Rencana aksi yang dilakukan oleh para demonstran akhirnya pecah sudah. 4 november berjalan penuh dengan takbir. Aksi ini pada awalnya berjalan dengan mulus sampe sore hari namun sangat disayangkan kericuhan terjadi pada saat malam hari.
Aksi ini merupakan sebuah unjuk rasa ‘tangkap Ahok’ yang memang sudah banyak diperbincangkan di sosial media dan menjadi viral serta banyak merangkul dan mengajak banyak kalangan untuk ikut serta aksi ini. Aksi ini juga diklaim sebagai ‘aksi bela Islam II’. Aksi unjuk rasa yang menuntut Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang saat ini masih menjabat sebagai Gubernur Jakarta yang diangkab telah menistakan agama, melecehkan para ulama, menodai Al-quran serta menghina Islam. Namun tuduhan ini masih diselidiki polisi.
Tudingan kepada Ahok ini terkait dengan pernyataannya dalam sebuah acara di Kepulauan Seribu yang menyinggung surat Al-Maidah ayat 51. Dalam hal ini Ahok memang sudah meninta maaf dan menolak dirinya melecehkan ayat suci Al-Quran. Beberapa orang juga ada yang setuju bahwa Ahok tidak boleh dituding menista.
Namun Siapa Sebenernya Dalang Dibalik Ini Semua?
Dikutip dari pilkada.liputan6.com, Agus Bicara soal SBY Merasa Dicurigai Jadi Dalang Demo 4 November.
Calon Gubernur DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono mendukung pernyataan sang ayah, Susilo Bambang Yudhoyono, yang gerah karena dicurigai sebagai salah satu pihak yang menggerakkan demonstrasi 4 November.
“Memfitnah seseorang menggerakkan unjuk rasa itu tidak benar. Itu menghantam anak bangsa,” kata Agus di Kawasan Pesing Garden, Jakarta Barat, Kamis (3/11/2016).
Agus mengatakan siapa pun yang melempar isu tersebut adalah pihak yang tidak baik.
“Siapa pun yang melempar isu, desas-desus, fitnah, seperti itu tidak baik. Kita tidak ingin segala sesuatunya dipolitisasi atau mencari kambing hitam,” kata dia seperti dikutip dari Antara.
Soal rencana aksi demonstrasi, Agus mengatakan selama akar persoalan tidak diselesaikan berdasarkan hukum dan aturan yang berlaku, maka masalahnya tidak akan berhenti.
Lantas Apa Kata SBY?
Saat menyampaikan konferensi pers di kediaman pribadinya di Puri Cikeas, Bogor, Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan ada yang menuduh seseorang atau kalangan partai politik sebagai pihak yang mendanai aksi unjuk rasa adalah sebuah fitnah.
“Fitnah lebih kejam dari pembunuhan, I tell you,” kata SBY.
Selain itu, dia juga menilai tuduhan seperti itu sama saja menghina rakyat yang akan melakukan demo 4 November. Sebab, masyarakat yang akan demonstrasi nanti bukan rakyat bayaran.
Urusan hati nurani, kata dia, tidak ada yang bisa mempengaruhi dengan uang.
“Sekali lagi, karena saya mengetahui, mudah-mudahan yang saya dengar itu tidak benar. Kalau ada analisis intelijen, sumber-sumber kepolisian bahwa ada pihak ini gerakan, partai politik ini punya kepentingan gerakan unjuk rasa itu,” kata dia.
Dikutip dari www.eramuslim.com, SBY mengatakan, selama 10 tahun menjadi orang nomor satu di RI, tidak pernah melarang orang untuk berdemonstrasi. Dia pun mengingatkan, selama berkuasa tidak pernah menuduh orang per orang atau kelompok tertentu menggerakkan massa untuk demo.
“Dulu saya tidak pernah menuduh, mencurigai, ada orang besar mendanai aksi unjuk rasa, ada orang besar menggerakkan unjuk rasa,” kata SBY.
Sejak beberapa hari lalu, memang beredar kabar bahwa Partai Demokrat yang menggerakkan rencana demonstrasi 4 November. Tujuannya untuk mengikis elektabilitas Ahok, demi memenangkan Agus Yudhoyono.
Namun hal ini dibantah tegas oleh SBY. Dia bahkan mengkritik Badan Intelijen Negara (BIN) yang harusnya membawa data akurat.
Kalau dikaitkan dengan situasi sekarang kalau ada info analisis intelijen seperti itu saya kira berbahaya, menuduh orang, kelompok, partai politik melakukan itu, itu fitnah, fitnah lebih kejam dibanding pembunuhan,” kata SBY dengan ekspresi wajah marah.
