirinya bisa didepak dari Cikeas bila misi yang diembannya gagal. 

"Saya bilang saya enggak bisa karena ada aturannya di KPK, statusnya sudah tersangka jadi harus ditahan," ujar Antasari menjawab permintaan HT.

Antasari berpesan pada HT menyampaikan apa yang terjadi dalam pertemuan mereka. Dia memohon maaf tidak bisa mengabulkan permintaan Cikeas.

"Waduh Pak, kalau saya tidak bisa penuhi target, saya pulang, saya ditunggu nih pak untuk laporannya," kata Antasari menirukan ucapan HT saat itu. 

Antasari mengatakan, bukan cuma HT yang diminta SBY melobinya untuk tak menahan Aulia Pohan. Mensesneg saat itu, Hatta Rajasa ikut diutus Cikeas untuk melobinya terkait kasus Aulia Pohan.

"Beliau bilang, Pak Hatta kita perlu ada mediator, kalau Pak Antasari perlu. Kemudian saya sampaikan, saya SMS dulu (Hatta) ke HP-nya, dua hari lagi saya tahan Aulia Pohan. Saya sudah sampaikan, tolong sampaikan ke dia (SBY)," jelasnya.
Sampai hari penahanan Aulia Pohan tiba, Antasari tidak menerima kabar apapun terkait pesan singkat yang dia kirim ke Hatta. Dia sudah mencoba menghubungi Hatta, tapi tak ada respons. 

"Karena komitmen, berarti enggak ada masalah. Saya tahan. Lalu saya dipanggil ke ruang Mensesneg, saya kira yang panggil Pak SBY. Rupanya saya duduk ada Pak Hatta dan Pak Sudi, di antara keduanya. Pak Sudi tanya, kenapa itu besan Presiden, kenapa enggak ngomong dulu? Saya bilang kami komitmen Pak Sudi. Saya tanya Pak Hatta, Pak Hatta bilang saya lupa sampaikan SMS ke SBY," kata Antasari.

"Setelah itu Pak Sudi, Pak Hatta saya bilang 'ayo kita ke dalam temui beliau (SBY)'. Kita sampaikan supaya beliau tidak anggap saya tidak komit. 'Sudah biar saja lagi marah itu'," sambung Hatta.

Ditambahkan dia, penetapan tersangka Aulia beberapa bulan sebelum kasus dirinya. Antasari menjadi tersangka pada Mei 2009 bertepatan dengan kasus dugaan korupsi pengadaan IT KPU.

Antasari bahkan menyebut kasus pengadaan IT KPU tahuhn 2009 lalu melibatkan anak SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas). Antasari menceritakan, dugaan keterlibatan Ibas itu berupa laporan ke KPK.
Dia tak menyebutkan siapa yang melaporkan itu. Antasari pun hendak mengusut kasus itu, sayang dia sudah lebih dulu ditangkap karena terlibat kasus pembunuhan Nasruddin Zulkarnain, yang disebutnya kasus ini bentuk kriminalisasi SBY.

"Informasi masuk ke kita seperti itu, kita telusuri, tetapi belum sampai ke sana, saya sudah masuk duluan," jelas dia sembari menjelaskan saat ingin mengusut kasus ini, penghitungan Pileg 2009 sedang berlangsung.

Antasari menyebutkan, saat itu dirinya mengirim Wakil Ketua KPK, Haryono Umar untuk bertanya kepada KPU. Menurut Antasari, IT KPU memang kerap bermasalah, sehingga diputuskan untuk digrounded.

"Kita masih penyelidikan pengumpulan data, makanya saya utus Pak Haryono ke KPU, kita masih pengumpulan data, kan asumsi timbul apa dibeli alat rusak, kenapa digrounded alat belinya apa sudah rekayasa sehingga hitung eror terus," terang dia. 


