By: Erika Ebener
Terlepas dari unsur dan intrik politik, mengapa saya mengatakan "Erick Thohir For President"? Karena saya melihat dia seorang yang berdisiplin tinggi. Dalam posisinya sebagai menteri, yang juga merupakan posisi atau jabatan yang politis, Erick Thohir sudah memainkan perannya dengan cantik.
Sejak saya menulis, sebelum dan setelah menulis di Seword, saya tidak pernah punya rasa ketertarikan untuk menuliskan hal-hal yang berbau partai politik. Jangankan menuliskan soal masalah internal partai politik, menuliskan tokoh-tokoh yang menjadi sosok-sosok kepartaian saja, saya sama sekali tidak tertarik. Mungkin saya pernah tapi tidak menyoroti mereka dalam kapasitasnya sebagai kader partai. Entahlah saya tidak ingat. Yang pasti, saya adalah seorang rakyat jelata lepas yang tidak punya hubungan apapun dalam tingkatan apapun dengan orang-orang partai politik atau dengan partai politik manapun.
Tapi menulis dan bicara soal politik, itu lain lagi. Politik itu adalah seni untuk mencapai tujuan, yang jika dijalankan dengan benar, maka akan benar dan jika dijalankan dengan niat jahat, maka akan menjadi jahat. Namun, pada saat yang bersamaan, saya juga paham bahwa di dalam definisi politik, sama sekali tidak dibicarakan soal benar atau salah, apalagi halal atau haram. Di dalam politik, selama cara itu mampu membuat seseorang mencapai tujuannya, maka benarlah cara itu atau halallah cara itu. Di sinilah, manusia diuji. Agama dilibatkan. Karena jika seorang manusia yang beragama dan menjalankan atau melaksanakan ajaran agamanya, maka agamanya akan berguna bagi mereka.
Lalu apa hubungannya dengan judul "Erick Thohir For President"? Judul di atas hanya sebuah andai-andai saja. Jika saja posisi presiden itu bukan sebuah posisi atau jabatan yang politis, yang sarat dengan unsur dan intrik politik, seorang seperti Erick Thohir akan baik untuk menjadi penerus Jokowi nanti.
Namun, jika kita melihat fakta bahwa jabatan presiden adalah sebuah jabatan politis, maka mustahil seorang seperti Erick Thohir bisa dicalonkan menjadi presiden Indonesia. Pasalnya, Erick Thohir itu bukan seorang kader partai. Dia ditarik oleh Jokowi menjadi menteri dari unsur profesi. Dan saya sangat setuju dengan pilihan Presiden Jokowi atas Erick Thohir.
Terlepas dari unsur dan intrik politik, mengapa saya mengatakan "Erick Thohir For President"? Karena saya melihat dia seorang yang berdisiplin tinggi. Dalam posisinya sebagai menteri, yang juga merupakan posisi atau jabatan yang politis, Erick Thohir sudah memainkan perannya dengan cantik.
Masih ingatkah kata "Akhlak" yang Erick lontarkan, lalu jadi bahan ejekan se-Indonesia? Apapun berita tentang BUMN yang ga bagus, orang-orang langsung menyasar kata "akhlak" dan menembakkannya pada Erick Thohir. Tapi saya lihat, Erick sendiri santai saja menghadapi ejekan rakyat Indonesia atas kata akhlak-nya itu. Dari sikapnya yang santai ini, saya jadi merenung dan lebih mengobservasi untuk memahami bahwa ternyata ada maksud dan tujuan dari subliminal message di balik kata akhlak-nya, yang jelas tidak dipahami oleh mereka yang mengejek.
Karena saya seorang yang lepas dari kepentingan kelompok, partai, dan hanya menfokuskan diri pada edukasi dan advokasi, saya memandang setiap orang atau tokoh pun secara mandiri, sendiri-sendiri atas prestasi dan integritas diri mereka sendiri, tanpa mengkaitkan mereka pada bendera yang mereka bawa atau yang menaungi mereka. Contohnya Presiden Jokowi. Apakah saya mendukung seorang Jokowi karena dia seorang kader PDIP? Tidak!! Saya bahkan tidak peduli pada PDIP. Saya hanya peduli pada apa yang sudah menjadi pencapaian Jokowi secara pribadi. Mulai dari dilahirkan dari keluarga miskin, lalu sekolah sampai kuliah di UGM, lalu bekerja dan menikah, lalu mendirikan usaha dan berkembang, lalu menjadi walikota, lalu menjadi gubernur Jakarta hingga akhirnya menjadi Presiden RI. Seluruh pencapaian, ide-ide, langkah-langkah politiknya yang benar, ketaatannya pada Negara dan Agama, keberhasilannya mendidik anak-anak dan keluarga, pertimbangannya dalam memilih dan menempatkan orang-orang di kabinet dan lembaga negara, hingga strategi perang dia melawan musuh-musuhnya, semuanya saya lihat dalam bingkai integritas dirinya yang tinggi.