SBY tak yakin ada yang menggerakkan aksi massa 4 November nanti. Menurut dia, demonstrasi itu murni penyampaian aspirasi masyarakat.
“Kedua menghina, rakyat bukan kelompok bayaran, urusan hati nurani tidak ada yang bisa mempengaruhi, uang tidak ada gunanya, apalagi urusan akidah, banyak di dunia mereka rela korbankan jiwa demi akidah,” tegas dia.
Bukan SBY. Lalu Siapa? Inilah Dalang Sebenarnya!! menurut Satyo Purwanto, Aktivis Prodem
Dikutip dari pojoksatu.id, Dalang Sebenarnya Demo 4 November 2016 Akhirnya Terungkap, Ini Dia Orangnya.
Aksi Bela Islam jilid II yang akan digelar tanggal 4 November besok bukan didalangi oleh Ketua Umum Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ataupun partainya, Demokrat.
Begitu kata Sekretaris Jenderal Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (Prodem) Satyo Purwanto, Rabu (2/11/2016).
Menurutnya, yang sejatinya menjadi dalang ribuan massa menggeruduk Istana Negara nanti adalah Gubernur DKI Jakarta (nonaktif) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
“Saya rasa bukan SBY, tapi Ahok sendiri,” ujarnya.
Dijelaskan pria yang akrab disapa Komeng ini bahwa aksi 4 November tidak akan terjadi jika Ahok bisa menjaga mulutnya, sehingga insiden pernyataan negatif yang menyinggung umat Islam tidak terjadi di Kepulauan Seribu.
“Ya kan ini karena Ahok ngomong soal Al Maidah 51 di Kepulauan Seribu yang memicu aksi 4 November,” pungkasnya.
(ysa/sta/pojoksatu)
Inilah Beberapa ‘Hoax’ seputar kasus Ahok, FPI, 4 November!!
Dikutip dari bbc.com, Kabar bohong atau hoax beredar di dunia maya, disebar dari satu akun ke akun lain, berpindah dari Facebook ke Twitter, Twitter ke WhatsApp grup, dan dalam beberapa jam – tanpa diketahui siapa yang pertama menyebarnya – pesan itu telah mengundang amarah atau rasa takut pengguna.
Ini adalah kekhawatiran yang muncul belakangan, terutama setelah Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dituding melakukan penistaan agama – sebuah tuduhan masih diselidiki oleh kepolisian.
Tapi pengamat media sosial Nukman Luthfie kepada BBC Indonesia mengatakan, ”(kabar-kabar bohong) itu bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan secara berlebihan. Sekadar khawatir iya, makanya pemerintah harus bertindak, karena tetap saja masih bisa ada yang bisa termakan,’ katanya.
”Tapi tidak usah berlebihan, karena orang-orang yang sehat di media sosial itu banyak, mereka yang akhirnya menentramkan sendiri, tidak usah pusing.”
Ini bukan pertama kali dan bukan yang paling keras fitnahnya, kata Nukman. ”Sosial media juga tidak seheboh yang kemarin karena orang sudah belajar, mana yang hoax, mana yang editan, dan mana akun palsu, bagaimana cara informasi yang benar. Jadi walau ada yang main-main di situ (membuat berita hoax) tidak ada gunanya. Dibantah juga sudah selesai. Tidak mempan lagi.”
Berikut BBC Indonesia merangkum sejumlah kabar bohong yang beredar di media sosial dalam sebulan terakhir.
1. Palsu: aksi bom, penembakan, pembunuhan
Pesan ini setidaknya beredar di WhatsApp dan Facebook, diklaim berisi arahan wakil komandan Brimob kepada intelijen dan pengamanan internal terkait pengamanan unjuk rasa besar yang rencananya dilakukan 4 November mendatang.
Isinya cukup mengkhawatirkan, menjabarkan kemungkinan kerusuhan dibeberapa titik seperti di Balai Kota, Monas, Bekasi, Tangerang, dan lainnya. Juga memuat adanya ‘pelaku teror yang menyiapkan aksi bom, penembakan, dan pembunuhan dengan sasaran kantor kedutaan’ dan ‘rencana penyerangan ke perumahan elite dan mal’.
Nyatanya? Ini hanya karangan belaka, kata polisi. Kepolisian telah mengeluarkan pengumuman di Twitter resmi mereka dan menegaskan kabar tersebut bohong belaka. “Jangan dipercaya,” kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Boy Rafli Amar kepada wartawan.
2. Satu kata yang mengubah arti
Satu kata bisa mengubah arti. Itu yang tercermin dalam sebuah hoax yang tersebar di media sosial. Seseorang mengambil berita Kompas.com dan mengganti satu kata dalam judul sehingga membuat artinya menjadi sama sekali lain. Bandingkan:
- ASLI – Ahok: Kamu kira kami BOHONG bangun masjid dan naikkan haji marbut?
- PALSU – Ahok: Kamu kira kami NIAT bangun masjid dan naikkan haji marbut?
Artikel asli berisi pernyataan Ahok yang mengklaim bahwa program-programnya pro umat Islam.
Foto Habib Rizieq yang berjabat tangan dengan Ahok ini adalah foto editan yang diolah oleh seorang ‘seniman Photoshop’ bernama Agan Harahap yang memang dikenal dengan editan-editan foto tokoh terkenal dari aktris Angelina Jolie, Kim Kardashian, hingga petinju terkenal Filipina Manny Pacquiao.
Dia mengunggah foto editan itu dalam akun Facebook-nya dan mendatangkan reaksi yang beragam. Orang-orang yang rajin mengikuti karyanya langsung mengerti bahwa itu adalah editan yang disengaja. “Damai dunia,” kata satu pengguna. Tapi ada juga yang menganggapnya sangat serius. “Berhentilah hasut dan fitnah. Tambah ngerusak bangsa,” kata yang lain.
4. ‘Jakarta hari ini, media bungkam’
Namun apa yang salah dari pesan itu? Nyatanya, tidak ada demonstrasi besar pada 11 Oktober terkait Ahok di Jakarta. Foto yang ditampilkan tampaknya adalah foto yang dicatut dari demonstrasi beberapa waktu sebelumnya – juga terkait Ahok.
Demonstrasi memang terjadi, tiga hari kemudian, pada 14 Oktober 2016. Tapi berita bohong tentang ‘media yang alpa meliput peristiwa besar’ sudah terlanjur tersebar di dunia maya. Siapa yang dirugikan?
5. Sebanyak 500 orang dari Cina datang dukung Ahok?
Kabar yang tersebar akhir Oktober ini masih banyak ditemukan di internet. Isinya seakan-akan seperti laporan via WhatsApp antara anggota polisi dan komandannya terkait kedatangan ”pasukan Cina yang (akan) menghadapi demo bela Islam untuk membela Ahok”. Polisi telah menegaskan berita ini tidak benar.
6. ‘Polisi periksa Amien Rais’
Dalam kabar yang tersebar di dunia maya, Kapolri disebut akan melakukan pemeriksaan terhadap Amien Rais, politisi dan mantan ketua MPR, yang menunding Presiden Joko Widodo melindungi Ahok. Beredar juga foto berisi poin-poin ‘arahan kapolri’ yang salah satunya meminta adanya ‘penggalangan tokoh-tokoh pro-Ahok agar tetap membela Ahok’.
“Berita bohong,” kata Kepala Bareskrim Polri Ari Dono Sukmanto kepada BBC Indonesia. “Masih kita selidiki.”
7. Penuh atau sepotong?
Ini bukan termasuk kabar bohong, tetapi video yang diunggah Buni Yani terkait Ahok yang mengutip surat Al-Maidah memicu debat terkait apakah sebuah pesan bisa memiliki arti beda ketika dikutip sepotong-sepotong.
- Dalam video yang diunggah Buni Yani, video dimulai di tengah kalimat. ”…..bapak/ibu gak bisa pilih saya, ya kan karena dibohongin pakai surat Al-Maidah 51 macem-macem itu. Itu hak bapak ibu.”
- Dalam video yang utuh, kalimat lengkapnya adalah: ”Jadi jangan percaya sama orang. Kan bisa saja dalam hati kecil bapak ibu enggak bisa pilih saya karena dibohongin pakai surat Al Maidah 51 macem-macem gitu lho. Itu hak bapak ibu, ya. Jadi kalau bapak ibu perasaan enggak bisa pilih nih, saya takut masuk neraka dibodohin gitu ya, enggak apa-apa, karena ini kan panggilan pribadi bapak ibu.”
Polisi mengatakan bahwa Buni Yani tidak terbukti melakukan pengeditan atas video -seperti yang banyak dituduhkan. Dalam Facebook-nya, Buni Yani mengklaim dirinya telah menjadi sasaran teror setelah mengunggah video tersebut. Hingga kini, perbincangan terkait ‘pengunggahan video yang sepotong-potong’ masih ramai didebatkan.