Antasari Sebut Nama SBY, Ini Komentar Wiranto

Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan, aparat penegak hukum akan menindaklanjuti aduan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar.
Antasari masih mempermasalahkan kasus pembunuhan Direktur Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen, yang menjeratnya. Ia merasa dikriminalisasi.
"Pasti nanti, aparat penegak hukum. Kalau dilaporkan secara resmi kan ada respons dari penegak hukum. Nanti dengan dalil yang ada, peraturan yang ada, hukum yang ada, akan melaksanakan sesuatu dengan tepat," kata Wiranto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (14/2/2017).
Wiranto menegaskan bahwa penegakan hukum selalu berlangsung secara transparan, bermartabat, dan tanpa pandang bulu. Tak terkecuali dalam kasus yang menjerat Antasari.
"Itu berpulang ke penegak hukum apakah cukup memenuhi syarat untuk dilakukan langkah hukum," ucap Wiranto.
Antasari sebelumnya menyebut bahwa Susilo Bambang Yudhoyono yang saat itu menjabat Presiden RI mengetahui persis kasus yang menjeratnya.
Menurut dia, SBY harus terbuka mengenai siapa saja pihak yang diminta merekayasa kasusnya.
Ia lalu bercerita bahwa sekitar Maret 2009, dia pernah didatangi oleh CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo atas utusan SBY.
Hary meminta Antasari agar tidak menahan mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Aulia Tantowi Pohan, besan SBY.
"Beliau diutus oleh Cikeas saat itu. Siapa Cikeas? SBY. Datang minta supaya saya jangan menahan Aulia Pohan," ujar Antasari di kantor Bareskrim Polri, Jakarta, Selasa.
Aulia saat itu ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi di Bank Indonesia. Mendengar permintaan itu, Antasari menolaknya.
Menurut dia, sudah prosedur di KPK untuk menahan seseorang yang sudah dijadikan tersangka. Namun, Hary terus memohon kepadanya.
"Waduh, Pak, saya mohon betul. Saya bisa ditendang dari Cikeas karena bagaimanapun nanti masa depan Bapak bagaimana," kata Antasari, menirukan ucapan Hary saat itu.
Antasari bersikeras untuk menolak. Saat itu, Antasari siap menerima risiko apa pun atas sikapnya itu.
Dua bulan kemudian, Antasari ditangkap polisi. Ia dituduh membunuh Nasrudin Zulkarnaen.
Hingga putusan peninjauan kembali, Antasari divonis bersalah dengan hukuman 18 tahun penjara. Kini, ia sudah dinyatakan bebas murni setelah mendapat grasi dari Presiden Joko Widodo.

Antasari menduga bahwa kasusnya tak terlepas dari kedatangan Hary yang diutus SBY ke rumahnya pada malam itu.

2.12.2017

Nekat! Seorang Kakek Berani Beginikan Ahok Saat Blusukan

Calon Gubernur DKI Jakarta dengan nomor urut dua yakin Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok saat ini memang tengah sibuk melakukan kampanye dan blusukan ke berbagai daerah di Ibu Kota. Ahok dalam Pilkada DKI periode 2017-2022 ini dipasangkan dengan Djarot Saiful Hidayat yang merupakan pasangan petahana.
Kehadiran Ahok dimanapun berada selalu menuai reaksi yang tidak terduga dari masyarakat. Seperti yang terjadi kali ini di di Kramatjati. Melalui sebuah video yang diunggah oleh seorang netizen ada kejadian unik saat ia sedang blusukan. Tepatnya ia blusukan di daerah perkampungan Kawasan Kramatjati, Jakarta Timur pada Senin (06/1/2017)
Dalam video tersebut, terlihat ada seorang warga pria yang mengenakan peci putih di kepalanya dan melakukan perbincangan hangat dengan Gubernur Non Aktif Jakarta tersebut. Tidak berdua, mereka dikerumuni banyak warga lainnya yang menyambut hangat kedatangan Ahok.
Tidak diduga dan disangka, saat tengah berbincang-bincang, tiba-tiba sang kakek yang berbicara dengannya mencubit gemas pipi mantan Bupati Belitung Timur tersebut.
“Sukses ya pak Ahok…Sukses..” papar sang kakek yang mengenakan peci putih dalam video, seperti yang tertera di merdeka.com.
Beberapa warga yang turut hadir di situ tidak sanggup menahan tawanya melihat ulah kakek yang bisa dibilang nekat. Melihat kegemasan yang ditunjukkan oleh kakek tersebut, Ahok pun tertawa dan tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya karena mendapatkan sambutan yang hangat dan semangat dari para warga.
Ahok dan paslon lainnya semakin gencar melakukan kampanye karena memang mendekati hari pencoblosan, 15 Februari 2017 yang memang menunggu hitungan hari saja. Tentunya hari-hari terakhir ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk memperoleh suara yang banyak saat pencoblosan nanti.