Ya benar, Jokowi juga berpolitik, karena dia dihadapkan pada posisi dan jabatan politisnya. Sikap Jokowi yang memutuskan untuk tetap berpegang pada UU dan Aturan, mencatatkan pada sejarah Indonesia bahwa baru Jokowi lah presiden yang kalah di pengadilan dalam perkara gugatan. Dan baru Jokowi pula presiden yang memutuskan untuk tidak mengintervensi penegakan hukum di Indonesia. Jika saja, dalam menghadapi tahun 2024, kita bisa menemukan orang yang memiliki setengah dari kualitas Jokowi, maka dia yang akan saya dukung. Dan Erick Thohir adalah pilihan saya.
Namun itu tadi, untuk bisa dicalonkan menjadi presiden Indonesia, UU mensyaratkan si calon memenuhi thresshold dari partai politik yang mengusungnya, sementara Erick bukan orang partai. Bagi partai politik, mengusung seseorang untuk dicalonkan menjadi presiden adalah tentang seberapa besar irisan kue Indonesia bisa mereka makan. Bukan tentang masalah seberapa besar target yang akan dicanangkan si calon untuk memajukan bangsa dan negara.
Ya tetap saja... kita ga paham, kenapa harus Erick Thohir????
Saya melihat Erick Thohir seorang yang sangat profesional dibidang pengaturan manusia pada sebuah usaha. Erick Thohir adalah manusia yang percaya bahwa kemasyuran tak harus dikejar jika kita hanya memfokuskan diri pada HASIL KERJA YANG BENAR. Kemasyuran justru akan mengejar dengan sendirinya.
Hasil kerja yang BENAR di sini memiliki makna yang sangat luas namun sempurna, jika diukur dengan indikator sebagai manusia biasa. Keberhasilan Erick atas kerajaan pribadinya yang tidak bisa dikatakan raksasa, cukup mencerminkan kalau Erick bukan seorang yang berambisi bersaing untuk menguasai dunia. Sama seperti Jokowi. Usaha kayu dia itu besar, tapi tidak bisa dikatakan raksasa. Ketertarikan Erick pada dunia olahraga dan mengembangkannya dengan mengakuisisi klub sepak bola dan membeli klub basket NBA, adalah cerminan kecintaannya pada olahraga. Erick Thohir terbukti bukan seorang pengejar ambisi. Padahal dia memiliki seluruh modal untuk menjadi apapun yang dia mau.
Ditarik oleh Jokowi untuk menjadi penanggungjawab atas acara akbar dunia, Erick mempersembahkan yang terbaik, hingga mampu membelalakan seluruh mata manusia di dunia. Erick diminta untuk menjadi ketua pemenangan Jokowi di periode kedua, dia lakukan dengan hasil yang gemilang. Dan sekarang Jokowi menyerahkan semua urusan atas seluruh Badan Usaha yang dimiliki negara, Erick menjalankannya dengan ketenangan hati dan pikiran saat dia harus mengambil keputusan-keputusan yang krusial.
Saya tergugah dengan pijakan yang Erick pakai saat dia memutuskan untuk memecat seluruh dewan direksi Kimia Farma Diagnostika, Dari uraiannya, Erick terlihat sangat memahami apa yang harus dia lakukan terhadap BUMN yang telah dengan nyata melakukan tindakan yang membahayakan masyarakat banyak.
"Ini bukan langkah untuk menghukum, tapi langkah untuk menegakkan dan memastikan bahwa SELURUH BUMN punya komitmen untuk melayani, melindungi, dan bekerja untuk kepentingan masyarakat"
Sebuah pesan yang cukup jelas untuk para direksi dan komisaris utama dari 113 perusahaan BUMN, yang terdiri dari 14 BUMN berbentuk Perum, 83 BUMN berbentuk Persero, dan 16 BUMN yang merupakan Persero Terbuka. Pada mereka, dengan jelas Erick mengatakan bahwa seluruh BUMN terikat pada kesepakatan bersama untuk bertindak profesional sesuai dengan core value yang dicanangkan, yakni amanah, kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif. Di sisi lain, Erick juga mengakui bahwa ada kelemahan secara sistem yang membuat kasus-kasus seperti antigen bekas bisa terjadi. Karena ketidaksejalanan dengan core value tadi, langkah pemecatan harus dilakukan. Sementara hal yang menyakut hukum pidana menjadi urusan pihak yang berwenang.
Kalimat yang diucapkan Erick itu terasa seperti sebuah angan-angan jika kita membayangkan tingkat kengeyelan pada pejabat BUMN yang sudah begitu membudaya sejak jaman orba. Namun, apa yang Erick sudah lakukan hari ini, memecat seluruh direksi Kimia Farma Diagnostika, menjadi refleksi awal dari apa yang dia ucapkan, yang wajib menjadi catatan bagi seluruh direksi dan komisatis utama seua BUMN kita. Jangan sampai nasib yang dialami oleh Kimia Farma harus dilakukan pada mereka. Jika Erick berhasil menyehatkan seluruh atau bahkan hanya setengah dari semua BUMN yang ada, niscaya, Indonesia akan jaya.
Fakta inilah yang kemudian membuat saya berimajinasi seandainya Pengganti Jokowi itu Erick Thohir, Indonesia akan terbang tanpa hambatan di tahun tinggal landas dunia. 2030. Sayangnya, bangsa Indonesia sendiri masih banyak yang tidak menginginkan negaranya menjadi negara maju...
https://seword.com/politik/erick-thohir-for-presiden-xlK0PGT9Cb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar